40
IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Pertambangan Batubara Indonesia
Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan
panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan coalification memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan
gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan, pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda,
yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Papua, dan Sulawesi Dirjen ESDM, 2007. Komoditi batubara dihasilkan melalui tahapan kegiatan pertambangan.
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun
manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara,
pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan BPS, 2009. Tahapan kegiatan pertambangan meliputi:
Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan Pemurnian. Batubara dalam
41
sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang mempunyai prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan memberikan
kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan. Menurut World Coal Institute 2005, dalam industri pertambangan
pemilihan metode penambangan sangat ditentukan oleh unsur geologi endapan batubara. Adapun dua metode yang dipakai dalam penambangan batubara adalah
sebagai berikut: 1 Penambangan permukaan terbuka
Tambang terbuka dapat memberikan proporsi endapan batubara yang lebih banyak daripada tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batubara dapat
dieksploitasi. Cara penambangan ini hanya memiliki nilai ekonomis apabila lapisan berada dekat dengan permukaan tanah yaitu dengan perbandingan tebal
batuan penutup dengan tebal lapisan batubara sebesar 5 : 1 atau 6 : 1. Kegiatan utama dalam penambangan terbuka adalah penggalian, pemisahan, pemuatan,
pengangkutan dan pemupukan atau pembuangan. 2 Penambangan bawah tanah dalam
Penambangan bawah tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: a Room and pillar, penambangan dengan cara ini memiliki nilai ekonomis
yang tinggi yaitu proses produksi yang lebih cepat dengan biaya yang murah karena hanya dengan 5 juta dolar penambangan ini sudah bisa
dilakukan. Pilar-pilar penyangga batubara memiliki kandungan lebih dari 40 persen dari jumlah lapisan batubara.
b Longwall caving, penambangan ini harus dilakukan dengan membuat perencanaan yang lebih hati-hati untuk memastikan adanya geologi yang
42
mendukung sebelum diadakannya eksploitasi, sehingga penambangan ini terbilang cukup mahal karena peralatan tambang longwall mencapai 50
juta dolar. Namun, penambangan ini menghasilkan rendemen batubara yang tinggi yaitu sebesar 75 persen yang dapat diambil dari panil batubara
sejauh 3 km pada lapisan batubara. Kekurangan dari cara ini adalah dapat membuat permukaan tanah menjadi amblas.
c Cut and fill, penambangan dengan cara ini prosesnya cukup rumit dan membutuhkan banyak air untuk menyalurkan pasir atau tanah guna
mengisi rongga-rongga bekas penggalian, tetapi batubara yang dihasilkan melalui cara ini memiliki rendemen yang tinggi.
Industri penambangan batubara mengolah komoditinya sesuai dengan kandungan dan tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya
memerlukan pemecahan sederhana atau memerlukan proses pengolahan yang lebih kompleks untuk mengurangi kandungan campuran seperti batu dan lumpur.
4.2 Jenis dan Karateristik Batubara Indonesia