41 dihasilkan masih belum baik, maka air ditambahkan sedikit-
sedikit sampai workability yang baik tercapai. Diagram alir penentuan kandungan air dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17.
Diagram alir penentuan kandungan air dalam mortar terhadap bahan penstabil yang sesuai
3.3.2 Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui formula dosis karet dan jenis lateks terbaik terhadap mortar dengan penambahan
bahan penstabil yang sesuai. Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan pembuatan lateks yaitu Lateks Pekat,
Lateks Double Centrifuge dan Lateks DPNR yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pada mortar. Ketiga jenis lateks ini
dianalisis terlebih dahulu sebelum digunakan. Setelah ketiga jenis lateks tersebut siap, maka dapat digunakan untuk penelitian utama.
Diagram alir proses pembuatan lateks pekat, lateks Double Lateks Pekat
Air: 35-70 terhadap semen
Jenis bahan penstabil yang sesuai dengan dosis
terbaik dari penelitian pendahuluan
Pengadukan Pencampuran
Uji: NH
3
, KKK, KJP,
WKM, Bil ALE, Bil
KOH dan pH, Kadar
Nitrogen dan Viskositas
Campuran Semen dan Pasir
Pengamatan
42 Centrifuge,
dan lateks DPNR dapat dilihat secara berturut-turut pada Gambar 18, 19 dan 20.
Setelah lateks yang akan digunakan siap, maka dilakukan tahap pembuatan campuran mortar lateks. Sebelum membuat mortar
lateks tersebut, semen yang akan digunakan dianalisis terlebih dahulu. Analisis terhadap semen meliputi konsistensi normal semen
dan waktu pengikatan awal. Prosedur pengujian dapat dilihat pada Lampiran 2. Kedua pengujian ini dilakukan dengan alat vicat.
Setelah lateks dan semen dianalisis, mortar siap dibuat. Mortar adalah campuran antara semen, pasir, dan air. Campuran mortar
dibuat dengan perbandingan 1375 bagian pasir dan 500 bagian semen ASTM, 1997. Pasir yang digunakan adalah pasir
galunggung. Pasir ini tidak terlalu banyak menyerap air karena lebih banyak mengandung silika dibandingkan dengan pasir cimangkok.
Pasir yang terlalu banyak menyerap air akan membuat Faktor Air Semen FAS menjadi besar. Pasir yang digunakan mempunyai
ukuran diameter butiran maksimal 4,75 mm. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan dari SNI S02-1994-03. Jika pasir yang digunakan
terlalu besar maka mortar sulit menempel. Pasir tersebut juga berbentuk lebih bulat dibandingkan dengan pasir cimangkok,
sehingga rongga udara yang terdapat dalam pasir sedikit. Semakin sedikit rongga udara, maka mortar yang dihasilkan semakin kuat.
Selain itu, pasir ini lebih bersih, sehingga mortar yang dihasilkan terhindar dari zat-zat yang dapat merusak mortar.
Lateks yang digunakan untuk tambahan campuran mortar ini didasarkan pada jumlah karet. Setelah jumlah karet yang dibutuhkan
sesuai dengan taraf diketahui, maka dapat dihitung jumlah lateks yang akan ditambahkan. Lateks tersebut kemudian dicampurkan
dengan air yang sesuai dan ditambahkan dengan bahan penstabil yang sesuai pula dengan dosis yang terbaik dari penelitian
pendahuluan.
43 Pencampuran pertama yang dilakukan adalah mencampurkan
semen dengan pasir. Setelah semen dengan pasir menjadi homogen, kemudian ditambahkan larutan lateks yang telah ditambahkan air
dan bahan penstabil yang sesuai sambil tetap diaduk sehingga didapat mortar segar. Mortar segar yang telah terbentuk kemudian
dicetak di dalam cetakan kuat tekan dan kuat lentur yang terbuat dari kayu sambil dipadatkan agar kandungan udara di dalam mortar
berkurang. Cetakan kuat tekan ini berbentuk kubus dengan ukuran 5 × 5 × 5 cm
3
, sedangkan cetakan kuat lentur berbentuk balok dengan ukuran 5 × 5 × 30 cm
3
. Setelah mortar dituang ke dalam cetakan, campuran tersebut didiamkan di udara lembab selama 24 jam dengan
tujuan untuk memadatkan sampel uji tersebut. Setelah itu, mortar dikeluarkan dari cetakan kemudian sampel uji yang sudah mengeras
tersebut direndam dalam air curing selama 28 hari. Proses perendaman ini amat penting untuk menjamin proses hidrasi semen
berjalan dengan baik. Setelah 28 hari, sampel-sampel uji ini dikeluarkan dari air, kemudian dikeringkan bagian permukaannya.
Setelah itu, sampel uji ditimbang untuk mengetahui bobot akhirnya. Selanjutnya, sampel uji tersebut diuji kuat tekan dan kuat lentur.
Prosedur pengujian kuat tekan dan kuat lentur ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menekan
sampel sampai hancur, sedangkan pengujian kuat lentur dilakukan dengan menggunakan pembebanan pada dua titik. Diagram alir
penelitian utama dapat dilihat pada Gambar 21, sedangkan gambar prosedur pembuatan dan pengujian mortar pada Lampiran 4.
44 Gambar 18. Diagram alir proses pembuatan lateks pekat
Gambar 19. Diagram alir proses pembuatan lateks double centrifuge
Lateks Double Centrifuge Sentrifugasi
Uji: NH
3
, KKK, KJP, WKM, Bil ALE, Bil
KOH dan pH, Kadar Nitrogen dan Viskositas
Lateks Pekat LP
Pengenceran V LP : V air = 1 : 1
Amonia Setengah dari
yang awal Air
Pengadukan Lateks Pekat
Sentrifugasi
Uji: NH
3
, KKK, KJP, WKM, Bil ALE, Bil
KOH dan pH, Kadar Nitrogen dan Viskositas
Lateks Kebun Penyaringan
Lateks Kebun bebas kotoran
Amonia Uji KKK
45 Gambar 20. Diagram alir proses pembuatan lateks DPNR
Lateks DPNR Pengenceran sampai KKK 10
Uji: NH
3
, KKK, KJP, WKM, Bil ALE, Bil
KOH dan pH, Kadar Nitrogen dan Viskositas
Lateks Kebun LK Penyaringan
Lateks Kebun bebas kotoran
Uji KKK
+ 1 bsk emal + 1 bsk emulgen
Peram selama 24 Jam
Sentrifugasi + 0,07 bsk enzim papain
+ NH
3
0,2 terhadap LK
46 Gambar 21. Diagram alir penelitian utama
Lateks Pekat, Double Centrifuge
dan DPNR
Penambahan jenis bahan penstabil yang sesuai dengan dosis terbaik dari
penelitian pendahuluan
Pengadukan Dosis karet dari jenis lateks terhadap
semen: 1, 3, 5, 7 dan 9 , serta 0
Semen
Pengadukan
Mortar
Pengujian Kuat Tekan, Kuat Lentur
dan Bobot Mortar Uji: NH
3
KKK, KJP, WKM, Bil
ALE, Bil KOH dan
PH, Kadar Nitrogen
dan Viskositas
Penambahan air dari penelitian pendahuluan
Pengadukan
Larutan Lateks Pasir
Campuran semen dan pasir
Pencampuran
Adonan Semen Pencetakan
Perendaman selama 28 Hari Penyaringan
47
3.4 Rancangan Percobaan