Pengaruh Lateks Terhadap Kuat Tekan

72 Peningkatan dosis karet yang digunakan sebanyak satu persen akan menurunkan bobot awal mortar sebesar 3,592 gram dan bobot akhir mortar sebesar 3,687 gram. Dosis karet di dalam lateks mempengaruhi bobot awal mortar sebesar 92, sementara 8 lainnya dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan dosis karet mempengaruhi bobot akhir mortar sebesar 92,6 dan 7,4 dipengaruhi faktor lain.

4.4.2 Pengaruh Lateks Terhadap Kuat Tekan

Kuat tekan merupakan sifat mortar yang perlu diperhatikan. Pengujian terhadap kuat tekan dilakukan pada umur 28 hari. Alasan diuji pada umur tersebut dikarenakan kuat tekan paling tinggi terdapat pada umur 28 hari dibandingkan dengan umur 7, 14 dan 21 hari. Semakin lama umur mortar, semakin tinggi kuat tekannya Hidayat, 2009. Pori-pori kapiler yang berada di dalam mortar juga akan mempengaruhi kuat tekan dari mortar tersebut. Semakin banyak pori-pori kapiler di dalam mortar, maka kuat tekan akan semakin menurun. Dengan semakin bertambahnya umur mortar, maka kandungan pori-pori kapiler di dalam mortar berkurang. Kuat tekan menunjukkan beban maksimum yang dapat diterima oleh mortar tersebut. Beban maksimum yang didapat kemudian akan dibagi dengan luas permukaan yang menerima gaya tekan tersebut, sehingga nilai yang didapat merupakan nilai kuat tekan. Kuat tekan mortar dipengaruhi oleh nilai FAS, struktur penyusun mortar dan jenis semen yang digunakan. Semen yang digunakan ini mengandung abu terbang fly ash yang memberikan pengaruh pada penambahan kuat tekan akhir. Pengaruh jenis lateks dan dosis karet terhadap kuat tekan mortar dapat diketahui melalui analisis keragaman. Data hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Lampiran 11, 12 dan 13, sedangkan analisis ragam pada Lampiran 16.1. Berdasarkan analisis keragaman tersebut, jenis lateks dan dosis karet berpengaruh nyata terhadap kuat tekan mortar. Hal ini bisa dilihat pada nilai p α 5, sedangkan interaksi jenis lateks dan dosis karet tidak berpengaruh nyata terhadap kuat tekan mortar nilai p α 5. Keragaman dari kuat tekan mampu dijelaskan oleh faktor jenis lateks dan 73 dosis karet sebesar 89,31, sedangkan sisanya 10,69 dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Pada analisis ragam ini juga terdapat nilai CV, yaitu sebesar 12,97 sehingga data dapat dikatakan relatif homogen. Faktor jenis lateks dan dosis karet masing-masing berbeda nyata, maka selanjutnya akan dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan untuk jenis lateks dapat dilihat pada Lampiran 16.1.1, sedangkan untuk dosis karet pada Lampiran 16.1.2. Berdasarkan dari uji lanjut Duncan jenis lateks menunjukkan bahwa lateks DS berbeda nyata dengan lateks lainnya, sedangkan lateks DPNR tidak berbeda nyata dengan lateks pekat. Lateks DS memiliki kuat tekan tertinggi sebesar 176,60 kgcm 2 . Hasil uji lanjut Duncan dosis karet memperlihatkan bahwa semakin banyak karet yang ditambahkan ke dalam mortar maka semakin kecil nilai kuat tekannya. Pada dosis karet 1 tidak berbeda nyata dengan dosis karet 3, sedangkan dosis karet 3 tidak berbeda nyata dengan dosis karet 5. Dosis karet 7 tidak berbeda nyata dengan dosis karet 9. Hubungan antara jenis lateks dan dosis karet terhadap kuat tekan mortar dapat dilihat pada Gambar 27. Pada lateks pekat, nilai kuat tekan tertinggi pada dosis 1 sebesar 202 kgcm 2 , tetapi nilai ini masih di bawah kontrol yang nilainya adalah 250,4 kgcm 2 , sedangkan nilai kuat tekan yang paling rendah pada dosis karet 9 sebesar 86 kgcm 2 . Pada lateks DS, dosis karet 1 sebesar 222 kgcm 2 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 3, 5, 7 dan 9, tetapi nilai ini juga masih di bawah mortar tanpa penambahan lateks. Hal yang sama juga terjadi dengan lateks DPNR, pada dosis karet 1 sebesar 178 kgcm 2 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 3, 5, 7 dan 9, tetapi nilai ini juga masih di bawah kontrol. Penurunan nilai kuat tekan pada lateks DS untuk semakin meningkatnya dosis karet lebih kecil dibandingkan dengan lateks DPNR dan lateks pekat. 74 Gambar 27. Histogram hubungan dosis karet dan jenis lateks terhadap uji kuat tekan Lateks DS memiliki nilai kuat tekan paling tinggi dibandingkan dengan lateks DPNR dan lateks pekat. Hal ini dikarenakan bahan non karet di dalam lateks DS lebih kecil dibandingkan dengan lateks lainnya. Lateks DS telah mengalami dua kali sentrifugasi, sehingga bahan-bahan non karet banyak yang terbuang bersama serum dan skim. Salah satu bahan non karet yang memberikan pengaruh terhadap kekuatan adalah karbohidrat. Di dalam karbohidrat ini terdapat kandungan quebrachitol Nadarajah dan Fernando, 1978. Kandungan quebrachitol dalam lateks akan mempengaruhi kekuatan dari mortar yang dihasilkan. Semakin banyak kandungan ini, maka kekuatan akan semakin menurun. Kandungan quebrachitol pada lateks DS lebih sedikit dibandingkan dengan lateks pekat dan lateks DPNR, sehingga kekuatan tekan yang dimiliki lebih tinggi daripada lateks lainnya, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan mortar yang tidak ada penambahan lateks. Untuk kandungan protein di dalam lateks tidak memberikan pengaruh terhadap kuat tekan mortar yang dihasilkan. Hal ini bisa dilihat dari hasil uji lanjut yang menyatakan bahwa lateks DPNR tidak berpengaruh nyata dengan lateks pekat padahal lateks DPNR mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan lateks pekat. Kandungan protein ini hanya 75 berpengaruh terhadap nilai FAS saja. Kuat tekan juga dipengaruhi oleh air yang digunakan di dalam campuran mortar atau biasanya disebut dengan FAS. Pada lateks DS memiliki nilai FAS lebih rendah dibandingkan dengan lateks DPNR dan lateks pekat. Rendahnya nilai FAS ini membuat nilai kuat tekan yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan lateks lainnya. Gambar 28. Grafik antara kuat tekan kgcm 2 dan dosis karet yang ditambahkan Semakin banyak dosis karet yang ditambahkan ke dalam mortar, maka nilai kuat tekan mortar akan semakin menurun Gambar 28. Persamaan hubungan antara kuat tekan dan dosis karet yang ditambahkan ke dalam mortar yaitu y = -14,66x + 231 dengan nilai R 2 sebesar 94,2. Penambahan dosis karet sebanyak satu persen akan menurunkan kuat tekan mortar sebesar 14,66 kgcm 2 . Dosis karet di dalam lateks mempengaruhi kuat tekan mortar sebesar 94,2, sementara 5,8 lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Ketika semen dicampur dengan air, maka akan terjadi reaksi hidrasi. Semen dan air tersebut akan membentuk pasta semen dan mengikat fragmen-fragmen agregat. Air yang ada akan berada di antara bagian-bagian semen dan diantara semen terjadi ikatan. Pada saat FAS yang digunakan rendah, maka akan mengakibatkan air yang berada di antara bagian-bagian semen sedikit dan jarak antar butiran semen menjadi lebih pendek. Hal tersebut membuat kuat tekan lebih tinggi, karena jarak ikatan antar semen 76 pendek yang menyebabkan ikatan tersebut lebih kuat dibandingkan dengan jarak yang panjang. Ketika mortar ditambahkan dengan lateks, lateks akan memutus ikatan antara semen pada banyak tempat sehingga jarak antar butiran semen menjadi jauh. Selain itu juga, dengan penambahan lateks, ikatan antar semen menjadi sedikit karena terinterupsi oleh keberadaan lateks yang mengakibatkan kekuatan semen menjadi semakin menurun. Kekuatan ikatan antar semen yang menurun tersebut akan mengakibatkan kuat tekan mortar menurun juga. Dengan demikian, semakin banyak dosis karet yang ditambahkan ke dalam campuran mortar, maka semakin rendah kuat tekan mortar yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak karet yang memutuskan ikatan antar semen, sehingga ikatan menjadi lemah dan jarak antar ikatan semen menjadi jauh.

4.4.3 Pengaruh Lateks Terhadap Kuat Lentur