Warna Sifat Fisik Kukis

29 mengandung protein tinggi 12-14 akan menghasilkan biskuit dengan kekerasan tinggi, tekstur bagian dalam dan permukaan yang kasar. Tabel 7. Pengaruh substitusi TPM terhadap sifat kerenyahan dan kekerasan kukis Kukis substitusi TPM Kekerasan gf Kerenyahan gf 60 2045,1 a 958,7 a 80 1974,4 a 637,6 a 100 1924,4 a 802,8 a Kerenyahan dipengaruhi oleh kadar lemak dan kandungan air. Lemak akan teradsorpsi ke permukaan granula pati dan mengakibatkan penurunan viskositas dan pengembangan pati. Hal ini dikarenakan lemak membentuk suatu lapisan pada bagian luar granula pati serta mampu menghambat penetrasi air ke dalam granula. Penetrasi air yang lebih sedikit akan menghasilkan gelatinisasi yang semakin rendah sehingga peningkatan jumlah lemak akan meningkatkan kerenyahan kukis Martin et al. 2006. Fuentes-Zaragoza et al. 2009 juga menjelaskan bahwa RS memiliki karakteristik sulit mengikat air. Dengan demikian, sifat TPM yang sulit mengikat air mempermudah penguapan air ketika proses pemanggangan berlangsung sehingga mampu memberikan tekstur yang renyah pada kukis. Kekerasan dan kerenyahan pada kukis substitusi 60, 80 dan 100 TPM tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 0.05. Aktivitas air a w sangat mempengaruhi kekerasan dan kerenyahan produk. Cauvain dan Young 2006 juga menjelaskan bahwa pengukuran kekerasan dan kerenyahan biskuit dengan menggunakan instrumen sangat terkait dengan kadar air dan atau a w dari produk tersebut. Berdasarkan Gambar 7, nilai a w ketiga jenis kukis substitusi tidak berbeda nyata p0.05 sehingga tidak memberikan pengaruh pada kekerasan dan kerenyahan kukis yang diukur dengan instrumen Texture Analyzer.

c. Warna

Warna merupakan salah satu parameter penting yang mempengaruhi penilaian konsumen. Pengukuran warna kukis secara objektif menggunakan instrumen kromameter dengan metode Hunter. Nilai L 0-100 menunjukkan tingkat kecerahan pada kukis, semakin rendah nilai L maka warna kukis semakin gelap. Nilai a menunjukkan derajat kemerahan atau kehijauan. Semakin positif nilai a 0-100 maka warna kukis cenderung merah dan semakin negatif nilai a -80-0 maka warna kukis cenderung hijau. Sementara itu, nilai b menunjukkan derajat kekuningan atau kebiruan. Semakin positif nilai b 0-70 maka warna kukis cenderung kuning dan semakin negatif nilai b -80-0 maka warna kukis cenderung biru. Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi substitusi TPM pada kukis, maka warna kukis semakin gelap. Hal ini disebabkan oleh TPM yang berwarna cokelat, sedangkan tepung terigu berwarna putih. Dengan demikian seiring dengan meningkatnya substitusi TPM, warna kukis menjadi semakin gelap. Warna gelap pada kukis ini juga 30 disebabkan oleh proses pemanggangan yang akan mengakibatkan terjadinya reaksi Maillard dan karamelisasi. Tabel 8. Pengaruh substitusi TPM terhadap warna kromameter kukis Kukis substitusi TPM L a b 60 46,48 a +10,20 a,b +17,42 a 80 44,73 a +9,59 a +17,21 a 100 37,84 b +10,64 b +13,04 b Nilai a pada kukis TPM yang berkisar antara 9,59 - 10,64 mengindikasikan bahwa kukis cenderung berwarna merah daripada hijau. Sementara itu, nilai a pada kukis substitusi TPM yang berkisar antara 13,04 - 17,42 mengindikasikan bahwa warna kukis cenderung berwarna kuning daripada biru, meskipun warna kuning yang dimiliki tidak pekat. Dengan demikian, kukis substitusi TPM cenderung berwarna merah-kuning. Hasil pengukuran derajat putih dengan alat Whiteness-meter, menunjukkan bahwa derajat putih pada TPM sebesar 17,08, sedangkan tepung pisang alami sebesar 50,81. Semakin tinggi derajat putih, maka warna tepung semakin mendekati warna putih dari reference BaSO 4 . TPM memiliki warna yang lebih cokelat disebabkan oleh proses pemotongan, fermentasi, otoklaf dan pengeringan. Proses perlakuan yang dilalui dalam pembuatan TPM lebih banyak sehingga memungkinkan terjadinya proses pencoklatan yang juga lebih besar. Proses pemotongan dan fermentasi menyebabkan pencoklatan enzimatis pada tepung pisang, sedangkan proses otoklaf dan pengeringan menyebabkan terjadinya pencoklatan nonenzimatis pada tepung pisang. Uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa nilai L dan b pada kukis dengan substitusi 60 TPM dengan substitusi 80 TPM tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 0,05, namun keduanya berbeda nyata lebih cerah dibandingkan kukis substitusi 100 TPM. Nilai a pada kukis substitusi 60 TPM tidak berbeda nyata dengan kukis substitusi 100 dan 80 TPM, namun nilai a pada kukis substitusi 80 berbeda nyata secara signifikan dengan nilai a pada kukis substitusi 100 TPM Lampiran 9.

3. Sifat Sensori Kukis