Lateks Double Centrifuge Lateks DS

57 brookfield , dari hasil analisis didapatkan bahwa lateks pekat yang dihasilkan mempunyai viskositas sebesar 97 cp. Viskositas ini menunjukan kekentalan dari suatu lateks. Semakin tinggi nilai viskositas, maka lateks semakin kental. Bilangan asam lemak eteris diukur untuk melihat jumlah asam lemak menguap yang dihasilkan dari kerusakan bahan bukan karet oleh mikroorganisme Goutara et al.,1985. Bilangan tersebut merupakan uji khusus yang menggambarkan tingkat pengawetan yang telah dilakukan pada lateks dan juga mengindikasikan umur dan mutu dari lateks pekat. Hasil analisis menunjukkan nilai ALE sebesar 0,022 g KOH per 100 g total padatan. Hasil ini sudah memenuhi standar SNI, yaitu maksimal 0,2 g KOH per 100 g total padatan. Bilangan ALE ini dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme terhadap bahan bukan karet. Mikroorganisme tersebut akan menguraikan senyawa karbohidarat atau protein dalam lateks menjadi asam lemak eteris, seperti asam format, asam asetat dan asam propionat. Asam- asam ini mengakibatkan penurunan pH, sehingga menganggu kestabilan lateks dan dapat menggumpalkan lateks. Pengujian yang terakhir adalah kadar nitrogen. Hasil analisis kadar nirogen sebesar 0,10. Dari analisis kadar nitrogen ini, maka dapat diketahui jumlah protein yang terdapat dalam lateks pekat ini. Kadar protein dapat dihitung dengan kadar nitrogen dikalikan dengan faktor 6,25. Kadar nitrogen lateks pekat sentrifugasi ini lebih rendah daripada lateks kebun, begitu pula dengan kadar proteinnya. Hal ini dikarenakan dalam proses pemekatan dari lateks kebun menjadi lateks pekat, fraksi-fraksi non karet terpisahkan dan terbuang sebagai limbah berupa serum dan skim. Selain itu, penambahan amonia yang tinggi dapat mendegradasi protein dalam lateks, sehingga akan mengurangi kadar protein dalam lateks tersebut.

4.2.2 Lateks Double Centrifuge Lateks DS

Lateks DS ini disebut juga dengan lateks karbohidrat rendah, karena karbohidrat yang dimiliki lateks DS lebih rendah dibandingkan dengan lateks pekat. Pembuatan lateks DS ini dengan menggunakan lateks pekat 58 yang sama dari yang sebelumnya. Pembuatan lateks DS dapat dilihat pada Gambar 19. Lateks DS ini dibuat dengan cara mensentrifugasi ulang lateks pekat sebelumnya. Dengan sentrifugasi ulang ini bahan-bahan non karet semakin berkurang dibandingkan dengan lateks pekat karena proses pemekatan dilakukan sebanyak dua kali sehingga semakin banyak fraksi- fraksi non karet yang terpisahkan dan terbuang sebagai limbah berupa serum dan skim. Selain karbohidrat yang berkurang, kadar protein dalam lateks juga ikut berkurang. Hasil analisis lateks DS dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Analisis Lateks DS Pengujian Lateks DS Kadar Alkalinitas NH 3 0,22 KJP 59,3 KKK 59,3 pH 10,31 Bilangan KOH 0,244 Waktu Kemantapan Mekanik Detik 1590 Viskositas cp 129,2 Bilangan ALE 0,012 Kadar Nitrogen 0,06 Berdasarkan hasil analisis lateks DS, didapatkan nilai kadar alkalinitasamonia sebesar 0,22. Nilai ini jauh dibawah kadar amonia lateks pekat. Amonia yang rendah ini dapat dikarenakan terjadinya pengenceran sebelum dilakukan proses sentrifugasi ulang dan juga terjadi pengurangan selama proses sentrifugasi. Selain itu, dapat pula dikarenakan amonia ikut terbawa pada skim yang dihasilkan dari proses sentrifugasi. Nilai KJP dan KKK yang dihasilkan sama, yaitu sebesar 59,3. Nilai ini di bawah nilai KJP dan KKK dari lateks pekat. Hal ini mungkin diakibatkan dari proses sentrifugasi yang kurang sempurna, karena alat kurang memberikan kemampuan rotasi yang relatif stabil untuk memisahkan serum dari partikel lateks atau juga kecepatan dalam sentrifugasi yang rendah. Walaupun demikian, lateks ini masih tetap digunakan sebagai bahan tambahan pada mortar, karena dalam 59 pencampuran didasarkan pada jumlah karet bukan jumlah lateks dan yang terpenting dari lateks DS ini adalah bahan-bahan non karetnya yang semakin berkurang. Untuk nilai pH yang dihasilkan masih tergolong tinggi dan tidak jauh berbeda dengan lateks pekat, yaitu sebesar 10,31. Dengan tingginya pH ini maka lateks dalam keadaan stabil dan bermuatan negatif. Partikel karet ini saling tolak menolak akibat dari muatan listrik yang sama sehingga lateks dalam keadaan mantap. Nilai KOH yang dihasilkan lateks DS ini sebesar 0,244 g KOH per 100 g padatan. Hal ini berarti lateks DS memenuhi persyaratan SNI lateks pekat yaitu maksimal 0,80 KOH g per 100 g padatan. Waktu kemantapan mekanik adalah sebesar 1.590 detik. Hal ini menandakan bahwa ketahanan karet terhadap daya sobek lebih lama bila dibandingkan dengan lateks pekat. Waktu kemantapan mekanik ini cenderung menurun jika mendapat perlakukan mekanik seperti pengadukan. Analisis selanjutnya adalah viskositas. Nilai viskositas yang dihasilkan dari lateks DS adalah 129,2 cp. Hal ini berarti lateks DS dalam keadaan kental. Bilangan ALE yang dihasilkan dari lateks DS ini sebesar 0,012 g KOH per 100 g total padatan. Bilangan ini sudah memenuhi standar SNI lateks pekat yaitu maksimal sebesar 0,2 g KOH per 100 g total padatan. Bilangan ALE pada lateks DS lebih rendah dibandingkan dengan lateks pekat. Hal ini berarti mutu lateks DS lebih bagus dibandingkan dengan lateks pekat. Bilangan ALE mempengaruhi kemantapan mekanik lateks, yaitu semakin tinggi bilangan ALE, semakin rendah kemantapan mekaniknya. Hal ini dapat dilihat pada WKM lateks pekat lebih rendah dibandingkan dengan WKM lateks DS karena bilangan ALE lateks pekat lebih tinggi dibandingkan dengan lateks DS. Hal ini berarti lateks pekat lebih banyak mikroorganisme yang bekerja dalam lateks tersebut dibandingkan dengan lateks DS. Kadar nitrogen yang terdapat pada lateks DS adalah sebesar 0,06. Jumlah ini lebih rendah bila dibandingkan dengan lateks pekat. Hal ini dapat disebabkan karena proses sentrifugasi yang berulang sehingga semakin banyak bahan non karet seperti karbohidrat dan juga protein yang terbuang bersama serum dan skim. 60

4.2.3 Lateks DPNR Deproteinized Natural Rubber