23
Desa Bantarsari terletak di Kecamatan Rancabungur dan secara topografi memiliki luas 343.41 ha dan berada pada ketinggian 165 m dari permukaan laut.
Desa ini didominasi oleh perumahan dan juga kebun campuran Gambar 13. Desa ini juga berdekatan dengan perkebunan sawit Perseroan Terbatas Perkebunan
Nusantara PTPN VIII dan juga landasan udara Atang Senjaya, Bogor. Jarak dari desa ke kecamatan mencapai 3 km. Akses transportasi menuju Desa Bantarsari
sudah ada yang terfasilitasi oleh jalan desa utama yang berlapis aspal yang memadai untuk dilalui kendaraan beroda empat, tetapi ada juga yang hanya bisa dilalui oleh
motor roda dua. Namun dikarenakan sangat jarangnya keberadaan angkutan umum yang melewati desa ini, maka warga Desa Bantarsari banyak yang menggunakan
kendaraan pribadi untuk akses keluar atau masuk desa. Desa Bantarsari memiliki suhu yang relatif panas namun baik untuk pertumbuhan beberapa sayuran dan buah,
yaitu sekitar 28
o
C-32
o
C. Sekitar 75 dari luas lahan Desa Bantarsari merupakan tanah Hak Guna Usaha HGU dari PTPN VIII untuk perkebunan sawit. Sedangkan
luas lahan sisanya digunakan untuk area pertanian, seperti sawah 60.9 ha dan lahan kering 3.28 ha.
4.1.1.1 Karakteristik Pekarangan
Karakteristik pekarangan di ketiga desa dapat dilihat di Tabel 11. Luas pekaragan paling besar dan juga pekarangan yang paling sempit ditemukan di Desa
Bantarsari. Terkait aspek zonasi pekarangan, zona depan hampir selalu ditemui 80 sedangkan zona lainnya tidak selalu ditemui. Adapun pekarangan yang tidak
ditemukan adanya pekarangan depan karena sudah dipakai oleh warga menjadi badan jalan yang dapat diakses oleh umum. Selain zonasi pekarangan, pada
Gambar 12 Kondisi umum Desa Cikarawang
Gambar 13 Kondisi umum Desa Bantarsari
24
Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan
pekarangan juga ditemukan fasilitas yang digunakan untuk pemeliharaan ternak di pekarangan. Pada tabel tersebut dapat terlihat persentase tertinggi fasilitas ternak
yang ditemui di pekarangan Kabupaten Bogor pada umumnya adalah kandang ternak kecil KTK. Hal ini sesuai dengan ketersediaan luas lahan pekarangan untuk
budidaya ternak yang cenderung sempit. Bahkan untuk beberapa pekarangan yang sempit pemeliharaan ternak tidak menggunakan kandang di pekarangannya.
Berdasarkan pola penggunaan lahan pekarangan, seluruh zonasi digunakan untuk penanaman area pangan. Hal ini dapat dilihat pada contoh penggunaan lahan
berdasarkan zonasi depan-samping-belakang pekarangan di Desa Situ Udik Gambar 14, pekarangan di Desa Cikarawang Gambar 15, dan pekarangan di
Desa Bantarsari Gambar 16. Tabel 11 Luas, zonasi dan fasilitas ternak di pekarangan Desa Situ Udik, Desa
Cikarawang, dan Desa Bantarsari, Kabupaten Bogor
Nama Desa Luas m
2
Zonasi Fasilitas
Maksimal Rata-rata Minimal Dpn Blk Ki Ka KTB KTK Kol Situ Udik
500 175.1
40 80 80 60 40 50
60 20
Cikarawang 300
93.5 10
100 20 40 60 20 70
20 Bantarsari
600 160.2
6 80 30 60 10 0
50 50
Keterangan: a. Zonasi: Depan Dpn, Belakang Blk, Samping Kiri Ki dan Samping Kanan Ka
b. Fasilitas: Kandang Ternak Besar KTB, Kandang Ternak Kecil KTK, Kolam Kol
Gambar 14 Contoh penggunaan lahan pekarangan di Desa Situ Udik
Gambar 15 Contoh penggunaan lahan pekarangan di Desa Cikarawang
Gambar 16 Contoh penggunaan lahan pekarangan di Desa Bantarsari
25 Keanekaragaman pangan di pekarangan berupa jumlah jenis tanaman dan
ternak yang dapat ditemui di ketiga desa sampel dapat dilihat di Tabel 12. Strata tanaman yang paling banyak ditemukan adalah tanaman yang tergolong strata I.
Jenis fungsi tanaman yang paling banyak ditemukan adalah tanaman hias, namun tanaman pangan yang paling banyak ditemukan di pekarangan adalah jenis buah,
lalu diikuti oleh jumlah jenis tanaman sayur dan bumbu. Sementara berdasarkan ternak yang banyak dibudidayakan merupakan ternak kecil dan ikan.
Jika ditinjau dari pengelola pekarangan di ketiga desa sampel, maka pengelola utama pekarangan merupakan ibu rumah tangga di setiap pekarangan
yang sekaligus merupakan anggota Kelompok Wanita Tani KWT yang mendapatkan bantuan P2KP. Adapun karakteristik para ibu rumah tangga tersebut
dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga merupakan penduduk asli dan berprofesi sebagai
ibu rumah tangga. Selain menjadi ibu rumah tangga, ada juga yang berprofesi sebagai petani.
Karakteristik Kelompok Wanita Tani KWT di Desa Situ Udik, Desa Cikarawang, dan Desa Bantarsari, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14.
Pada umumnya kebun bibit kelompok merupakan kepemilikan yang relatif permanen karena kepemilikannya bersifat mendukung kegiatan KWT. Setiap KWT
memiliki kegiatan rutin yang dilakukan, meski tidak semuanya berbasis kegiatan pertanian. Hasil penjualan kue masuk ke dalam kas kelompok yang dapat
dipergunakan untuk pembelian barang yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh semua anggota kelompok, seperti pembelian bibit tanaman dan juga biaya
pemeliharaan kebun bibit kelompok. Karena ketiga desa ini lokasinya relatif dekat dengan perkotaan, maka intensitas penyuluh datang untuk pemantauan P2KP di
desa pun lebih relatif mudah dilakukan. Kedatangan penyuluh dapat membantu pemeliharaan dan optimalisasi perkarangan, baik secara teori maupun teknis.
Tabel 12 Jumlah jenis tanaman, ternak dan ikan di pekarangan Desa Situ Udik, Desa Cikarawang, dan Desa Bantarsari, Kabupaten Bogor
Nama Desa Strata
Fungsi Ternak
V IV III II I
a b c d
e f g h B
K I
Situ Udik 10 2 11 21 24 20 7 9 15 12 1 2 4
1 1
2 Cikarawang 9
1 12 24 24 25 2 10 16 13 2 1 1 3
1 1
Bantarsari 8
2 8 18 34 14 4 19 13 15 2 0 3 1
3 Rata-rata
9 2 10 21 27 20 4 13 15 13 2 1 3
1 1
2 Keterangan:
a. Keragaman Vertikal: Tinggi 1m I, 1-2m II, 2-5m III, 5-10m IV, dan 10m V b. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias a, Obat b, Sayur c, Buah d, Bumbu e,
Penghasil Pati f, Industri g, dan lainnya h c. Ternak: Besar B, Kecil K, dan Ikan I
Tabel 13 Karakteristik pengelola pekarangan di Desa Situ Udik, Desa Cikarawang, dan Desa Bantarsari, Kabupaten Bogor
Nama Desa Kependudukan
Mata Pencaharian Asli
Pendatang IRT Petani Wirausaha PNS Pedagang Lainnya Situ Udik
70 30
50 20
10 20
Cikarawang 80
20 40
20 30
10 Bantarsari
60 40
30 40
30 Keterangan: IRT Ibu Rumah Tangga; PNS Pegawai Negeri Sipil
26
Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan
4.1.3 Analisis Situasional Kabupaten Cirebon
Kabupaten Cirebon yang secara geografis terletak dilintasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, menempati titik strategis yang memiliki keunggulan tersendiri.
Kabupaten Cirebon berada pada posisi 108
o
40 - 108
o
48 Bujur Timur dan 6
o
30’– 7
o
00 Lintang Selatan. Suhu udara rata-rata Kabupaten Cirebon adalah 22.3 – 33.0
o
C dengan curah hujan rata-rata 150 – 3 500 mmtahun. Batas-batas wilayah Kabupaten Cirebon adalah di utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Indramayu, di barat laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka, di Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan, di timur berbatasan
dengan wilayah Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah. Desa yang dijadikan lokasi pengambilan sampel pekarangan di Kabupaten Cirebon
adalah Desa Bakung Lor, Desa Grogol, dan Desa Pegagan Lor. Desa Bakung Lor terletak di Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon
dengan ketinggian 13 mdpl. Desa ini didominasi area pertanian, terutama untuk budidaya tanaman hortikultura Gambar 17. Akses transportasi menuju Desa
Bakung Lor cenderung sulit karena lokasinya yang berada cukup jauh dari jaur utama yang menghubungkan ke kawasan Kota Cirebon kurang lebih 5 km,
sehingga hampir tidak ada transportasi umum yang melewati desa ini. Dalam kesehariannya, warga Desa Bakung Lor banyak yang menggunakan kendaraan
pribadi akibat jarangnya kendaraan umum yang melintasi desa tersebut. Kebun bibit Desa Bakung Lor berada dekat dengan permukiman semua
anggota KWT. Hingga saat ini kebun bibit masih aktif ditanami berbagai jenis sayuran, buah, tanaman bumbu serta penyediaan kolam untuk budidaya ikan.
Sebagian besar penanaman dilakukan di polybag dan juga pot. Hal ini dikarenakan tanah di Desa Bakung Lor yang berpasir. Tanaman yang paling sering dijumpai di
desa ini adalah pohon mangga dan pisang. Kedua tanaman ini biasa ditemui di pekarangan dan juga kebun campuran milik penduduk desa.
Tabel 14 Karakteristik Kelompok Wanita Tani KWT di Desa Situ Udik, Desa Cikarawang, dan Desa Bantarsari, Kabupaten Bogor
Nama Desa Nama KWT
Waktu berdiri
Kepemilikan kebun bibit
Produk unggulan Kegiatan
rutin Situ Udik
Teratai 2009
Ibu Ketua KWT Stroberi, dan kue kering
Membuat kue Cikarawang Mawar
2011 Mantan Kepala
Desa Jambu kristal dan kue
keing, keripik pisang Membuat kue
Bantarsari Rukun
Tani 2011
Desa Jambu kristal dan kue
kering, rengginang Membuat kue
Gambar 17 Kondisi umum Desa Bakung Lor
27 Desa Grogol terletak di Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Desa
ini terletak pada ketinggian 10 mdpl. Desa Grogol merupakan desa yang didominasi sawah dan lokasinya berbatasan langsung dengan jalur utama yang
menghubungkan ke kawasan Kota Cirebon Gambar 18. Di desa ini mudah ditemui adanya transportasi umum yang melewati desa ini. Namun dalam kesehariannya,
warga Desa Grogol tetap banyak yang menggunakan kendaraan pribadi demi efisiensi waktu perjalanan.
Desa Pegagan Lor terletak di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Desa ini berada pada ketinggian 5 mdpl dan berbatasan langsung dengan kawasan
pantai Gambar 19. Desa ini mudah diakses karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan jalur utama yang menghubungkan ke kawasan Kota Cirebon,
sehingga mudah ditemui adanya transportasi umum yang melewati desa ini. Namun dalam kesehariannya, warga Desa Pegagan Lor tetap banyak yang menggunakan
kendaraan pribadi dominasi kendaraan bermotor roda dua demi efisiensi waktu perjalanan.
4.1.1.1 Karakteristik Pekarangan
Karakteristik pekarangan di ketiga desa dapat dilihat di Tabel 15. Luas pekaragan paling besar dan luas pekarangan paling sempit ditemukan di Desa
Bakung Lor. Terkait aspek zonasi pekarangan, zona depan selalu ditemui 100 sedangkan zona lainnya tidak selalu ditemui. Selain zonasi untuk penanaman
tanaman pangan, pada pekarangan juga ditemukan fasilitas yang digunakan untuk pemeliharaan ternak di pekarangan. Pada tabel tersebut dapat terlihat persentase
tertinggi fasilitas ternak yang ditemui di pekarangan Kabupaten Cirebon pada umumnya adalah kandang ternak kecil KTK. Sementara itu, kandang ternak besar
Gambar 18 Kondisi umum Desa Grogol
Gambar 19 Kondisi umum Desa Pegagan Lor
28
Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan
hampir tidak pernah ditemukan. Masyarakat lebih suka menggunakan lahan pekarangan untuk budidaya ternak kecil dan juga ikan jika terdapat kolam.
Berdasarkan pola penggunaan lahan pekarangan, seluruh zonasi digunakan untuk penanaman area pangan, kecuali Desa Bakung Lor yang lebih menyukai pola
penanaman padat di satu zonasi saja. Hal ini dapat dilihat pada contoh penggunaan lahan pekarangan berdasarkan zonasi depan-samping-belakang di Desa Bakung
Lor Gambar 20, pekarangan di Desa Grogol Gambar 21, dan pekarangan di Desa Pegagan Lor Gambar 22.
Keanekaragaman pangan di pekarangan berupa jumlah jenis tanaman dan ternak yang dapat ditemui di ketiga desa sampel dapat dilihat di Tabel 16. Jenis
Tabel 15 Luas, zonasi dan fasilitas ternak di pekarangan Desa Bakung Lor, Desa Grogol, dan Desa Pegagan Lor, Kabupaten Cirebon
Nama Desa Luas m
2
Zonasi Fasilitas
Maksimal Rata-rata Minimal Dpn Blk Ki Ka KTB KTK Kol Bakung Lor
625 88.3
6 100 60 0 10
50 20
Grogol 600
163.0 18
100 10 20 50 60
30 Pegagan Lor
311 182.4
40 100 70 50 60
10 60
60 Keterangan:
a. Zonasi: Depan Dpn, Belakang Blk, Samping Kiri Ki dan Samping Kanan Ka b. Fasilitas: Kandang Ternak Besar KTB, Kandang Ternak Kecil KTK, Kolam Kol
Gambar 20 Contoh penggunaan lahan pekarangan di Desa Bakung Lor
Gambar 21 Contoh penggunaan lahan pekarangan di Desa Grogol
Gambar 22 Contoh penggunaan lahan pekarangan di Desa Pegagan Lor