Bahan Penstabil TINJAUAN PUSTAKA

33 proses hidrasi semen dan pembentukan film polimer. Fase co-matriks terdiri dari gel semen dan film polimer secara umum dibentuk sebagai bahan pengikat. Agregat akan diikat oleh fase co-matriks ini. Gambar 14 dibawah ini merupakan model sederhana dari pembentukan semen polimer co- matriks. a Pembentukan setelah pencampuran Partikel semen yang belum terhidrasi Partikel polimer Agregat Tempat yang berpori berisi air b Langkah Pertama Campuran diantara partikel semen yang belum terhidasi dan gel semen Dimana partikel polimer menempatkan secara parsial c Langkah Kedua Campuran dari gel semen dan partikel semen yang belum terhidrasi yang dibungkus dengan lapisan yang rapat dari partikel polimer d Langkah Ketiga Hidrat semen yang dibungkus dengan film polimer atau membran Rongga udara Gambar 14. Model sederhana dari pembentukan semen polimer co-matriks

2.11 Bahan Penstabil

Surfaktan merupakan suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka, antara minyak dan air karena strukturnya yang amphifilik, yaitu adanya dua gugus yang memiliki derajat 34 polaritas yang berbeda pada molekul yang sama. Gugus hidrofilik bersifat mudah larut dalam air, sedangkan gugus hidrofobik bersifat mudah larut dalam minyak. Berdasarkan gugus hidrofiliknya, molekul surfaktan dibedakan ke dalam empat jenis yaitu surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik Pratomo, 2005. Molekul surfaktan terdiri dari bagian hidrofilik suka air dan hidrofobik tidak suka air. Bagian hidrofobik surfaktan akan menyelubungi partikel-partikel karet yang terdispersi di dalam serum, sedangkan bagian hidrofilik akan mengarah ke bagian serum. Surfaktan akan menjaga kestabilan lateks terutama terhadap gerakan mekanis yang timbul karena guncangan atau pengadukan Blackley, 1966. Surfaktan anionik adalah molekul yang bermuatan negatif pada bagian hidrofiliknya atau aktif permukaannya surface active. Sifat hidrofiliknya disebabkan karena keberadaan gugus sulfat atau sulfonat. Salah satu contoh surfaktan anionik adalah emal. Emal mempunyai kestabilan yang tinggi pada emulsi polimerisasi, tidak berwarna, larut dalam air panas, stabil dalam larutan asam, alkali dan air sadah Huntsman, 2000. Gugus fungsi utama yang terdapat dalam emal adalah CH 3 CH 2 11 OSO 3 Na. Emal yang dilarutkan akan mengion membentuk turunan anionnya yaitu ion alkali sulfat CH 3 CH 2 11 OSO 3 . Emal adalah salah satu surfaktan anionik dengan Sodium Dodecyl Sulfate SDS atau juga disebut Sodium Lauryl Sulfate SLS sebagai komponen utama di dalamnya. Surfaktan ini mempunyai formula kimia C 12 H 25 SO 4 Na dengan berat molekul 288,5. Sifat yang dimiliki oleh surfaktan ini adalah larut dalam air, kloroform, metanol, butanol; tidak larut dalam dietil ether, benzena, dan dioxane di atas 40 o C; CMC Critical Micelle Concentration adalah 8,1 mmoll, HLB Hydrophilic-Lipophilic Balance adalah 42,0. Secara luas digunakan sebagai pembusa, elmusifier, solubilizer , wetting agent, dan dispersant. Contoh lainnya adalah Sulfonol. Surfaktan ini mengandung sodium alkyl benzene sulfonates 45, C 12 -C 18 ; sodium sulfate 10; nonsulfonated hydrocarbons diatas 3; sisanya 35 H 2 O Ostroumov, 2006. Struktur surfaktan emal SDSSLS dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 15. Struktur Sodium Dodecyl Sulfate Anonim a , 2009 Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang mengandung gugus aktif permukaan berupa kation-kation. Kation yang banyak berhubungan dalam bidang teknologi lateks adalah kation yang berasal dari ion ammonium dimana satu atom hidrogennya telah digantikan oleh senyawa organik, biasanya halida atau asetat. Garam-garam ammonium ini dapat dibagi atas garam ammonium kwartener dan garam ammonium non-kwartener yaitu garam-garam amin primer, sekunder dan tersier. Surfaktan nonionik adalah tipe surfaktan yang tidak akan membentuk ion dalam larutannya. Tipe surfaktan nonionik yang banyak digunakan dalam bidang teknologi lateks adalah hasil kondensasi etilen oksida dengan asam lemak, lemak alkohol atau fenol umumnya digunakan sebagai penstabil lateks atau bahan pengemulsi Huntsman, 2000. Surfaktan nonionik tidak membawa muatan sehingga sangat kompatibel dengan bahan kimia yang digunakan dalam berbagai operasi produksi. Prinsip kerja dari surfaktan nonionik dalam mempertahankan kestabilan larutan adalah dengan menurunkan gaya Van der Walls Allen dan Roberts, 1993. Salah satu jenis surfaktan nonionik adalah emulgen. Nama lain emulgen adalah Polyethylen Lauryl Ether dengan rumus molekul C 12 H 25 OCH 2 CH 2 46 OH. Emulgen berbentuk padatan lilin putih white waxy solid . Sifat emulgen yaitu larut dalam air, etanol, toluen, dapat dicampur dengan bahan panas, minyak alami dan sintetik, lemak alkohol dan lemak, tetapi tidak larut dengan minyak mineral dan minyak sayur Anonim c , 2009. Emulgen 147 yang digunakan pada penelitian ini merupakan produksi dari KAO Indonesia Chemical dengan nama kimia polyoxyethylene 36 lauryl eter dengan penampilan solid dan dapat diaplikasikan untuk emulsifier untuk polimerisasi emulsi Anonim b , 2009. Selain sebagai penstabil lateks, surfaktan juga dapat digunakan sebagai jembatan yang mengikat molekul-molekul karet di dalam lateks dengan semen. Molekul-molekul karet akan berikatan dengan gugus hidrofobik pada surfaktan dan molekul-molekul semen akan berikatan dengan gugus hidrofiliknya. Keberadaan gugus hidrofilik dan hidrofobik di dalam surfaktan membuat surfaktan dapat berada di antara dua fase yang berbeda derajat kepolarannya seperti semen dan karet Georgiou et al., 1992. Kasein adalah sebuah padatan yang berwarna kuning pucat dan merupakan protein utama dalam susu. Kasein ini digunakan sebagai bahan penstabil dalam pencampuran lateks Craig, 1969. Berat molekul dari kasein yaitu sebesar 8.888 dan ditetapkan mengandung dua atom fosfor. Komposisi kasein dari susu sapi dapat dilihat pada Tabel 11, sedangkan komposisi kasein komersial dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 11. Komposisi kasein dari susu sapi Jenis Komponen Komposisi Karbon Hidrogen Nitrogen Oksigen Sulfur Fosfor 52,96 7,04 – 7,53 15,60 – 15,91 22,78 0,758 – 0,82 0,8 – 0,847 Sumber: Scherer 1921 37 Tabel 12. Komposisi kasein komersial Jenis Komponen Komposisi Air Bahan kering Lemak Kasein Abu 10,38 89,32 1,89 79,45 6,51 Sumber: Scherer 1921 Kasein terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu α-kasein 55, β- kasein 25 dan k-kasein 15 dan beberapa komponen kecil τ-kasein 5 Fennema, 1976. Alfa-kasein dilindungi oleh k-kasein. Kappa-kasein bertindak sebagai faktor penstabil stabilizer dalam mempertahankan seluruh kompleks kasein dalam suspensi koloid dalam susu. Partikel kasein sangat sensitif terhadap perubahan pH. Kasein merupakan jenis protein terpenting dalam susu dan terdapat dalam bentuk kalsium kaseinat. Kasein merupakan partikel-partikel halus berdiameter sekitar 80 µm dan membentuk suspensi koloidal dalam susu. Titik isoelektrik kasein terdapat pada pH 4,7. Berat molekul kasein berkisar antara 12.800 – 375.000. Kasein adalah protein yang bermutu tinggi karena mengandung semua asam-asam amino esensial. Kasein dalam susu terdiri dari tiga fraksi yang berbeda, yaitu α-kasein, -kasein dan -kasein. Tiap fraksi mengambil bagian berturut-turut sekitar 75, 22 dan 3 Array, 2008. Perbedaan komposisi dari ketiga fraksi disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Komposisi dan sifat-sifat komponen kasein Komposisi α ȕ Ȗ Nitrogen Fosfor Sulfur Titik isoelektrik pH Mobilitas µ Rotasi spesifik x 0 25 15,58 0,99 0,75 4,7 -6,75 -90,5 15,53 0,55 0,86 4,9 -3,05 -125,2 15,40 0,11 1,03 5,8 -2,01 -131,9 Sumber: Array 2008 38

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat