V. LANGKAH-LANGKAHPROSES PELATIHAN
1. Perkenalan
2. Pre test
3. Penyampaian Materi Pokok Bahasan CTJ
4. Pembagian Kelompok
5. Latihan Perencanaan Terpadu
6. Latihan Penyusunan anggaran terpadu
7. Penyusunan Plan of Action
8. Presentasi kelompok
9. Rangkuman
10. Post test
9
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
VI. BAHAN BACAANURAIAN MATERI Pokok Bahasan I:
UMUM 1.
Kebijakan nasional dan perencanaan kesehatan daerah
Pada satu sisi, perencanaan kesehatan daerah harus memperhatikan hiearchi kebijakan yang lebih tinggi dalam administrasi negara, yaitu 1 Renstra kesehatan daerah atau
Renstrakesda yang merupakan kebijakan pembangunan kesehatan daerah dalam jangka lima tahun, 2 Renstrada yang merupakan kebijakan pembangunan daerah secara
menyeluruh, 3 RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang merupakan kebijakan limatahunan pembangunan nasional, 4 Sistem Kesehatan Nasional
SKN yang berisi kebijakan pokok pembangunan kesehatan 5 Renstra Depkes, serta 7 kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan seperti
misalnya tentang target Millenium Development Goals MDG di bidang kesehatan, rumusan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimum, kebijakan anggaran,
prioritas terhadap penduduk miskin, dll.
Disisi lain, perencanaan kesehatan daerah juga harus responsif dan akomodatif terhadap masasalah kesehatan spesifik daerah termasuk aspirasi masyarakat tentang pembangunan
kesehatan daerah.
Dari uraian diatas tampak bahwa perencanaan kesehatan daerah harus dilaksanakan dalam dua arah, yaitu top down dan bottom up. Pada masa lalu perencanaan kesehatan sangat
bersifat top down. Perencanaan kesehatan disusun di tingkat pusat termasuk penentuan tujuan atau target yang harus dicapai daerah dan juga dalam penentuan besaran anggaran.
Setelah kebijakan desentralisasi diterapkan, daerah diharuskan menyusun rencana kesehatan secara bottom up. Namun perlu dikemukakan bahwa proses bottom up bukanlah untuk
mengganti proses top down secara mutlak. Proses bottom up dan top down kedua- duanya tetap harus diterapkan.
Oleh sebab itu, perencanaan kesehatan daerah perlu memperhatikan dan mengakomodir kebijakan kesehatan nasional. Beberapa kebijakan nasional yang penting dan perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan kesehatan daerah adalah sebagai berikut:
1. Prioritas masalah kesehatan nasional 2. Prioritas intervensi dan program kesehatan
3. Kewenangan wajib, SPM dan pelayananprogram essensial 4. Pemeliharaan kesehatan penduduk miskin
10
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT
a. Prioritas masalah
Pada masa lalu era tahun 1970-an - 1980-an, penentuan prioritas masalah kesehatan selalu dilakukan dalam perencanaan kesehatan. Berbagai macam metode dipergunakan
untuk menentukan masalah kesehatan mana yang perlu diberikan prioritas. Namun setelah berjalan beberapa dekade, pengalaman empiris telah membantu para pengambil
keputusan dan perencana untuk mengetahui masalah kesehatan mana yang menjadi prioritas di suatu negara atau wilayah. Untuk Indonesia, misalnya, dalam kelompok
masalah non-infeksi sudah diketahui bahwa masalah KIAKB dan kurang gizi adalah masalah prioritas. Dalam kelompok penyakit infeksi, malaria, tuberkulosis, HIVAIDS,
ISPA, diare, DBD adalah beberapa penyakit infeksi yang menjadi prioritas nasional.
Namun demikian, kalau disuatu daerah ada masalah tertentu yang dianggap penting dan tidak termasuk dalam prioritas masalah kesehatan nasional, daerah perlu melakukan
penentuan prioritas masalah tersebut relatif terhadap masalah lain. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria tertentu, misalnya 1 prevalens masalah
tersebut, 2 besar dampaknya seperti ditunjukkan oleh angka CFR, kerugian ekonomi yang ditimbulkan, dll. Sebagai contoh, masalah penggunaan formalin dan baygon
dalam pengolahan ikan di Kabupaten Tangerang dianggap sebagai masalah penting oleh daerah ybs, penyakit reabies dianggap penting di pulau Flores, dll.
b. Prioritas intervensi
Prioritas intervensi berbeda dari prioritas masalah. Dalam program kesehatan, ada dua kelompok intervensi yang dapat dilakukan, yaitu:
a Intervensi terhadap penyakit, yang umumnya bersifat pelayanan pengobatan individu
b Intervensi terhadap faktor resiko termasuk intervensi perilaku dan intervensi lingkungan, yang umumnya merupakan program kesehatan masyarakat
Dalam masing-masing kelompok intervensi tersebut, kemajuan ilmu dan teknologi menawarkan berbagai macam jenis intervensi. Untuk pengobatan, tersedia berbagai
macam jenis pengobatan untuk suatu jenis penyakit misalnya untuk malaria tersedia berbagai alternatif obat. Demikian juga untuk faktor resiko lingkungan dan perilaku,
tersedia berbagai macam alternatif misalnya untuk malaria tersedia intervensi pemberantasan sarang nyamuk, pengunaan kelambu, berbagai media untuk KIE, dll.
Penentuan prioritas intervensi adalah memilih intervensi yang terbaik diantara pilihan yang ada. Salah satu cara untuk menentukan intervensi terbaik adalah analisis cost
effectiveness. Dalam P2KT, penentuan jenis intervensi ini termasuk salah satu langkah penting, karena memang cukup banyak pilihan intervensi yang sekarang tersedia.
Namun - sekali lagi - pengalaman empiris sudah membuktikan mana intervensi yang cosr effective dan mana yang tidak. Artinya, dalam melaksanakan P2KT, daerahDinkes
tidak perlu melakukan analisis tersebut. Apalagi WHO sudah membuat daftar sejumlah
11
DHS-1 MODUL PELATIHAN P2KT