a. Usaha
Pendekatan  tentang  faktor  yang  bepengaruh  terhadap  kinerja mitra dari segi konsumen, supplier, karyawan, mental spekulasi,
pesaing,  kapabiliti  mitra  dalam  mengelola  usaha,  kapabiliti karyawan,  serta  situasi  eksternal  yang  dapat  memperburuk
kondisi usahanya. b.
Keluarga Kesehatan,  keharmonisan,  pendidikan  merupakan  faktor  yang
dapat berpengaruh bagi usaha mitra dari segi keluarga untuk itu harus diketahui cara mengatasinya.
3. BMT
Menyangkut  faktor  internal  yang  digunakan  oleh  BMT  tentang penilaian terhadap mitra dan bagaimana cara mengatasinya.
Dapat  disimpulkan  bahwa  pertimbangan  KBMT  Wihdatul Ummah  di  dalam  memberikan  pembiayaan  sangatlah  ketat.  Setiap
penilaian  pendekatan  5  C  dan  persyaratan  BMT  memiliki  variabel- variabel  yang  banyak  dan  lengkap.  Didapat  67  variabel  yang  dapat
mewakili  penilaian  pendekatan  5  C  dan  persyaratan  BMT.  Sehingga dapat  dilihat  bahwa  tugas  account  officer  pada  lembaga  keuangan
mikro  syariah  sangatlah  berat,  dimana  mereka  harus  terampil,  teliti dan  tepat  dalam  melakukan  analisa  kelayakan  mitra.  Apabila  terjadi
kekurangan informasi akan menimbulkan suatu risiko pembiayaan. Variabel-variabel  tersebut  kemudian  dijadikan  variabel  respon
dalam  analisis  diskriminan  untuk  dilihat  variabel-variabel  apa  saja yang  paling  mempengaruhi  di  dalam  menentukan  kolektibilitas  dan
periode pembiayaan yang tepat bagi mitranya.
4.2. Sistem Manajemen Risiko Pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah
Sebagai  lembaga  keuangan  mikro  syariah  yang  beraktivitas  melakukan pembiayaan, tentunya tidak terlepas dari risiko pembiayaan. Oleh karena itu,
KBMT  Wihdatul  Ummah  telah  menerapkan  manajemen  risiko.  Hasil wawancara  dengan  Kepala  Bagian  Marketing  KBMT  Wihdatul  Ummah
bahwa upaya yang dilakukan KBMT Wihdatul Ummah untuk mengantisipasi tingginya  nilai  NPF  adalah  dengan  melakukan  pembinaan  dan  pengawasan.
Pembinaan  dan  pengawasan  ini  dilakukan  sebatas  di  tingkat  interen. Pembinaan  bukan  mengenai  usaha  yang  dijalankan  mitra  melainkan
mengenai  pembentukan  sikap  tanggung  jawab  atas  uang  yang  dipinjamkan karena sebagian besar pendidikan terakhir dari mitra adalah SD. Pengawasan
sebagai  bentuk  keberlanjutan  dari  pembinaan  yang  dilakukan.  Bentuk pembinaan  dan  pengawasan  yang  dilakukan  KBMT  Wihdatul  Ummah
adalah: a.
Penagihan tepat waktu dengan jemput bola Jemput  bola  merupakan  salah  satu  cara  strategi  marketing  dari  lembaga
keuangan  mikro.  Para  collector  mendatangi  langsung  mitra  untuk menangih  angsurannya.  Ketepatan  waktu  di  dalam  menjemput  bola  akan
mencegah  tingginya  NPF  secara  interen  karena  hal  ini  dapat  mencegah mitra  untuk  mengalami  penunggakan.  Mitra  yang  menggunakan  cara
jemput  bola  ini  biasanya  ditetapkan  marjin  yang  lebih  tinggi  sebagai perhitungan biaya-biaya collector dalam mendatangi tempat mitra tersebut.
b. Melakukan pengawasan angsuran
Di  dalam  proses  pembayaran  angsuran  bagian  operasional  harus  selalu mendata  setiap  pembayaran  yang  dilakukan  mitra.  Bagian  operasional
inilah  yang  bertanggung  jawab  atas  catatan  pembayaran  angsuran. Kemudian  bagian  marketing  akan  menganalisis  bagaimana  proses
pembayaran  angsuran  tersebut,  apakah  mitra  tersbut  mengalami penunggakan  atau  tidak.  Apabila  mitra  mengalami  penunggakan,  bagian
marketing  khususnya  AO  harus  mengecek  dan  menganalisis  penyebab penunggakan tersebut secara detail.
c. Mengatur plafond pembiayaan sesuai dengan kebutuhan
Plafond  yang  disetujui  oleh  KBMT  Wihdatul  Ummah  harus  di  bawah BMPK.  Plafond  tersebut  juga  merupakan  uang  yang  betul-betul
dibutuhkan oleh mitra sesuai dengan aqad yang ditentukan karena apabila uang  yang dipinjamkan melebihi kebutuhan mitra akan menyalahgunakan
uang tersebut sehingga kemampuannya untuk mengembalikan pembiayaan
menurun.  Sebagai  contoh,  mitra  mengajukan  pembiayaan  untuk  modal kerja.  KBMT  WU  akan  memberikan  plafond  sesuai  dengan  modal  kerja
perdagangan  yaitu  barang  dagang  yang  ada  pada  tempat  usaha.  Apabila plafond  yang  diberikan  melebihi  barang  dagangnya,  berarti  mitra  tidak
siap akan pasar usahanya. d.
Mengatur saving power Saving  power  merupakan  kemampuan  dari  mitra  untuk  menyisihkan  sisa
penghasilannya  setelah  dikurangi  dari  semua  pengeluarannya.  Semakin tinggi  saving  power  semakin  besar  plafond  yang  berhak  mitra  ajukan.
Saving  power  ini  yang  merupakan  pertimbangan  utama  bagi  BMT  untuk memberikan  pembiayaan.  Maka,  KBMT  Wihdatul  Ummah  sangat
memperhatikan saving power dari mitra.
4.3. Trend Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah