5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Karet
Tanaman karet
Hevea brasiliensis termasuk dalam divisi Spermatophyta
, subdivisi Angiospermae, kelas Dycotyledonae, ordo Euphorbiales
, famili Euphorbiaceae, genus Hevea dan spesies Hevea brasiliensis
. Tanaman tersebut tumbuh baik di daerah yang berada pada iklim tropis dengan rentang astronomis 15
o
LU – 10
o
LS, suhu harian 25 – 30
o
C, ketinggian 1 – 600 m dpl, curah hujan 2.000 – 2.500 mmtahun, intensitas matahari 5 – 7 jamhari, dan pH tanah 5 – 6 Nazaruddin dan
Paimin, 1998. Tanaman karet dapat ditanam pada tanah yang kurang subur untuk menanam tanaman perkebunan yang lain. Pada tanah yang subur,
karet dapat mulai disadap setelah umur 4 – 5 tahun, sedangkan pada tanah yang kurang subur, tanaman karet baru bisa disadap pada umur 7 tahun
Goutara et al., 1985. Pada saat ini, karet alam yang dikenal dalam perdagangan berasal dari
pohon karet Hevea brasiliensis. Menurut Goutara et al. 1985, sumber penghasil lateks juga dapat dihasilkan oleh tanaman lain yaitu Castilloa
elastica, Ficus elastica, Funtumia elastica, Landolphia, getah perca,
Manihot glaziovii, Achras Zapota . Penggunaan lateks dari tanaman tersebut
kurang berkembang dan tidak menguntungkan, disamping sifatnya yang kurang baik dibandingkan dengan lateks dari tanaman Hevea brasiliensis.
2.2 Lateks
Hevea brasiliensis menghasilkan karet alam dalam bentuk lateks,
yaitu partikel karet yang terdispersi dalam cairan. Lateks berada dalam pembuluh lateks dengan tekanan turgor 10 – 14 atm. Lateks diperoleh
melalui penyadapan, yaitu membuat sayatan miring dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut 30
o
pada kulit pohon. Sayatan tidak boleh mencapai kambium yang apabila terpotong, maka jaringan baru tidak dapat terbentuk
kembali Suparto, 2002.
6 Lateks
dari pohon
Hevea brasiliensis mengandung 25 – 40
hidrokarbon karet serta distabilkan oleh sejumlah kecil protein dan asam lemak. Diameter partikel karet antara 0,1 – 3,0 mikron dan berat molekul
antara 103 – 106. Ukuran partikel lateks karet alam adalah antara 190 – 234 nm. Lateks karet alam Hevea brasiliensis adalah dispersi butir-butir yang
didalamnya terkandung beberapa macam senyawa kimia, yaitu protein, fosfolipid, loko-trienol, sterol dan esternya, karotenoid, plastokromanol,
lipid, karbohidrat, glutation, asam amino bebas, asam askorbat, basa nitrogen, asam nukleotida, plastokuinon trigonelein dan argotichin. Bahan-
bahan tersebut berkadar antara 0,02 dan 1,5 berat lateks Utama, 2007. Berat jenis lateks 0,945 pada 70
o
F, serum 1,02 dan karet 0,91 gcm
3
. Dengan adanya perbedaan berat jenis tersebut, maka menyebabkan
timbulnya cream pada permukaan lateks. Komposisi kimia lateks Hevea brasiliensis
menurut Goutara et al. 1985 dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan komposisi menurut Suparto 2002 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Komposisi kimia lateks Hevea brasiliensis
Jenis Komponen Komposisi
1. Bahan karet mentah crude rubber a. Karet murni
b. Protein c. Asam lemak
d. Gula e. Garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe
2. Serum air dan zat yang larut 25 – 40
90 – 95 2 – 3
1 – 2 0,2
0,5 60 – 75
Sumber: Goutara et al. 1985
7 Tabel 5. Komposisi kimia lateks Hevea brasiliensis
Jenis Komponen Komposisi
Karet Resin
Protein Abu
Gula Air
30-35 0,5-1,5
1,5-2,0 0,3-0,7
0,3-0,5 55-60
Sumber: Suparto 2002 Utama 2007 menyatakan bahwa kemantapan lateks disebabkan
partikel karet dikelilingi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan fosfolipid. Kedua lapisan ini bersifat hidrofilik, karena mempunyai selubung
air. Dengan adanya selubung air tersebut, maka partikel-partikel karet tersebut di dalam lateks menjadi stabil. Partikel karet tersebut ditunjukkan
pada Gambar 1 dan 2.
1 = Partikel Karet; 2 = Lapisan protein dan fosfolipid bermuatan positif; 3 = Lapisan air bermuatan positif
Gambar 1. Partikel karet alam yang dilapisi protein dan lemak Utama, 2007
Gambar 2. Skema selubung air di permukaan partikel karet alam Utama, 2007
8 Partikel karet yang dilapisi lapisan protein dan lipida ini merupakan
koloid hidrofilik yang artinya dilindungi diselaputi oleh muatan listrik Gambar 3. Larutan koloid akan stabil bila terdapat bahan yang dapat
mempertahankan muatan listrik partikel yaitu dengan adanya protein.
Gambar 3. Koloid hidrofilik bermuatan negatif Goutara et al., 1985 Kestabilan lateks disebabkan adanya gaya tolak-menolak antara
partikel karet yang bermuatan listrik sejenis listrik negatif, berasal dari selubung protein. Protein terdiri dari rangkaian asam amino tergantung dari
pH lingkungannya. Di atas pH isoelektrik, asam amino bermuatan negatif. Sebaliknya bila pH lingkungannya di bawah pH isoelektrik, maka asam
amino bermuatan listrik positif. Pada pH isoelektrik muatan listrik neto asam amino menjadi nol. Protein pembentuk selubung partikel karet
mempunyai pH isoelektrik pada pH 4,5 – 4,7. Lateks kebun segar mempunyai pH 6,5 – 6,9, sehingga partikel karet lateks kebun segar dilapisi
selubung protein yang bermuatan listrik negatif Suparto, 2002. Syarat kestabilan lateks dipengaruhi muatan listrik dari lateks. Pengaruh pH
terhadap elektrokinetis potensial pada lateks ditunjukkan pada Gambar 4 Goutara et al., 1985.
9 Elektrokinetis Potensial
Daerah tidak
stabil Daerah
Daerah stabil +
stabil - cair II
cair I Titik Isoelektrik 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 pH Lateks
Gambar 4. Pengaruh pH terhadap elektrokinetis potensial pada lateks Goutara et al., 1985
Lateks dapat dipertahankan kestabilannya dengan menambahkan bahan pengawet. Bahan pengawet yang umum digunakan adalah amonia
yang berfungsi sebagai bakterisida, peningkat pH dan pengikat logam. Bakterisida berfungsi menurunkan total mikroorganisme, sehingga
penurunan pH akibat jumlah asam organik yang meningkat dapat ditekan Suparto, 2002.
Dengan menambahkan bahan pengawet primer yaitu amonia, maka fosfolipid akan terhidrasi menghasilkan asam lemak dan bereaksi dengan
amonia membentuk sabun amonia. Sabun tersebut diserap oleh partikel karet, sehingga lateks bertambah mantap selama penyimpanan. Di samping
itu, protein juga terhidrolisasis membentuk polipeptida dan asam amino yang larut dalam air. Akan tetapi, jalannya reaksi jauh lebih lambat bila
dibandingkan dengan reaksi pertama Utama, 2007. Menurut
Goutara et al.
1985, bahan pengawet yang sering digunakan pada lateks kebun adalah amonia. Amonia berfungsi sebagai
bakterisida dan menaikkan pH lateks, sehingga mempertinggi kemantapan lateks. Amonia dalam lateks akan menaikkan muatan negatif pada setiap
10 permukaan karet di dalam lateks, menimbulkan gaya tolak-menolak antara
partikel dengan demikian sistem koloid akan menjadi mantap.
2.3 Karet Alam