Sistem Biaya Tradisional Traditional Costing Cause and Effect Diagram Diagram Sebab Akibat

V-49 periode yang sama, mungkin sekali berbeda harga pokok produk per unitnya. Harga Pokok Proses merupakan suatu sistem pengumpulan biaya produksi yang dilakukan untuk setiap departemen atau pusat biaya dimana biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya produksi tidak langsung overhead dibebankan pada rekening-rekening barang dalam proses setiap departemen. Pada setiap akhir periode, total harga pokok biaya produksi yang terjadi pada suatu departemen dibagi dengan jumlah unit yang selesai diproduksi akan menghasilkan harga pokok per unit departemen yang bersangkutan. Selain itu untuk perusahaan yang lebih maju dapat menggunakan pendekatan yang lebih modern yaitu activity based costing . Activity based costing adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi dan terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa sebagai dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya

3.4. Sistem Biaya Tradisional Traditional Costing

13 Dalam sistem biaya secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya-biaya yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya-biaya yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya perawatan, dan lain sebagainya. Sistem biaya tradisional akan membebankan biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatrif. Pada system 13 Amin, tunggal, W, 2001, Pengantar : Activity Based Costing. V-50 biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya pabrik tidak langsung ke unit produksi, tetapi ditempuh dengan cara sebagai berikut : 1. Dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit organisasi yang ada. 2. Biaya unit organisasi dialokasikan lagi ke setiap unit produksi. Unsur- unsur biaya bersama dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu basis pembebanan atau faktor pembanding yang sesuai, sedangkan unsur-unsur biaya lainnya dialokasikan secara langsung sesuai dengan perhitungan langsungnya masing-masing. Basis pembebanan atau faktor pembanding yang digunakan diantaranya : 1. Jumlah unit produksi 2. Jam tenaga kerja langsung 3. Biaya tenaga kerja langsung 4. Biaya material langsung Pada perusahaan industri yang menghasilkan beberapa jenis produk, biasanya terjadi berbagai jenis unsur biaya gabungan yang harus dialokasikan ke setiap produk gabungan yang bersangkutan pada titik pisahnya masing-masing. Ada beberapa metode alokasi biaya secara tradisional yang biasa digunakan diantaranya: 1. Metode nilai jual Biaya produksi gabungan dialokasikan ke setiap produk gabungan yang bersangkutan secara proporsional, sesuai dengan persentase kontribusi nilai jualnya masing-masing. V-51 2. Metode jumlah fisik Biaya produksi gabungan dialokasikan ke setiap produk gabungan yang bersangkutan sesuai dengan persentase jumlah fisiknya masing-masing.

3.5. Pengukuran Waktu

14 1. Teknik pengukuran waktu kerja secara langsung Teknik pengukuran kerja dimaksudkan untuk menunjukkan isi kerja dari suatu pekerjaan. Isi kerja biasanya diukur dalam satuan waktu. Waktu yang diambil sebagai dasar pertimbangan adalah waktu yang secara normal diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode kerja terbaik. Waktu ini biasanya disebut dengan waktu baku. Pengukuran waktu dibagi dalam dua bagian, yaitu : Pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Ada dua cara yang termasuk kedalam teknik ini, yaitu jam henti stop watch time study dan sampling kerja work sampling 2. Teknik pengukuran waktu kerja secara tidak langsung Pengukuran waktu kerja dilakukan tanpa si pengamat harus berada di tempat dimana pekerjaan dilaksanakan, yaitu dengan cara membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan. 14 Sutalaksana, I, 2006, Teknik Perancangan Sistem Kerja. Hal. 131-132 V-52

3.5.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu

15 1. Penetapan tujuan pengukuran Aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut : Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal yang penting yang harus diketahui dan ditetapkan untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Misalkan jika waktu standard yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. 2. Melakukan penelitian pendahuluan Dalam penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan dan pencatatan semua keterangan yang dapat diperoleh mengenai kondisi pekerjaan, pekerja dan keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan pekerjaan. Dari hasil pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Untuk itu perlu ditetapkan kondisi kerja dan metode kerja yang baik. 15 Ibid. Hal.133-144. V-53 3. Memilih operator Operator yang akan diukur waktu penyelesaian pekerjaannya adalah operator yang memiliki kemampuan skill normal atau rata-rata dan dapat diajak bekerja sama dalam kegiatan pengukuran kerja nantinya 4. Melatih Operator Melatih operator perlu dilakukan agar operator dapat bekerja secara konsisten. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara yang telah ditetapkan. 5. Mengurai pekerjaan atau elemen-elemen pekerjaan Semua pekerjaan sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus kerjanya. Pekerjaan dapat dibagi kedalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan lebih sederhana, dan selanjutnya elemen-elemen gerakan tersebutlah yang diamati. 6. Mempersiapkan alat-alat pengukuran Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah : a. Jam henti stopwatch b. Lembar pengamatan c. Alat-alat tulis, seperti pensil, pena d. Alat-alat lain yang mendukung pengukuran V-54

3.5.2. Tahapan Penentuan Waktu Normal

16 16 Wignjosoebroto, W, 1995. Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu, Hal. 197-203 Dalam menentukan waktu normal, harus diperhitungkan rating performance . Jika pekerjaoperator bekerja secara wajar rating factor rf = 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika operator bekerja terlampau lambat bekerja dibawah normal, maka rating factor rf 1, dan sebaliknya apabila operator bekerja terlalu cepat bekerja diatas normal, maka rating factor rf 1. Untuk menentukan apakah operator bekerja secara wajar atau tidak, maka selama melakukan pengamatan dan pengukuran waktu kerja, pengukur harusbenar-benar memperhatikan kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator. Kewajaran kerja seorang operator dapat dinilai oleh pengukur dengan suatu standar nilai yang dibuat berdasarkan konsep tentang bekerja wajar. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana seorang operator dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Konsep kewajaran ini dikemukakan oleh ILO International Labour Organization. Selain konsep diatas, terdapat juga konsep lain yang lebih terperinci, yaitu cara Westinghouse. Pada metode ini, terdapat empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Cara-cara untuk menentukan rating performance adalah sebagai berikut : V-55 1. Cara persentase Rating performance sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya. Disini dilihat bahwa rating performance diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa cara ini merupakan cara yang paling mudah, namun segera tampak adanya kekurangan dalam ketelitian, sebagai akibat kasarnya penilaian. 2. Cara Shumard Rating performance ditentukan berdasarkan penilaian oleh pengukur melalui kelas-kelas performansi kerja, dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja dari operator menurut kelas-kelas tertentu. Adapun kelas-kelas tersebut beserta dengan nilai-nilainnya pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Rating Performance Menurut Cara Shumard Penentuan rating performance dilakukan dengan membandingkan nilai rating performance seorang operator yang diamati dan diukur dengan nilai rating performance seorang operator yang bekerja secara normal. Kelas Rating Performance Super fast Fast + Fast Fast – Excellent Good + Good Good – Normal Fair + Fair Fair – Poor 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 V-56 3. Cara Westinghouse Dengan cara Westinghouse, rating performance ditentukan berdasarkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu : a. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis. b. Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan oleh pekerja atau operator ketika melakukan pekerjaannya. c. Kondisi Kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. d. Konsistensi, faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama. Besar nilai Westinghouse factor secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Westinghouse Factor Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Keterampilan Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 Good C1 + 0,06 C2 + 0,03 Average D 0,00 V-57 Tabel 3.2. Westinghouse Factor Lanjutan Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Fair E1 - 0,05 E2 - 0,10 Poor F1 - 0,16 F2 - 0,22 Usaha Excessive A1 + 0,13 A2 + 0,12 Excellent B1 + 0,10 B2 + 0,08 Good C1 + 0,05 C2 + 0,02 Average D 0,00 Fair E1 - 0,04 E2 - 0,08 Poor F1 - 0,12 F2 - 0,17 Kondisi Kerja Ideal A + 0,06 Excellent B + 0,04 Good C + 0,02 Average D 0,00 Fair E - 0,03 Poor F - 0,07 Konsistensi Perfect A + 0,04 Excellent B + 0,03 Good C + 0,01 Average D 0,00 Fair E - 0,02 Poor F - 0,04 4. Cara Objektif Cara objektif adalah cara menentukan rating performance yang memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama- sama menentukan performance pekerja. V-58

3.5.3. Tahapan Penentuan Waktu Baku

17 1. Uji keseragaman data Dalam menentukan waktu baku, diperlukan besarnya faktor kelonggaran allowance. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa letih fatique dan hambatan-hambatan lain yang tidak terhindarkan. Ketiga hal tersebut merupakan hal yang nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, tidak diukur, tidak dicatat ataupun tidak dihitung. Sedangkan waktu baku ditentukan berdasarkan hasil dari langkah-langkah yang telah ditentukan di atas. Secara terperinci adalah sebagai berikut : Uji ini dilakukan dengan cara statistik, dimana ditentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dari data dengan menggunakan rumus: σ k X BKA + = σ k X BKB − = Dimana, k = Angka deviasi standard untuk x yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan confidence level yang diambil, dimana k diperoleh dari nilai z pada tabel distribusi normal, misalnya apabila tingkat keyakinan 95 0,95, maka nilai z yang dihasilkan adalah 1,96 ˜ 2. Rumus untuk menghitung harga rata-rata dan standar deviasi ฀ adalah: 1 2 − − = = ∑ ∑ N X X dan N X X i i σ 17 OpCit. Sutalaksana, Hal.167-172. V-59 Dimana, x = Harga rata-rata N = Jumlah pengamatan yang dilakukan. 2. Uji kecukupan data Uji ini dilakukan dengan cara statistik, dimana dapat diketahui apakah data yang diukur sudah cukup atau tidak dengan menggunakan rumus:           ∑ ∑ − ∑ = i i i N X X X N s k 2 2 2 Dimana, k adalah besarnya nilai z pada tabel normal berdasarkan tingkat kepercayaan penelitian, sedangkan s adalah tingkat ketelitian. 3. Hitung waktu normal Perhitungan waktu normal, menggunakan persamaan berikut: Wn = Wt x Rf Dimana : Wn = Waktu normal Wt = Waktu terpilih Rf = Rating factor Waktu normal diperoleh dengan mempertimbangkan rating factor operator, yaitu tingkat perbandingan performansikinerja seorang operator dengan konsep operator normal. 4. Hitung waktu standar Perhitungan waktu standar, menggunakan persamaan berikut: V-60 Sedangkan, waktu standar diperoleh dengan mempertimbangkan allowance operator, yaitu kelonggaran yang dapat diberikan kepada operator.

3.6. Cause and Effect Diagram Diagram Sebab Akibat

18 Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan fish bone diagram yang diperkenalkan pertama sekali oleh Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan menemukan faktor- faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Di samping itu, diagram ini berguna untuk mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini, metode sumbang saran brainstorming method akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail. Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Manusia Man. b. Metode kerja Work Method. c. Mesin atau peralatan kerja lainnya MachineEquipment. d. Bahan baku raw material. e. Lingkungan kerja work environment. 18 Rosnani, Ginting, 2007. Sistem Produksi. V-61 Diagram sebab akibat biasanya disebut Fishbone diagram karena disebabkan oleh kerangkanya menggambarkan seluruh sebab-sebab major dan minor. Langkah-langkah pembuatan cause and effect diagram adalah sebagai berikut : a. Gambarkanlah panah dengan kotak di ujung kanannya dan tentukan masalah yang hendak diperbaikidiamati dan usahakan adanya tolak ukur yang jelas dari permasalahan tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilakukan. b. Tentukan faktor-faktor penyebab utama main causes yang diperkirakan merupakan sumber terjadinya penyimpangan atau yang mempunyai akibat pada permasalahan yang ada tersebut. Gambarkan anak panah cabang- cabang yang menunjukkan faktor penyebab ini yang mengarah pada panah utama. c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci yang secara nyata berpengaruh atau mempunyai akibat pada faktor-faktor penyebab utama tersebut. Tuliskan detail faktor tersebut di kiri kanan gambar panah cabang faktor-faktor utama dan buatlah anak panah ranting menuju ke arah panah cabang tersebut. Untuk mencari detail faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas output maka metode brainstorming akan merupakan satu cara yang efektif digunakan. Pertanyaan ‘mengapa’ secara berantai akan membantu mencari penyelesaian masalah secara tuntas. d. Periksalah apakah semua item yang berkaitan dengan karakteristik output benar-benar sudah dicantumkan dalam diagram. V-62 e. Carilah faktor-faktor penyebab yang paling dominan. Contoh penggunaan cause and effect diagram dapat dilihat pada Gambar 3.1. Faktor penyebab yang digunakan yaitu tenaga kerja, mesin, material, metode dan manusia. Gambar 3.1. Contoh Penggunaan Cause and Effect Diagram

3.7. Failure Mode and Effect Analysis FMEA