Risiko Kredit Manajemen Risiko

b. Menggali potensi peminjam. c. Melakukan perbaikan akad remedial d. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk pembiayaan al-Qardul Hasan; Murabahah; atau Mudharabah. e. Penundaan pembayaran. f. Rescheduling memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru. g. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil. 2. Penyitaan Barang Jaminan Pembiayaan Masalah penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syari’ah sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Cara-cara penyitaan harus berdasarakan sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran Islam, seperti : a. Simpati : sopan, menghargai, dan fokus pada penyitaan. b. Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya. c. Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan. Apabila cara ketiga tidak juga diacuhkan oleh nasabah, maka cara- cara ditempuh adalah dengan terpaksa untuk : a. Menjual barang jaminan b. Menyita barang yang senilai dengan nilai pinjaman

2.5. Manajemen Risiko

Menurut Sofyan 2005, manajemen risiko dapat diartikan sebagai usaha seorang manajer untuk mengatasi kerugian secara rasional agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Menurut Kasidi 2010, manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi.

2.5.1 Risiko Kredit

Menurut Djohanputro 2004, risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor: besarnya eksposur kredit dan kualitas eksposur kredit. Gambar 1 akan menggambarkan mengenai kerangka risiko kredit. Risiko kredit pada umumnya dihadapi oleh industri jasa perbankan, walaupun perseorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank tidak tertutup kemungkinan terkena risiko ini Kasidi, 2010. Gambar 2. Kerangka risiko kredit Djohanputro, 2004 Menurut Kasidi 2010, cara menilai risiko kredit ada tiga, yaitu penilaian kualitatif, penilaian kuantitatif, dan metode skoring kredit. Penilaian yang umum dilakukan perbankan atau lembaga keuangan non bank sebelum mengajukan pembiayaan adalah penilaian kualitatif. Masyarakat mengenal kerangka 3 R dan 5 C dalam menganalisis kredit perbankan. Tujuannya adalah melakukan analisis kemampuan untuk Kebangkrutan nasabah Kesulitan keuangan nasabah Ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi Penurunan kinerja nasabah Kelemahan kontrak kredit Gagal bayar Potensi gagal bayar Penurunan peringkat nasabah Pelanggaran kontrak Potensi pelanggaran kontrak Risiko kredit melunasi kewajiban dari calon nasabahnya. Kerangka tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis risiko kredit yang dihadapi oleh perusahaan. Kerangka 3 R yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Returns, yaitu hasil yang akan dicapai dari penggunaan kredit tersebut. 2. Repayment capacity, yaitu kemampuan peminjam mengembalikan pinjaman dan bunganya pada tanggal jatuh tempo. 3. Risk-bearing capacity, yaitu kemampuan peminjam menanggung risiko kegagalan atau ketidakpastian berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan 5 C adalah sebagai berikut : 1. Character, yaitu kemampuan peminjam debitur untuk memenuhi kewajibannya. 2. Capacity, yaitu kemampuan peminjam untuk melunasi utangnya. 3. Capital, yaitu posisi finansial peminjam secara keseluruhan. 4. Collateral, yaitu aset yang dijaminkan. 5. Condition, yaitu kondisi perekonomian.

2.5.2 Kredit Macet