12
2.4 Lateks Pekat LP
Lateks pekat diperoleh dengan memekatkan lateks kebun. Pembuatan lateks pekat bertujuan untuk meningkatkan kadar karet kering KKK.
Lateks kebun pekat dengan KKK 60 akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai untuk pengolahan barang jadi karet. Pembuatan lateks pekat
dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu sentrifuse pemusingan, pendadihan, penguapan, dan elektrodekantasi. Metode yang paling sering
digunakan adalah metode sentrifuse pemusingan, karena menghasilkan kapasitas produksi yang besar, viskositas lateks lebih rendah tidak kental
dan hasil lateks lebih murni tidak tercampur endapan dan kotoran
Solichin, 1991.
Untuk mendapatkan lateks pekat, di samping cara pemusingan, masih ada cara lain yang sering digunakan yaitu cara pendadihan. Dengan
menggunakan cara ini dapat diperoleh lateks dadih dengan kadar padatan sekitar 68. Secara umum pendadihan lebih mudah daripada cara
pemusingan, tetapi lateks pekat yang dihasilkan masih banyak mengandung bahan-bahan bukan karet, misalnya protein dan lemak yang dapat
mengganggu proses berikutnya Utama, 2007. Bila lateks disentrifugasi dengan alat “ultra sentrifuge” dengan
jumlah putaran atau rpm yang sangat tinggi, maka akan terpisah menjadi tiga bagian Goutara et al., 1985, yaitu:
1. Fraksi
putih White fraction
Jumlah fraksi putih adalah 70 – 80 dari isi lateks. Fraksi ini sangat stabil dan tidak akan menggumpal dalam beberapa hari. Pada
fraksi ini terdapat juga fotofenol, asterol, asam lemak, fesiolipida, dan resin damar.
2. Serum C ambiant cerum
Serum C mengandung zat yang terlarut seperti asam amino, karbohidrat, inositol, dan asam organik seperti asam nukleat,
pirofosfat dan askorbat. Karbohidrat terdiri dari glukosa, galaktosa dan fruktosa. Asam amino bebas terdiri dari alanin, virosin, glutamat,
13 glisin, isoleusin, cistin, fenilalanin, valin dan sistein. Alfa globulin
memegang peranan penting dalam stabilisasi butir karet. 3.
Fraksi kuning Yellow fraction Fraksi kuning terdapat pada bagian terbawah dari hasil sentrifugasi
yang terdiri dari lutoid dan serum B bottom fraction cerum. Jumlah fraksi tersebut adalah 20 dari seluruh lateks. Fraksi kuning tersebut
tidak stabil dan dalam waktu singkat 1 – 2 jam dapat menggumpal. Ketidakstabilan tersebut disebabkan adanya partikel lutoida, ion Cu
++
, Mg
++
, Na
+
, dan K
+
yang akan menurunkan elektrokinetis potensial lateks.
Pada umumnya, pengolahan lateks pekat di Indonesia menggunakan cara pemusingan centrifuse, karena kapasitasnya tinggi dan
pemeliharannya lebih mudah. Lateks kebun dengan KKK 28 – 35 dipusingkan pada kecepatan 5000 – 7000 rpm, sehingga pada bagian atas
alat akan diperoleh lateks pekat dengan KKK 60 dan berat jenis 0,94, sedangkan di bagian bawah akan dihasilkan skim yang masih mengandung
4 – 8 karet dengan berat jenis 1,02 Goutara et al., 1985. Centrifuged latex
tersebut dibuat dengan cara memasukkan lateks ke dalam alat pemusing atau centrifugal machine setelah dibiarkan selama 24
jam. Mesin pemusing harus dijalankan dengan kecepatan yang sesuai dan suara mesin harus halus. Kadar karet kering yang diinginkan untuk hasil
lateks pusingan adalah 60, tetapi kadarnya bisa turun 1 – 2 pada proses produksi. Penambahan amonia dan penyimpanan sering juga mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar karet kering Nazaruddin dan Paimin, 1998. Prinsip pembuatan lateks pekat dengan sentrifugasi adalah
berdasarkan perbedaan berat jenis antara partikel karet dan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada partikel karet, sehingga partikel
karet cenderung naik ke permukaan, sedangkan serum di bawahnya. Partikel karet dalam lateks mengalami gerak brown, karena terjadi tolak menolak
antar partikel karet yang bermuatan. Lateks yang dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi akan mengalami gaya sentripetal dan sentrifugal yang mengarah
14 ke luar. Gaya sentrifugal tersebut jauh lebih besar daripada percepatan gaya
berat dan gerak brown, sehingga akan terjadi pemisahan partikel karet dengan serum. Bagian serum yang mempunyai berat jenis lebih besar akan
terlempar ke bagian luar dan partikel karet akan terkumpul pada bagian pusat dari poros alat sentrifugasi dan selanjutnya lateks pekat cream akan
keluar dari bagian atas dan lateks skim keluar dari bagian bawah Goutara et al
., 1985. Selain partikel karet, didalam lateks terdapat bahan-bahan bukan karet
yang berperan penting mengendalikan sifat lateks dan karetnya meskipun dalam jumlah yang relatif kecil. Lateks segar yang disentrifuse dengan alat
pemusing ultra dengan kecepatan 18000 rpm akan menyebabkan lateks terpisah menjadi empat fraksi dengan urutan dari atas ke bawah dapat dilihat
pada Tabel 7. Tabel 7. Fraksi penyusun lateks segar
Lateks Kebun
Segar Fraksi Karet 35
Karet Protein
Lipid IonLogam
Fraksi Frey Wyssling 5 Karotenoida
Lipid
Serum 50 Air
Karbohidrat dan inositol Protein dan turunannya
Asam nukleat dan nukleosida Ion anorganik
Ion logam
Fraksi Dasar 10 Lutoid vakuolisosom
Sumber: Suparto 2002 Pemekatan lateks menyebabkan sebagian bahan bukan karet terlarut
bersama serum, sehingga lateks pekat bersifat lebih stabil dan memiliki komposisi yang lebih baik daripada komposisi lateks kebun. Menurut SNI
06-3139-1992, syarat mutu lateks pekat dapat dilihat pada Tabel 8.
15 Tabel 8. Syarat mutu lateks pekat
No Jenis Uji
Metode Sentrifugasi
Amonia Tinggi Metode
Sentrifugasi Amonia Rendah
1. Kadar jumlah padatan min,
61,5 61,5
2. Kadar karet kering min,
60,0 60,0
3. Selisih kadar jumlah padatan
dengan kadar karet kering maks,
2,0 2,0 4.
Total alkalinitas dihitung sebagai amonia NH
3
sebagai lateks Min 0,60
Max 0,29 5. Bilangan
KOH, maks
0,80 0,80
6. Waktu Kematapan Mekanik
min, detik 650 650
7. Bilangan asam lemak, maks
0,2 g KOH100 g TS
0,2 g KOH100 g TS
8. Warna secara inspeksi visual
Tidak berwarna biru atau abu-abu 9.
Warna setelah dinetralisasi dengan asam borat
Tidak berbau busuk Sumber: SNI 06-3139-1992
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu lateks pusingan adalah pengawetan lateks kebun, KKK lateks kebun, pengendapan lateks kebun,
penambahan sabun ammonium laurat sebelum ataupun sesudah pemusingan, alat dan cara pemusingan, penyimpanan, pengangkutan, dan
cara pengambilan sampel lateks pekat. Lateks pekat bermutu tinggi diperoleh dengan melakukan pengontrolan dan perlakuan yang baik sejak
dari lateks kebun sampai pada pengambilan sampel lateks pekat Solichin, 1991.
Menurut Goutara
et al. 1985, penentuan mutu lateks pekat dibagi
dalam dua golongan, yaitu sifat yang tidak berubah selama penyimpanan dan sifat yang dipengaruhi cara penyimpanan serta ion dalam lateks. Sifat
lateks pekat yang tidak dipengaruhi selama penyimpanan adalah kadar karet kering, alkalinitas, dan kadar jumlah padatan KJP, sedangkan sifat lateks
yang dipengaruhi oleh cara penyimpanan dan ion dalam lateks adalah asam lemak menguap VFA, bilangan KOH, dan waktu kemantapan mekanik
16 WKM. Kandungan protein total lateks pekat lebih rendah dibandingkan
lateks kebun dan serum skim. Hal ini dikarenakan dalam proses pemekatan dari lateks kebun menjadi lateks pekat, fraksi-fraksi non karet terpisahkan
dan terbuang sebagai limbah berupa serum dan skim.
2.5 Lateks Double Centrifuge LP-DS atau LP-KR