b. Hasil Pengolahan Data secara Vertikal
Dari pengolahan data secara vertikal akan menunjukkan besarnya tingkat alternatif dari strategi yang dapat dipilih disertai
dengan bobot yang dikandung oleh masing-masing elemen di dalam hierarki. Hierarki dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Hasil perhitungan data secara vertikal Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa pada elemen faktor,
prioritas pertama adalah isu kenaikan harga BBM ancaman terhadap kelancaran angsuran F1 dengan bobot 0,28269. Hal ini
disebabkan data historis menjelaskan bahwa pada tahun 2006 NPF meningkat disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan faktor ini
merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak KBMT Wihdatul Ummah. Prioritas kedua adalah
Memorandum Analisis Pembiayaan MAP sebagai dasar penilaian kelayakan mitra F2 dengan bobot 0,28547. Prioritas ketiga
adalah peningkatan peningkatan jumlah pembiayaan dan portofolio F3 dengan bobot 0,42049.
Strategi Manajemen Risiko KBMT Wihdatul Ummah dalam Mengatasi Peningkatan Risiko Pembiyaan
F1 0,47405
F2 0,28547
F3 0,24049
A3 0,42620
A2 0,29111
A1 0,28269
T2 0,67826
T1 0,32174
AS1 0,17617
AS2 0,42620
AS3 0,28953
AS4 0,13201
Pada elemen aktor, prioritas pertama adalah manajer A3 dengan bobot 0,42620. Manajer dipilih sebagai pemeran utama di
dalam melakuakan strategi manajemen risiko untuk mengendalikan risiko pembiayaan, karena penyusunan strategi merupakan tugas
dari manajer. Prioritas kedua adalah kabag marekting A2 dengan bobot 0,29111. Prioritas ketiga adalah account officer A1
dengan bobot 0,28269.
Pada elemen tujuan, prioritas pertama adalah meningkatkan kesiapan dalam peningkatan pembiayaan, portofolio serta
peramalan NPF T2 dengan bobot 0,67826. Prioritas kedua adalah menciptakan penilaian kelayakan mitra yang lebih prudent
dan tepat sasaran T1 dengan bobot 0,32174. Tujuan kedua menjadi prioritas karena sudah menjadi tren bahwa pembiayaan
dan portofolio selalu meningkat dengan asumsi tingkat kemiskinan di Indonesia tetap dan peramalan menunjukkan NPF yang
meningkat sehingga tujuan yang dipilih adalah mempersiapkan tren dan peramalan tersebut.
Pada elemen alternatif strategi dapat dipilih strategi mana yang paling penting. Prioritas utama adalah AS2 dengan bobot sebesar
0,42620 yaitu memberikan pelatihan yang intensif mengenai analisa kelayakan mitra kepada para tenaga marketing agar lebih
siap dan kompeten dalam menghadapi peningkatan pengajuan pembiayaan. Prioritas kedua adalah AS3 dengan bobot sebesar
0,28953, yaitu melakukan sosialisasi kepada mitra dan calon mitra bahwa KBMT Wihdatul Ummah merupakan lembaga
keuangan mikro syariah yang melaksanakan MAP dengan transparan, tepat nilai, dan tepat sasaran. Prioritas ketiga adalah
AS1 dengan bobot sebesar 0,17617, yaitu memperketat penilaian persyaratan BMT dan penilaian character mitra. Prioritas keempat
adalah AS4 dengan bobot sebesar 0,13201, yaitu menggunakan software untuk menilai kelayakan mitra seperti MAP dan
memberikan pelatihan
pada account
officer cara
mengoperasikannya. Data disimpulkan bahwa para expert memilih strategi
memberikan pelatihan yang intensif mengenai analisa kelayakan mitra kepada para tenaga marketing agar lebih siap dan kompeten
dalam menghadapi peningkatan pengajuan pembiayaan karena memang sebenarnya sistem penilaian kelayakan mitra dengan MAP
sudah sangat baik penyusunannya, hanya saja sumber daya manusia belum optimal menjalankannya. Tenaga marekting
memerlukan waktu yang lama untuk bisa mengisi MAP. Apabila terjadi peningkatan terus menurus sedangkan mereka belum juga
handal dalam pengisian, maka risiko pembiayaan tidak dapat dikendalikan karena mitra tidak dinilai dengan baik. Oleh karena
itu, sebaiknya pelatihan dilakukan secara intensif, seperti setiap dua minggu sampai satu bulan sekali. Namun, selebihnya strategi mana
yang pada akhirnya dijalankan dikembalikan lagi pada pihak-pihak KBMT Wihdatul Ummah dalam menyikapi kondisi dan
perkembangan yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal BMT.
4.6. Implikasi Manajerial