34
Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan
maupun rendah Cirebon. Keanekaragaman sedang untuk Kabupaten Bogor dan Bandung 1H’3.322 dianggap sudah memiliki produktivitas cukup, kondisi
ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang Restu 2002. Namun jika melihat dominansi spesies tanaman pangan dalam suatu
pekarangan, maka dapat dilakukan analisis dominansi tanaman dengan metode
Summed Dominance Ratio
SDR. Hasil analisis SDR terhadap tanaman-tanaman yag ditemui di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 menunjukkan
sepuluh spesies tanaman yang memiliki nilai SDR dengan 10 peringkat tertinggi di ketiga kabupaten penelitian. Berdasarkan Tabel 24 juga dapat terlihat bahwa
tanaman yang dominan di Kabupaten Bandung dan Cirebon adalah tanaman buah yang sebagian besar merupakan tanaman tahunan. Sedangkan Kabupaten Bogor
didominasi oleh tanaman bumbu dan sayur yang sifatnya semusim. Hal ini sesuai dengan kondisi pekarangan di Bogor yang memiliki ukuran sempit, sehingga
tanaman yang dibudidayakan di pekarangan terbatas untuk tanaman dengan jarak tanam besar.
Namun jika dilihat dari angka SDR secara rata-rata, maka dapat terlihat bahwa spesies tanaman yang paling dominan dan sering ditemukan di keseluruhan
sampel pekarangan adalah tanaman mangga SDR 54.01, lalu diikuti dengan pisang SDR 33.11 lalu tomat SDR 29.99 Gambar 25. Dapat terlihat dari 10
spesies tanaman tersebut, bahwa dominansi tanaman bumbu 40, buah 30, sayur 20, dan tanaman penghasil pati 10. Hal ini membuktikan bahwa pekarangan
masih difungsikan sebagai penyedia tanaman bumbu yang pada hakikatnya akan diperlukan untuk bahan pangan sehari-hari.
Tabel 24
Dominasi tanaman pekarangan
No Kab. Bandung
Kab. Bogor Kab. Cirebon
Rata-rata Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR
Nama Lokal SDR Nama Lokal SDR
1 Mangga 67.68 Tomat
64.70 Mangga 92.04 Mangga
54.01 2 Cabe rawit
46.45 Cabe rawit 34.93 Pisang
47.23 Pisang 33.11
3 Pisang 41.64 Kunyit
32.48 Cabe merah 32.39 Tomat 29.99
4 Pepaya 41.04 Kangkung
30.56 Lengkeng 26.89 Cabe rawit
29.03 5 Terong
35.00 Caisin 28.75 Pepaya
26.42 Pepaya 25.68
6 Singkong 31.32 Bayam
27.89 Kangkung 22.28 Cabe merah
21.30 7 Jeruk
20.15 Cabe merah 25.03 Jambu biji
20.22 Kangkung 20.50
8 Kunyit 14.41 Jahe
18.81 Tomat 15.50 Terong
16.37 9 Jambu air
11.66 Kacang Panjang 15.66 Kelapa 10.14 Kunyit
16.35 10 Bawang daun 10.16 Jahe merah
14.16 Jeruk 9.25 Singkong
13.23
Gambar 25 Tanaman pangan pekarangan dengan nilai SDR tertinggi secara rata-rata kiri-kanan: mangga, pisang, dan tomat
35
4.2.3.3 Analisis Keragaman Strata Tanaman di Pekarangan
Susunan tanaman di pekarangan terdiri atas berbagai lapisan, mulai dari rumput atau herba untuk ketinggian kurang dari 1 m strata I, semak untuk
ketinggian 1-2 m strata II, perdu dan pohon kecil dengan ketinggian 2-5 m strata III, pohon sedang yang memiliki tinggi antara 5-10 m strata IV, dan pohon tinggi
untuk ketinggian pohon di atas 10 m strata V Arifin 1998. Keragaman stratifikasi tanaman dapat memberikan keuntungan pemanfaatan ruang dan cahaya
matahari yang optimal. Hal ini dapat mendukung keberlanjutan keanekaragaman hayati pertanian. Christanty et al. 1986; Abdoellah 1991; dan Arifin et al.
1997. Pengelompokan tanaman pekarangan ke dalam lima strata tersebut dapat dilihat pada Tabel 25.
Persamaan keragaman strata pada ketiga lokasi dapat terlihat dari kesamaan
nilai terendah pada nilai rata-rata jumlah jenis tanaman strata IV. Sedangkan pada nilai rataan tertingginya dapat dilihat pada pekarangan di tiga lokasi pun memiliki
keragaman strata tertingginya pada strata I. Keragaman strata ini sangat dipengaruhi akibat luas lahan pekarangan yang relatif sempit, sehingga tidak memungkinkan
untuk budidaya banyak jenis tanaman dengan strata tinggi.
4.2.4 Analisis Keragaman Ternak Pekarangan
Ternak yang ada pada ketiga kabupaten penelitian dapat berupa mamalia, unggas ataupun ikan. Untuk itu, dibuatlah klasifikasi ternak besar, kecil, dan juga
ikan. Ternak besar merupakan hewan mamalia berkaki empat dan butuh kandang besar yang ditempatkan di pekarangan secara khusus, antara lain sapi, domba,
kambing dan domba. Ternak kecil merupakan ternak yang penempatan kandangnya fleksibel dan bisa dipindah-pindahkan portable karena ukurannya yang tidak
terlalu besar, contohnya adalah ayam, bebek, entog, itik, kelinci, dan burung. Ikan merupakan hewan air yang butuh kolam untuk dibudidayakan di pekarangan.
Keberadaan hewan ternak di Kabupaten Bandung sebanyak 26.67, Kabupaten Bogor sebanyak 33.33, dan Kabupaten Cirebon sebanyak 7.78 dari keseluruhan
pekarangan sampel di setiap kabupaten Tabel 26.
Adapun jenis ternak yang dijumpai di sampel pekarangan setiap kabupaten tentu berbeda-beda. Dari hasil penelitian yang dilakukan, telah ditemukan ternak di
Tabel 25 Keragaman strata tanaman pekarangan berdasarkan rata-rata jumlah
Lokasi Strata Tanaman
Strata I Strata II
Strata III Strata IV
Strata V Kab. Bandung
62 31
19 5
17 Kab. Bogor
58 31
18 3
16 Kab. Cirebon
38 21
19 3
10
Tabel 26 Persentase keberadaan ternak pekarangan
Jenis Ternak Persentase keberadaan ternak pekarangan
Kab. Bandung Kab. Bogor
Kab. Cirebon Patrol
-sari Bojong-
emas Giri-
mekar Cikara-
wang Situ
Udik Bantar
-sari
Bakung
Lor Gro
-gol Pegaga
n Lor Darat
Besar 10
10 40
Kecil 70
20 60
80 60
40 60
Air Ikan
20 30
30 20
20 30
10 Rata-rata
26.67 33.33
7.78
36
Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan
pekarangan yang disajikan pada Tabel 33. Ternak kecil yang paling sering dijumpai di pekarangan adalah ayam, bebek dan entog Gambar 26. Dapat terlihat pada
Tabel 27, jenis ternak yang dapat ditemukan di ketiga lokasi penelitian pekarangan adalah ayam Gallus gallus domesticus dengan persentase keberadaan di
Kabupaten Bandung, Bogor, dan Cirebon berturut-turut sebesar 40, 56.67 dan 33.33 dari total sampel pekarangan.
Ternak besar ditemui pada pekarangan yang memiliki luasan lahan cukup untuk kandang ternak besar. Ternak kecil jenis unggas dapat ditemukan di
pekarangan segala ukuran. Pada pekarangan sempit, ayam tidak diberikan kandang, namun paka pekarangan dengan ukuran lebih besar ditemukan kandang dan juga
area yang dibatasi kawat atau pagar agar sirkulasi dibatasi dan tidak mengganggu tanaman budidaya di pekarangan. Kolam dapat ditemukan di semua ukuran
pekarangan. Namun pada pekarangan sempit, jika ditemukan kandang ternak di dalam pekarangan, maka jarang ditemukan adanya kolam ikan di pekarangan
tersebut.
4.3 Analisis Aspek Pengelolaan dan Pemanfaan Pangan di Pekarangan 4.3.1 Analisis Aspek Pengelolaan Pekarangan
Pengelola pekarangan adalah para ibu keluarga pemilik pekarangan, yaitu anggota Kelompok Wanita Tani KWT. Anggota KWT sampel sebagian besar
adalah ibu rumah tangga yang hampir sepanjang harinya berada di rumah Gambar Tabel 27 Persentase keragaman jenis ternak pekarangan
Jenis Ternak Keberadaan di Pekarangan
Kab. Bandung Kab. Bogor Kab. Cirebon
Ayam Gallus gallus domesticus 40.00
56.67 33.33
Bebek Anas platyrhynchos domesticus 10.00
0.00 3.33
Entog Cairina moschata 10.00
0.00 13.33
Itik Cairina scutulata 6.67
0.00 0.00
Kelinci Oryctolagus cuniculus 0.00
0.00 6.67
Kalkun Meleagris gallopavo 0.00
0.00 3.33
Angsa Putih Cygnus olor 0.00
0.00 3.33
Burung Puyuh Coturnix coturnix japonica 0.00
0.00 3.33
Kambing Capra aegagrus hircus 3.33
10.00 0.00
Kerbau Bubalus bubalis 0.00
3.33 0.00
Domba Ovis aries 3.33
3.33 0.00
Sapi Bos primigenius 3.33
0.00 0.00
Ikan Mujair Oreochromis mossambicus 13.33
16.67 0.00
Ikan Lele Clarias gariepinus 10.00
3.33 0.00
Ikan Gurame Osphronemus gouramy 0.00
3.33 0.00
Ikan Mas Cairina moschata 10.00
6.67 0.00
Ikan Nila Oreochromis niloticus 0.00
0.00 3.33
Gambar 26 Ternak kecil yang paling sering ditemui: ayam, bebek dan entog
37 27. Anggota KWT idealnya merupakan wanita tani, atau wanita yang memiliki
suami yang berprofesi sebagai petani. KWT yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebagian besar sudah memiliki ilmu tani yang mereka dapatkan dari profesi
mereka baik tetap maupun sementara, maupun yang mereka dapatkan dari keluarga. Hal ini terbukti dengan kemampuan mereka dalam melakukan
pemeliharaan tanaman pekarangan. Mereka melakukan teknik pemeliharaan pekarangan dengan cara manual, dan menurut cara yang dilakukan secara turun-
temurun. Pemeliharaan pekarangan dilakukan setiap hari, biasanya pada pagi atau sore hari dengan alokasi waktu rata-rata 5-30 menit. Tanaman serta ternak yang
berada di pekarangan, dan ada juga yang berasal dari bantuan P2KP.
Tanaman yang berada di pekarangan terdiri dari tanaman tahunan dan tanaman semusim. Tanaman tahunan yang ditemukan sebagian besar merupakan
tanaman yang sudah ada sejak lebih dari empat tahun yang lalu. Tanaman ini terdiri dari tanaman buah, tanaman industri, pepohonan besar tanaman lainnya. Tanaman
semusim yang ada di pekarangan pada umumnya merupakan tanaman sayur, obat, dan bumbu. Tanaman ini ada yang memang sudah biasa dibudidayakan di
pekarangan sejak lama, namun ada juga yang merupakan bantuan dari program P2KP. Tanaman semusim yang ada di pekarangan memerlukan pemeliharaan
intensif karena siklus hidupnya yang tergolong cepat dibandingkan tanaman tahunan. Pemeliharaan intensif yang dilakukan meliputi pembibitan, pemindahan
area tanam, penyiangan, penyiraman, pemupukan, hingga pemanenan.
4.3.2 Analisis Aspek Pemanfaatan Pangan Pekarangan
Pekarangan sudah dimanfaatkan sebagai lahan yang difungsikan untuk area pertanian skala kecil, yaitu sebagai area penanaman tanaman produktif, area untuk
budidaya ternak dan ikan. Pekarangan juga dimanfaatkan sebagai area untuk penunjang kegiatan pertanian seperti area pembibitan, area penjemuran pangan
hasil panen, atau hanya sebagai area penyimpanan hasil panen. Pekarangan sudah dimanfaatkan sebagai area untuk penyedia kebutuhan
pangan, baik sebagai bahan konsumsi rumah tangga KRT, pangan yang dibagikan ke kerabat PDB, dan juga pangan yang dijual PDJ. Pangan yang dikonsumsi
biasanya merupakan tanaman dengan siklus hidup singkat tanaman semusim. Pangan yang dibagikan ke kerabat atau tetangga biasanya merupakan pangan yang
berlebih dari kebiasaan konsumsi, sehingga dapat bermanfaat secara sosial. Pangan yang dijual merupakan pangan yang tidak biasa dikonsumsi langsung perlu
pengolahan dan memiliki nilai jual tinggi. Contoh dari pangan yang tergolong
Ibu Rumah Tangga Petani Wirausaha Pegawai Lainnya
Gambar 27 Proporsi pekerjaan anggota KWT
67 20
10 3
Kab. Bandung
40 27
10 3
17 3
Kab. Bogor
56 7
20 7
10
Kab. Cirebon