Edukasi kepada ibu rumah tangga Pendampingan dari pihak pemerintah Contoh Model Pekarangan yang Mendukung Penganekaragaman Konsumsi Pangan

57 Gambar 39 Contoh model pekarangan sempit G am bar 39 C ont oh m odel pek ar ang an s em pi t 58 Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan Gambar 40 Desain penanaman contoh model pekarangan sempit Ga mbar 40 D esa in pen an aman c ontoh m ode l pek ara ng an se mpi t 59

4.7.4.2 Contoh Model Pekarangan Sedang

Pekarangan sedang memiliki ukuran antara 120 – 400 m 2 . Pekarangan sedang pada contoh model ini memliki empat zona, yaitu depan, samping kanan, samping kiri dan belakang. Pada Gambar 41 ditampilkan contoh model pekarangan sedang di Bandung. Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman serta iklim yang sesuai untuk beberapa tanaman yang hanya mampu dibudidayakan di dataran tinggi, maka pekarangan di kawasan ini disarankan untuk membuat bedeng tanaman yang terletak di pekarangan belakang. Selain pekarangan depan ditanami tanaman hias dan buah strata rendah tanaman ketinggian kurang dari 5 meter. Pekarangan samping ditanami tanaman penghasil pati yang berfungsi sekaligus sebagai batas pekarangan. Selain itu, pada pekarangan samping yang lahannya sempit dapat menggunakan tanaman rambat tahan naungan seperti sirih dan binahong. Kolam kecil juga dapat diletakkan pada pekarangan samping yang berukuran sempit. Pekarangan belakang didominasi oleh buah-buahan dengan ketinggian lebih dari 5 meter serta tanaman bumbu yang tahan naungan. Selain itu disertakan pula kandang ternak besar dan ternak kecil yang dapat digunakan untuk berternak kambing, domba, dan juga unggas. Gambar dari contoh model pekarangan sedang ada pada Gambar 41, dan desain penanaman contoh model pekarangan sedang pada Gambar 42. Tanaman-tanaman yang digunakan pada contoh model pekarangan sedang ini sesuai untuk ditanam di Kabupaten Bandung dan sifatnya optional, sehingga untuk pekarangan di Kabupaten Bogor dan Cirebon dapat digantikan dengan tanaman lain yang memiliki fungsi dan jarak tanam serupa namun sesuai untuk syarat tumbuh tanaman tersebut. Penggunaan ternak sifatnya sangat dianjurkan, karena diharapkan dapat mendukung peningkatan energi dari konsumsi pangan.

4.7.4.3 Contoh Model Pekarangan Besar

Pekarangan besar memiliki ukuran antara 400-1 000 m 2 . Namun model ini juga dapat diterapkan di pekarangan dengan ukuran sangat besar 1 000 m 2 . Pekarangan besar pada contoh model ini memliki empat zona, yaitu depan, samping kanan, samping kiri dan belakang. Kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman serta iklim yang sesuai untuk banyak jenis tanaman. Hal ini dikarenakan lokasi Kabupaten Bogor yang berada pada ketinggian sedang, sehingga memiliki potensi keragaman spesies tinggi pula. Pekarangan di kawasan Kabupetn Bogor memiliki iklim yang sesuai untuk pertumbuhan banyak jenis tanaman. Oleh karena itu disarankan untuk membuat bedeng tanaman yang terletak di pekarangan belakang atau samping jika ada. Selain Pekarangan depan ditanami tanaman hias dan buah strata rendah tanaman ketinggian kurang dari 5 meter. Pekarangan samping ditanami tanaman penghasil pati yang berfungsi sekaligus sebagai batas pekarangan. Kolam kecil juga dapat diletakkan pada pekarangan samping yang berukuran sempit. Pekarangan belakang didominasi oleh buah-buahan dengan ketinggian lebih dari 5 meter, tanaman sayur, serta tanaman bumbu yang tahan naungan. Selain itu disertakan pula kandang ternak besar dan ternak kecil yang dapat digunakan untuk berternak sapi, kerbau, kambing, domba, dan juga unggas. Keberadaan kolam dapat digunakan sebagai area untuk budidaya ikan. Gambar dari contoh model pekarangan besar ada pada Gambar 43, dan desain penanaman contoh model pekarangan besar pada Gambar 44. 60 Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan Gambar 41 Contoh model pekarangan sedang Ga mbar 41 C ontoh m ode l peka ra nga n se da ng 61 Gambar 42 Desain penanaman contoh model pekarangan sedang Ga mbar 42 D esa in pen an aman c ontoh m ode l pek ara ng an se da ng 62 Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan Gambar 43 Contoh model pekarangan besar Ga mbar 43 C ontoh m ode l peka ra nga n be sa r 63 Gambar 44 Desain penanaman contoh model pekarangan besar Ga mbar 44 D esa in pen an aman contoh m ode l pek ara ng an be sa r 64 Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan

4.7.5 Pemeliharaan pekarangan

Pemeliharaan pekarangan dapat dilakukan pagi atau sore hari dengan teknik manual seperti pada umumnya. Adapun tanaman semusim perlu pemeliharaan yang lebih intensif daripada tanaman tahunan karena siklus hidupnya yang berbeda-beda antar tanaman. Penganekaragaman pangan di pekarangan dapat lebih optimal dengan cara pengaturan pola tanam secara intensif dalam setahun, terutama untuk tanaman semusim. Pengaturan pola tanam yang terjadwal dengan penggunaan kalender tanam dapat meningkatkan produktivitas lahan, terutama untuk produksi pangan di pekarangan. Selain itu, meskipun sudah tidak ada bantuan dari program P2KP, seharusnya peran KWT dalam mendukung penganekaragaman pangan di pekarangan tidak terhenti. Hal ini dikarenakan KWT merupakan kumpulan dari ibu rumah tangga dominan yang sudah memiliki ilmu bertani, dan seharusnya bukan menjadi hal yang sulit lagi bagi mereka untuk bertani di pekarangan rumah masing- masing. Untuk menjaga peran KWT dalam pengoptimalan fungsi pekarangan sebagai penyedia pangan dapat dilakukan dengan cara memfungsikan kembali kebun bibit untuk pembibitan awal tanaman sebelum ditanam di pekarangan. 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pekarangan di Kabupaten Bogor memiliki keanekaragaman pangan tertinggi 1.95 dan termasuk kategori keragaman sedang, yaitu tingkat keragaman yang memiliki produktivitas cukup, dan kondisi ekosistem cukup seimbang. Keanekaragaman pangan yang tinggi diindikasikan dengan beragamnya jenis pangan tanaman dan juga ternak di pekarangan. Namun tingginya nilai keanekaragaman pangan pekarangan masih belum diimbangi dengan pemanfaatan produk pekarangan untuk memenuhi angka kebutuhan gizi ideal keluarga pemilik pekarangan 0.84 – 9.39. Pemanfaatan pekarangan yang lebih optimal dapat dilakukan dengan cara mempertahankan ukuran pekarangan eksisting, menggunakan teknik penanaman vertikal, serta mempertahankan pekarangan depan dan belakang untuk area budidaya pangan. Selain untuk fungsi ekologis, penganekaragaman pangan di pekarangan dapat berfungsi optimal jika memenuhi syarat adanya keragaman lima strata dan delapan fungsi tanaman pada setiap ukuran pekarangan. Ibu rumah tangga memegang peranan penting dalam pemeliharaan pekarangan. Intervensi dari pihak pemerintah perlu dilakukan kepada ibu rumah tangga untuk membantu dalam peningkatan wawasan terkait manfaat dari keberagaman pangan di pekarangan serta urgensi konsumsi keluarga yang beragam, bergizi, sehat dan aman.

5.2 Saran

Dalam membantu peran ibu rumah tangga, dibutuhkan peran pemerintah untuk mendukung tercapainya penganekaragaman konsumsi pangan dari produk pekarangan. Adapun yang dapat dilakukan antara lain penyusunan program pendukung yang konsisten, pendampingan secara intensif, terutama dalam pemanfaatan kebun bibit kelompok sebagai sarana penunjang penganekaragaman pangan di pekarangan. 65 DAFTAR PUSTAKA Abdoellah, O.S. 1991. Definition and Ecology of Homegardens. in M.E. Daw, K.V.A. Bavappa and E. Pasadaran eds. Proceeding Seminar on Pekarangan Land: Development Possibilities and Their Contribution to Farmer’s Welfare. Centre for Agro-socioeconomic Research Ministry of Agriculture with Food and Agriculture Organisation FAO. Bogor. Arifin HS, Sakamoto K and Chiba K. 1997. Effects of the Fragmentation and the Change of the Social and Economical Aspects on the Vegetation Structure in the Rural Home Gardens of West Java, Indonesia. Japan Institue of Landscape Architecture J., Tokyo. Vol.60 5: 489-494 Arifin HS, Sakamoto K, Chiba K. 1998. Effects of Urbanization the Performance of the Home Gardens in West Java, Indonesia. Okayama JP: Natural Science and Technology, Okayama University. Arifin HS, Munandar A, Arifin-Nurhayati HS, Kaswanto RL. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Perdesaan. Bogor ID: IPB Press. Arifin HS, Munandar A, Mugnisjah WQ, Budiarti T, Arifin NHS, Pramukanto P. 2007. Homestead Plot Survey on Java. Research Report. Seattle US: Department of Landscape Architecture Rural Development Institute RDI. Arifin HS. 2010. Manajemen Lanskap dalam Pembangunan Pertanian Menuju Harmonisasi Kesejahteraan Masyarakat dan Kelestarian Lingkungan. Pembangunan Pedesaan: Pemikiran Guru Besar 6 PT BHMN. Bogor ID: IPB Press. Arifin HS. 2012. Manajemen Lanskap Pekarangan bagi Kesehatan Pangan Keluarga. Di dalam: 60 Tahun Pendirian Kampus IPB Baranangsiang. Bogor ID: IPB Press Arifin HS, Munandar A, Schultink G, Kaswanto RL. 2012. The role and impacts of small-scale, homestead agro-forestry systems “pekarangan” on household prosperity: an analysis of agro-ecological zones of Java, Indonesia. International Journal of AgriScience Volume 210. hlm 896-914 Arifin NHS, Arifin HS, Astawan M, Kaswanto, Budiman VP. 2013. Optimalisasi Fungsi Pekarangan Melalui Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di dalam: Prosiding Lokakarya Nasional dan Seminar FKPTPI, Bogor 2-4 September 2013. Bogor ID: Fakultas Pertanian IPB. hlm 22-31. Azra ALZ, Arifin HS, Astawan M. 2013. Manajemen Lanskap Pekarangan dalam Mendukung Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga Di dalam: Prosiding Lokakarya Nasional dan Seminar FKPTPI, Bogor 2-4 September 2013. Bogor ID: Fakultas Pertanian IPB. hlm 429-441. [Bakosurtanal] Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional 2003. Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat. Bogor ID: Bakosurtanal. Badan Litbang Pertanian. 2012. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari M- KRPL: Konsep, Implementasi dan Eskalasi. Pertemuan FKPR bersama Kepala Badan Litbang Pertanian, Jakarta, 25 Nopember 2011. Christanty, L., O.S., Abdoellah, G.G. Marten J. Iskandar. 1986. Traditional agroforestry in West Java: the pekarangan homegarden and kebun-talun annual-perennial rotation cropping systems. G. G. Marten editor. Traditional 66 Lampiran 7 Rekomendasi tanaman di model pekarangan lanjutan Agriculture in Southeast Asia: A Human Ecology Perspective 132-158. Westview Press. Bolder, Colorado. [Depkes] Departemen Kesehatan 2013. Angka Kecukupan Gizi AKG. Jakarta ID: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta ID: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan 2004. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia. Jakarta ID: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [Depkes] Departemen Kesehatan 2005. Piranti Lunak NutriClin versi 2.0 edisi kedua, Subdit Gizi Klinis. Jakarta ID: Departemen Kesehatan Indonesia. [Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Pedoman umum pemanfaatan pekarangan. [Internet] Diakses pada 8 Desember 2012. Tersedia dalam http:www.smeeda.com. [Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan PPH Tahun 2010-2014. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 . Jakarta ID: Kementerian Pertanian. [Diskes] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2014. Rekapitulasi Jumlah Kematian Neonatal Bayi Dan Balita Kabupaten Kota, Provinsi Jawa Barat, Jan-Juni 2014. Di dalam: Laporan Kesehatan Anak 2014 [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 21]. Tersedia pada: http:diskes.jabarprov.go.id index.phpsubMenu860. [FAO] 2006. Food Security. FAO’s Agriculture and Development Economics Division ESA with support from the FAO Netherlands Partnership Programme FNPP and the EC-FAO Food Security Programme. Policy Briefs, June 2006. Galluzzi G, Eyzaguirre P, Negri V. 2010. Home gardens: neglected hotspots of agro-biodiversity and cultural diversity. Biodivers Conserv 19 2010: 3635– 3654. Hardinsyah. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian Khomsan, A. A. Sulaeman, Editor. Bogor ID: IPB Press. Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta ID: Yayasan Obor Indonesia. Karyono. 1990. Home gardens in Java: their structure and function. Landauer, K. and M. Brazil editor. Tropical Home Garden. Tokyo JP: United Nation University Press. Kehlenbeck K, Arifin HS, Maass BL. 2007. Plant diversity in homegardens in socio-economic and agro-ecological context. Tscharnke, T. editor. Stability of Tropical Rainforest Margins. Springer. Kehlenbeck K, Maass BL. 2004. Crop diversity and clasification of homegardens in Central Sulawesi, Indonesia. Agroforestry System 632004:53-62. Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Fakultas, Institut Pertanian Bogor. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2004. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta ID: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.