36 dikelompokkan ke dalam mutu A dan C, begitu juga sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena faktor kelelahan dan kejenuhan mata manusia pada saat melakukan pemutuan secara manual, kemudian pada saat proses pemutuan secara
manual petani juga mempertimbangkan faktor panjang disamping faktor diameter buah naga. Selain itu bentuk buah naga yang unik yang mempunyai sisik dan
sulur dengan ukuran yang tidak tentu juga turut mempengaruhi hasil pengukuran dengan teknik pengolahan citra.
4. Penentuan Mutu Berdasarkan Ferets Diameter Buah
Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran ferets diameter buah naga dengan cara pengolahan citra, menghasilkan nilai rata-rata ferets
diameter untuk mutu A sebesar 1.44 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 1.62 dan 1.23. Rata-rata ferets diameter mutu B sebesar
1.53 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 1.94 dan 1.25. Dan rata-rata ferets diameter mutu C sebesar 1.57 dengan nilai maksimum dan
minimum masing-masing sebesar 2.00 dan 1.27. Hasil perhitungan statistik pada parameter ferets diameter untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan
pada Tabel 11. Sedangkan grafik sebaran ferets diameter hasil pengolahan citra untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 19.
Tabel 11. Hasil perhitungan statistik pada parameter ferets diameter buah naga hasil pengolahan citra
Ferets Diameter Mutu
A B
C Maksimum
1.62 1.94
2.00 Minimum
1.23 1.25
1.27 Rata-rata
1.44 1.53
1.57 Standar Deviasi
0.09 0.13
0.17 Berdasarkan grafik sebaran ferets diameter tidak dapat digambarkan garis
batas nilai karena nilai-nilai pada ketiga tingkatan mutu tidak menunjukkan perbedaan yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ferets diameter tidak
dapat digunakan sebagai parameter penentuan tingkat mutu buah naga.
37 Gambar 19. Grafik sebaran ferets diameter hasil pengolahan citra buah naga
mutu A, B dan C
5. Penentuan Mutu Berdasarkan Faktor Bentuk Roundness
Roundness merupakan faktor bentuk yang tidak berdimensi. Bila nilai roundness semakin besar maka bentuk objek tersebut semakin bundar. Sebaliknya
semakin kecil nilai roundness yang dihasilkan maka bentuk objek semakin memanjang.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk pengukuran roundness buah naga dengan cara pengolahan citra, menghasilkan nilai rata-rata roundness untuk
mutu A sebesar 0.59 dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 0.73 dan 0.48. Rata-rata roundness mutu B sebesar 0.56 dengan nilai
maksimum dan minimum masing-masing sebesar 0.70 dan 0.46. Dan rata-rata roundness mutu C sebesar 0.53 dengan nilai maksimum dan minimum masing-
masing sebesar 0.66 dan 0.42. Hasil perhitungan statistik pada parameter roundness untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C disajikan pada Tabel 12.
Sedangkan grafik sebaran roundness hasil pengolahan citra untuk buah naga mutu A, mutu B dan mutu C dapat dilihat pada Gambar 20.
38 Tabel 12. Hasil perhitungan statistik pada parameter roundness buah naga
hasil pengolahan citra Roundness
Mutu A
B C
Maksimum 0.73
0.70 0.66
Minimum 0.48
0.46 0.42
Rata-rata 0.59
0.56 0.53
Standar Deviasi 0.06
0.05 0.06
Gambar 20. Grafik sebaran roundness hasil pengolahan citra buah naga mutu A, B dan C
Berdasarkan grafik sebaran roundness tidak dapat digambarkan garis batas nilai karena nilai-nilai pada ketiga tingkatan mutu tidak menunjukkan perbedaan
yang jelas, hal ini terjadi karena pada saat proses pemutuan secara manual tidak ada parameter keseragaman bentuk yang dapat dijadikan acuan yang nyata.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa roundness tidak dapat digunakan sebagai parameter penentuan tingkat mutu buah naga.
6. Penentuan Mutu Berdasarkan Warna Buah