33 berpotensi sebagai pangan yaitu tanaman kenikir, kemuning, dan jawer kotok
Gambar 24.
4.2.3.2 Analisis Keragaman dan Dominansi Tanaman Pangan
Keanekaragaman hayati pertanian meliputi tanaman yang digunakan untuk makanan dan kegiatan pertanian Negri et al. 2009. Di dalam penelitian ini,
tanaman yang digunakan untuk makanan diklasifikasikan ke dalam kelompok tanaman pangan. Tanaman pangan yang dianalisis terdiri dari tanaman obat, sayur,
buah, bumbu dan penghasil pati. Analisis keragaman tanaman pangan menggunakan metode Shannon Wiener dilakukan untuk mengetahui tingkat
keragaman tanaman pangan pada pekarangan.
Tabel 23 menginformasikan bahwa nilai indeks keragaman Shannon Wiener tanaman pangan pada pekarangan di Kabupaten Bogor memiliki nilai yang
lebih besar dibandingkan kedua kabupaten lainnya yaitu sebesar 1.95, dan termasuk ke dalam klasifikasi keragaman spesies sedang. Kabupaten Bandung memiliki nilai
H’ 1.44 dan masih masuk dalam klasifikasi keragaman spesies sedang, sementara Kabupaten Cirebon yang memiliki nilai H’ terendah yaitu 0.71 yang termasuk
dalam klasifikasi keragaman spesies rendah. Nilai keragaman ini membuktikan bahwa Kabupaten Bogor yang berada pada ketinggian dataran sedang tetap
memiliki keragaman yang lebih tinggi meskipun dalam hal ukuran pekarangan tidak memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan dengan pekarangan di
Kabupaten Bandung. Keanekaragaman di Kabupaten Bogor yang tertinggi diakibatkan oleh letaknya yang berada di dataran sedang, sehingga nilai
keanekaragaman pun lebih tinggi dibandingkan di dataran tinggi Bandung Gambar 24 Tanaman hias yang berfungsi sebagai tanaman pangan
dari kiri ke kanan: kenikir, kemuning, dan jawer kotok
Tabel 23 Indeks keragaman Shannon Wiener pada tanaman pangan pekarangan
Indeks keanekaragaman Shannon Wiener H Kab. Bandung
Kab. Bogor Kab. Cirebon
Patrol- sari
Giri- mekar
Bojong- emas
Situ Udik
Cikara- wang
Bantar- sari
Bakung Lor
Gro- gol
Pegagan Lor
0.83 0.37
2.02 1.55
1.60 2.45
2.38 0.41
0.80 0.18
1.15 1.14
1.87 2.03
2.24 0.97
0.64 0.19
0.18 0.54
4.47 1.48
2.23 2.64
0.25 0.12
0.53 1.64
1.45 2.83
1.36 2.43
1.61 0.98
0.14 0.14
0.22 0.19
2.48 1.98
2.09 2.36
2.99 0.20
0.66 0.39
1.65 2.89
2.13 2.26
2.13 0.68
0.82 0.93
1.73 1.24
2.69 1.81
2.40 1.03
1.51 0.00
0.67 1.46
0.50 4.99
1.43 1.34
2.85 2.13
0.32 0.14
0.27 0.45
2.36 1.40
1.86 2.01
0.40 0.00
1.17 1.52
0.52 0.73
1.81 1.95
2.28 0.84
0.05 0.36
0.84 0.81
2.67 1.68
2.02 2.16
1.31 0.27
0.56 1.44
1.95 0.71
34
Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan
maupun rendah Cirebon. Keanekaragaman sedang untuk Kabupaten Bogor dan Bandung 1H’3.322 dianggap sudah memiliki produktivitas cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang Restu 2002. Namun jika melihat dominansi spesies tanaman pangan dalam suatu
pekarangan, maka dapat dilakukan analisis dominansi tanaman dengan metode
Summed Dominance Ratio
SDR. Hasil analisis SDR terhadap tanaman-tanaman yag ditemui di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 menunjukkan
sepuluh spesies tanaman yang memiliki nilai SDR dengan 10 peringkat tertinggi di ketiga kabupaten penelitian. Berdasarkan Tabel 24 juga dapat terlihat bahwa
tanaman yang dominan di Kabupaten Bandung dan Cirebon adalah tanaman buah yang sebagian besar merupakan tanaman tahunan. Sedangkan Kabupaten Bogor
didominasi oleh tanaman bumbu dan sayur yang sifatnya semusim. Hal ini sesuai dengan kondisi pekarangan di Bogor yang memiliki ukuran sempit, sehingga
tanaman yang dibudidayakan di pekarangan terbatas untuk tanaman dengan jarak tanam besar.
Namun jika dilihat dari angka SDR secara rata-rata, maka dapat terlihat bahwa spesies tanaman yang paling dominan dan sering ditemukan di keseluruhan
sampel pekarangan adalah tanaman mangga SDR 54.01, lalu diikuti dengan pisang SDR 33.11 lalu tomat SDR 29.99 Gambar 25. Dapat terlihat dari 10
spesies tanaman tersebut, bahwa dominansi tanaman bumbu 40, buah 30, sayur 20, dan tanaman penghasil pati 10. Hal ini membuktikan bahwa pekarangan
masih difungsikan sebagai penyedia tanaman bumbu yang pada hakikatnya akan diperlukan untuk bahan pangan sehari-hari.
Tabel 24
Dominasi tanaman pekarangan
No Kab. Bandung
Kab. Bogor Kab. Cirebon
Rata-rata Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR
Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR
1 Mangga 67.68 Tomat
64.70 Mangga 92.04 Mangga
54.01 2 Cabe rawit
46.45 Cabe rawit 34.93 Pisang
47.23 Pisang 33.11
3 Pisang 41.64 Kunyit
32.48 Cabe merah 32.39 Tomat 29.99
4 Pepaya 41.04 Kangkung
30.56 Lengkeng 26.89 Cabe rawit
29.03 5 Terong
35.00 Caisin 28.75 Pepaya
26.42 Pepaya 25.68
6 Singkong 31.32 Bayam
27.89 Kangkung 22.28 Cabe merah
21.30 7 Jeruk
20.15 Cabe merah 25.03 Jambu biji
20.22 Kangkung 20.50
8 Kunyit 14.41 Jahe
18.81 Tomat 15.50 Terong
16.37 9 Jambu air
11.66 Kacang Panjang 15.66 Kelapa 10.14 Kunyit
16.35 10 Bawang daun 10.16 Jahe merah
14.16 Jeruk 9.25 Singkong
13.23
Gambar 25 Tanaman pangan pekarangan dengan nilai SDR tertinggi secara rata-rata kiri-kanan: mangga, pisang, dan tomat