17
pasar dunia menjadi B. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif bagi negara eksportir untuk meningkatkan ekspor batubaranya sehingga ekspor
akan meningkat dari titik B-C menjadi B’- C’. Berdasarkan uraian diatas keseimbangan yang terbentuk setelah terjadinya peningkatan GDP negara tujuan
ekspor yaitu peningkatan aliran perdagangan batubara di pasar dunia.
2.3 Teori Nilai Tukar
Nilai tukar adalah salah satu peubah yang responsif terhadap nilai ekspor suatu komoditas. Menurut Mankiw 2003, nilai tukar adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Peningkatan dan penurunan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap kebijakan
perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor. Nilai tukar dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Menurut
Mankiw 2003, nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang antar kedua negara.
Nilai tukar riil menyatakan dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang lain. Nilai tukar riil disebut juga term of trade. Jika
nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terdepresiasi, maka harga riil batubara Indonesia di luar negeri akan menjadi relatif lebih murah daripada
harga batubara lain yang diperdagangkan di pasar dunia sehingga hal tersebut akan membuat konsumen dunia meningkatkan permintaannya atau konsumsinya
terhadap batubara asal Indonesia. Hubungan nilai tukar riil dan nominal dapat digambarkan oleh persamaan berikut ini :
Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga
18
Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga di dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus di atas, maka jika
nilai tukar riil tinggi, barang-barang di luar negeri relatif lebih murah dan barang- barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah,
barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang domestik relatif lebih murah.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian Rahmawati 2006 mengenai analisis peramalan ekspor batubara dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia bertujuan untuk
memprediksi berapa jumlah batubara yang dapat diekspor oleh Indonesia pada tahun 2006. Dalam penelitian ini juga dianalisa mengenai distribusi nilai tambah
dan distribusi pendapatan yang diperoleh oleh faktor produksi, institusi, dan sektor produksi pada perekonomian Indonesia sebagai akibat dari kegiatan ekspor
batubara tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian.
Pertama, metodologi Box-Jenkins ARIMA untuk meramalkan ekspor batubara. Kedua, menggunakan alat analisa SNSE. Alat analisa ini digunakan untuk
menghitung efek multiplier, distribusi nilai tambah, dan distribusi pendapatan dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Hasil penelitian yang dilakukan pada kegiatan
ekspor batubara menunjukkan peningkatan sepanjang tahun 2006 dari triwulan pertama hingga triwulan keempat. Hasil lainnya menunjukkan bahwa peningkatan
nilai sektor industri pertambangan batubara berpengaruh positif bagi perekonomian Indonesia. Artinya, nilai yang diberikan oleh sektor pertambangan
19
batubara akan meningkatkan sumbangan sektor pertambangan batubara terhadap devisa negara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara
memiliki peran cukup besar dalam menopang perekonomian Indonesia. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ekspor batubara Indonesia di Pasar Jepang dilakukan oleh Suciati 2009 menggunakan dua analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
deskriptif kualitatif dapat dijelaskan dengan melihat perkembangan produksi, ekspor, dan harga ekspor batubara Indonesia. Sedangkan analisis kuantitatif
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia ke Jepang. Pada analisis ini menggunakan metode
Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan industri batubara di Indonesia mengalami peningkatan baik produksi, ekspor maupun harga ekspornya. Produksi batubara Indonesia pada
tahun 2007 meningkat 92,5 persen dibanding tahun 2003. Berdasarkan hasil estimasi variabel-variabel yang mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan
ekspor batubara Indonesia ke Jepang adalah harga ekspor riil batubara Indonesia, harga ekpsor riil batubara Afrika Selatan, harga ekspor riil batubara Australia,
GDP riil negara Jepang, nilai tukar rupiah terhadap yen, dan dummy pembatasan ekspor batubara Cina. Variabel yang sangat responsif terhadap permintaan ekspor
batubara ke Jepang adalah GDP negara Jepang itu sendiri, sedangkan variabel lainnya pengaruhnya kurang responsif.
Penelitian Kurniawan 2009 yang berjudul “Dampak Ketergantungan Perekonomian Provinsi Jambi Terhadap Sumberdaya Alam Tak Terbarukan
Pemberlakuan Kuota Ekspor Batubara” bertujuan untuk menganalisa bagaimana
20
dampak dari implementasi kebijakan nasional tentang pembatasan ekspor batubara yang akan berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Jambi, serta
mencari alternatif solusi dari ketergantungan Jambi agar tidak bergantung terhadap komoditi ekspor tak terbarukan tersebut. Peneliti menggunakan tabel I-O
sebagai alat analisa. Hasil penelitian menunjukkan, penurunan ekspor batubara akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan ekspor menyebabkan turunnya output
provinsi Jambi sebesar 104,17 milyar. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa implementasi kebijakan tersebut berpengaruh secara signifikan pada kinerja
perekonomian Jambi secara keseluruhan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak
kepada 1 negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia, 2 Variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan
batubara Indonesia di negara-negara tujuan ekspor, 3 Alat analisis yang digunakan, 4 Tahun yang dianalisis, dan 5 Tujuan penelitian.
2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual