1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar
Belakang
Karet alam biasanya diperoleh dari penyadapan tanaman karet Hevea brasiliensis
. Karet alam merupakan salah satu sumber devisa negara yang penting, sehingga dapat menunjang perekonomian Indonesia. Indonesia
merupakan produsen karet alam terbesar kedua setelah Thailand, tetapi penggunaan karet alam di Indonesia sendiri kurang begitu berkembang. Hal
ini dapat dilihat dari BPS 2007 yang menyatakan bahwa sekitar 90 produksi karet alam di Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya
sebagian kecil yang dikonsumsi dalam negeri. Dengan adanya diversifikasi dari karet alam yang akan digunakan sebagai bahan tambahan pada jalan
beton diharapkan dapat meningkatkan konsumsi karet alam di Indonesia. Daerah di Indonesia yang memiliki luas area dan produksi karet terbesar
berasal dari Sumatera Selatan dengan luas area 650.426 ha, sedangkan produksinya sebesar 531.009 ton Tabel 1.
Tabel 1. Luas areal dan produksi karet di Indonesia tahun 2005 – 2007
Status Pengusahaan 2005
2006 2007
Luas Ha
Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara
Perkebunan Besar Swasta 2.767.021
237.612 274.758
2.832.982 238.003
275.442 2.899.680
238.246 275.792
JumlahTotal 3.279.391 3.346.427
3.413.718 Produksi Ton
Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara
Perkebunan Besar Swasta 1.838.670
209.837 222.384
2.082.597 265.813
288.821 2.186.209
277.200 301.285
JumlahTotal 2.270.891 2.637.231
2.764.694
Wujud Produksi: Karet Kering Angka Sementara
Sumber: BPS 2007
2 Akhir-akhir ini terjadi penurunan harga komoditas pertanian salah
satunya adalah karet alam. Hal ini disebabkan karena terjadi krisis perekonomian dunia, sehingga berdampak pada hilangnya permintaan dari
komoditas tersebut. Hal tersebut membuat para petani juga turut merasakan dampaknya. Harga karet dunia akhir-akhir ini sedang tidak stabil atau
berfluktuasi, dapat naik dan juga secara tiba-tiba dapat mengalami penurunan yang cukup drastis, sehingga harga olahan karet pun ikut
mengalami penurunan. Hal ini sangat merugikan para petani karet. Untuk itu, penggunaan karet di Indonesia perlu terus ditingkatkan. Apabila
penggunaan karet di Indonesia meningkat, maka kesejahteraan hidup para petani juga akan meningkat. Penurunan harga karet alam dapat dilihat pada
perkembangan jumlah dan nilai ekspor dari karet alam pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan nilai ekspor karet alam
Januari – Juni 2008 Januari – Juni 2009
Perubahan Berat Bersih Ton
6.049 5.799 0,93
Nilai FOB Ribu US
10.158 7.084 -30,26
Sumber: BPS 2009 Barang atau peralatan yang dibuat dari bahan baku karet alam
sangatlah banyak, misalnya ban mobil, peralatan kendaraan, pembungkus kawat listrik dan telepon, sepatu, alat kedokteran, beberapa peralatan rumah
tangga dan kantor, alat-alat olahraga, ebonit dan aspal. Dengan demikian, karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang-bidang tersebut Nazaruddin
dan Paimin, 1998. Salah satu bidang yang menggunakan karet alam adalah bidang transportasi, baik jalan aspal maupun beton.
Kerusakan jalan selama ini di Indonesia tergolong tinggi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Hal ini menyebabkan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperbaiki jalan yang rusak. Selain itu, jalan yang rusak akan menghambat lalu lintas. Maka dari itu, diperlukan jalan yang
3 lebih kuat daripada sebelumnya, sehingga umur pakai jalan lebih lama.
Umur pakai jalan beton lebih lama dibandingkan dengan jalan aspal. Oleh karena itu, pemakaian jalan beton semakin meningkat di Indonesia karena
umurnya yang panjang dapat meminimalisasi biaya akibat jalan rusak. Tabel 3. Jumlah kerusakan jalan
Kondisi Jalan Jumlah km
Baik Sedang
Rusak Rusak Berat
151.489 102.292
80.546 62.035
Jumlah 396.362
Sumber: BPS 2007 Bukan hanya di Indonesia saja, pemakaian jalan beton di negara lain
juga meningkat, sehingga kebutuhan material beton untuk masa yang akan datang akan selalu meningkat, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk
dunia. Material beton diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan ketersediaan infrastruktur termasuk pembangunan perumahan. Dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur, dengan sendirinya akan mendorong kebutuhan material beton dan produktivitas industri semen
Hidayat, 2009. Jalan semen beton di Indonesia selama ini tidak menggunakan lateks,
sehingga kurang lentur yang mengakibatkan rentan terhadap retak. Hal ini juga membuat jalan beton tidak nyaman ketika dilalui oleh pengendara
kendaraan bermotor dan menimbulkan suara yang lebih bising saat dilalui dibandingkan dengan suara di atas bahan yang lebih lentur. Oleh karena itu,
dengan mencampurkan lateks yang memiliki daya elastisitas yang tinggi ke dalam semen beton tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelenturannya.
Selain itu, karet juga memiliki sifat keliatan, kelekatan dan kepegasan yang tinggi serta daya pantul yang baik.
4 Apabila produk ini ditingkatkan penggunaannya di Indonesia, maka
akan memberi kontribusi positif terhadap penyerapan hasil produksi karet nasional. Selain itu, juga terdapat manfaat lainnya, yakni pemanfaatan karet
alam di dalam negeri sendiri meningkat, sehingga tidak kalah dengan karet sintetis yang sedang mengalami peningkatan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah memanfaatkan produk agroindustri yaitu karet alam untuk semen beton, memperbaiki workability dan
kelenturan pada semen beton, diperoleh tingkat kenyamanan berkendara yang lebih baik di atas perkerasan semen beton dan diperoleh perkerasan
semen beton yang lebih tahan retak sehingga mengurangi biaya pemeliharaan.
Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui jenis dan dosis bahan penstabil yang sesuai dengan campuran lateks dan semen, serta mempelajari
pengaruh penambahan berbagai jenis lateks dan dosis karet terhadap mortar. 1.3 Ruang
Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Penentuan jenis dan dosis bahan penstabil yang sesuai dalam campuran
lateks pekat dan semen, sehingga dapat mempertahankan kestabilan lateks atau tidak menggumpal ketika dicampurkan dengan semen.
2. Penentuan jenis lateks dan dosis karet yang sesuai terhadap mortar sehingga didapatkan yang terbaik.
3. Pengujian terhadap lateks dan mortar untuk mendapatkan kemampuan produk yang baik. Untuk uji lateks yang akan dilakukan adalah
penetapan total alkalinitas NH
3
, Kadar Karet Kering KKK, Kadar Jumlah Padatan KJP, waktu kemantapan mekanik, bilangan asam
lemak esteris, bilangan KOH dan pH, kadar nitrogen serta viskositas, sedangkan untuk pengujian mortar yang akan dilakukan adalah bobot,
uji kuat tekan dan kuat lentur. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA