II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Lembaga keuangan mikro LKM adalah lembaga yang melayani keuangan mikro Abdullah, 2004. Lembaga keuangan syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Sudarsono, 2008.
2.2. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga Machmud dan Rukmana, 2010.
2.2.1 Perbedaan Antara Bagi Hasil dengan Tingkat Suku Bunga Tabel 1. Perbandingan bagi hasil dengan sistem bunga
Bagi Hasil Bunga
Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu
perjanjian dengan
berdasarkan kepada untungrugi. Penentuan bunga dibuat sewaktu
perjanjian tanpa
berdasarkan untungrugi.
Jumlah nisbah
bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan yang telah dicapai.
Jumlah persen bunga berdasarkan jumlah uang modal yang ada.
Bagi hasil tergantung pada hasil proyek.
Jika proyek
tidak mendapat
keuntungan atau
mengalami kerugian, risikonya ditanggung kedua belah pihak.
Pembayaran bunga tetap seperti perjanjian
tanpa diambil
pertimbangan apakah proyek yang dilaksanakan pihak kedua untung
atau rugi.
Jumlah pemberian
hasil keuntungan meningkat sesuai
dengan peningkatan keuntungan yang didapat.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
walaupun jumlah
keuntungan berlipat ganda. Penerimaanpembagian
keuntungan adalah halal. Pengambilanpembayaran bunga
adalah haram.
Sumber : Machmud dan Rukmana, 2010
2.2.2 Perbedaan Pokok Antara Sistem Bank Konvensional dengan Sistem Bank Islam
Tabel 2. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional Aspek
Bank Syariah Bank Konvensional
Legalitas Akad Syariah
Akad Konvensional Struktur
Organisasi Penghimpunan
dan penyaluran dana harus
sesuai dengan
fatwa Dewan
Pengawas Syariah.
Tidak terdapat dewan sejenis.
Bisnis dan
Usaha yang
dibiayai a.
Melakukan investasi- investasi yang halal
saja. b.
Hubungan dengan
nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
c. Berdasarkan
prinsip bagi hasil, jual beli,
atau sewa. d.
Berorientasi pada
keuntungan profit
oriented dan
kemakmuran dan
kebahagiaan dunia
akhirat. a.
Investasi yang halal dan
haram profit
oriented. b.
Hubungan dengan
nasabah dalam
bentuk hubungan
kreditur-debitur. c.
Memakai perangkat bunga.
Lingkungan Kerja
Islami Non Islami
Sumber : Machmud dan Rukmana, 2010
2.3. Baitul Maal Wattamwil
Baitul Maal Wattamwil BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan
sistem syariah Sudarsono, 2008.
Produk pembiayaan BMT menurut Sudarsono 2008 merupakan penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuankesepakatan pinjam-
meminjam di antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu
tertentu. 1.
Pembiayaan al-Murabaha MBA 2.
Pembiayaan al-Bai’ Bitsaman Ajil BBA 3.
Pembiayaan al-Mudharabah MDA 4.
Pembiayaan al-Musyarakah MSA Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi
masyarakat, maka BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus memenuhi syarat Sudarsono, 2008 :
1. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah
2. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan
3. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat
2.4. Pembiayaan
Menurut Muhammad 2005, pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dilakukan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
2.4.1 Jenis-Jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya Muhammad, 2005 :
1. Pembiayaan menurut tujuan :
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. b.
Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif
2. Pembiayaan menurut jangka waktu :
a. Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
b. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai 5 tahun. c.
Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.
2.4.2 Analisis Kelayakan Pembiayaan
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam prosedur analisis pembiayaan. Menurut Muhammad 2005, aspek-aspek penting
dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelola bank syariah adalah :
1. Prosedur Analisis
a. Berkas dan pencatatan
b. Data pokok dan analisis pendahuluan
1 Realisasi pembelian, produksi dan penjualan
2 Rencana pembelian, produksi dan penjualan
3 Jaminan
4 Laporan keuangan
5 Data kuantitatif dari calon debitur
c. Penelitian data
d. Penelitian atas realisasi usaha
e. Penelitian atas rencana usaha
f. Penelitian dan penilaian barang jaminan
g. Laporan keuangan dan penelitiannya
2. Keputusan Permohonan Pembiayaan
a. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan
b. Wewenang pengambilan keputusan
2.4.3 Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Menurut Muhammad 2005 penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak dapat terhindarkan dalam proses
pembiayaan. Ada dua hal yang dapat dilakukan diantaranya : 1.
Analisis dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah, dapat dilakukan dengan :
a. Analisa sebab kemacetan.
b. Menggali potensi peminjam.
c. Melakukan perbaikan akad remedial
d. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk pembiayaan
al-Qardul Hasan; Murabahah; atau Mudharabah. e.
Penundaan pembayaran. f.
Rescheduling memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru.
g. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.
2. Penyitaan Barang Jaminan Pembiayaan
Masalah penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syari’ah sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Cara-cara penyitaan harus
berdasarakan sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran Islam, seperti :
a. Simpati : sopan, menghargai, dan fokus pada penyitaan.
b. Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk
kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya.
c. Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan sebelumnya
tidak diperhatikan. Apabila cara ketiga tidak juga diacuhkan oleh nasabah, maka cara-
cara ditempuh adalah dengan terpaksa untuk : a.
Menjual barang jaminan b.
Menyita barang yang senilai dengan nilai pinjaman
2.5. Manajemen Risiko
Menurut Sofyan 2005, manajemen risiko dapat diartikan sebagai usaha seorang manajer untuk mengatasi kerugian secara rasional agar tujuan
yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Menurut Kasidi 2010, manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi.
2.5.1 Risiko Kredit
Menurut Djohanputro 2004, risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan
memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan
gagal bayar semakin tinggi. Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor: besarnya eksposur kredit dan kualitas eksposur kredit. Gambar 1
akan menggambarkan mengenai kerangka risiko kredit. Risiko kredit pada umumnya dihadapi oleh industri jasa
perbankan, walaupun perseorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank tidak tertutup kemungkinan terkena risiko ini Kasidi,
2010.
Gambar 2. Kerangka risiko kredit Djohanputro, 2004 Menurut Kasidi 2010, cara menilai risiko kredit ada tiga, yaitu
penilaian kualitatif, penilaian kuantitatif, dan metode skoring kredit. Penilaian yang umum dilakukan perbankan atau lembaga keuangan non
bank sebelum mengajukan pembiayaan adalah penilaian kualitatif. Masyarakat mengenal kerangka 3 R dan 5 C dalam menganalisis kredit
perbankan. Tujuannya adalah melakukan analisis kemampuan untuk Kebangkrutan
nasabah
Kesulitan keuangan nasabah
Ambang batas kriteria kesehatan tidak
dipenuhi
Penurunan kinerja nasabah
Kelemahan kontrak kredit
Gagal bayar
Potensi gagal bayar
Penurunan peringkat
nasabah
Pelanggaran kontrak
Potensi pelanggaran
kontrak Risiko
kredit
melunasi kewajiban dari calon nasabahnya. Kerangka tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis risiko kredit yang dihadapi oleh
perusahaan. Kerangka 3 R yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Returns, yaitu hasil yang akan dicapai dari penggunaan kredit
tersebut. 2.
Repayment capacity, yaitu kemampuan peminjam mengembalikan pinjaman dan bunganya pada tanggal jatuh tempo.
3. Risk-bearing capacity, yaitu kemampuan peminjam menanggung
risiko kegagalan atau ketidakpastian berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan 5 C adalah sebagai berikut : 1.
Character, yaitu kemampuan peminjam debitur untuk memenuhi kewajibannya.
2. Capacity, yaitu kemampuan peminjam untuk melunasi utangnya.
3. Capital, yaitu posisi finansial peminjam secara keseluruhan.
4. Collateral, yaitu aset yang dijaminkan.
5. Condition, yaitu kondisi perekonomian.
2.5.2 Kredit Macet
Bank Indonesia dalam Kasmir 2008, kredit digolongkan menurut kualitasnya, yaitu :
1. Kredit lancar pass, kredit digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria : a.
Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu b.
Memiliki mutasi rekening yang aktif c.
Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai cash collateral
2. Kredit dalam perhatian khusus special mention
Kredit yang digolongkan ke dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang belum
melampaui 90 hari
b. Kadang-kadang terjadi cerukan
c. Mutasi rekening relatif aktif
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
e. Didukung oleh pinjaman baru
3. Kredit kurang lancar substandard
Kredit yang digolongkan ke dalam kurang lancar apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 90 hari b.
Sering terjadi cerukan c.
Frekuensi mutasi rekening relatif rendah d.
Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah
4. Kredit diragukan doubtful
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria :
a Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 180 hari b
Terjadi cerukan yang bersifat permanen c
Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari d
Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan
5. Kredit macet loss
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria :
a Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 270 hari b
Kerugian operasional ditutup dengan jaminan baru c
Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
Menurut Kasmir 2008, penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
1. Rescheduling
Yaitu dengan cara : a.
Memperpanjang jangka waktu kredit b.
Memperpanjang jangka waktu angsuran 2.
Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :
a. Kapitalisasi bunga
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu
c. Penurunan suku bunga
d. Pembebasan bunga
3. Restructuring
Yaitu dengan cara : a.
Menambah jumlah kredit b.
Menambah equity yaitu : 1
Dengan menyetor uang tunai 2
Tambahan dari pemilik 4.
Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis di atas.
5. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi
untuk membayar semua utang-utangnya.
2.6. Strategi
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya David, 2009.
Menurut David 2009, tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda
untuk esok.
Menurut Wheelen dan Hunger 2003, perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari
kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Metode yang digunakan untuk merumuskan beberapa alternatif strategi yaitu matiks SWOT. Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan
yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT David,
2009.
2.7. Pengambilan Keputusan