1. 90 confidence level : z = 1,65 2. 95 confidence level : z = 2,00
3. 99,7 confidence level : z = 3,00 s = derajat dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum
prosentasi penyimpangan yang bisa diterima dan nilai t yang sebenarnya. Nilai ks dikenal sebagai Confidence-Precision Ratio dari time study yang
dilaksanakan. N = jumlah pengamatanpengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen
kegiatan tertentu yang dipilih. N’ = jumlah siklus pengamatanpengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar
dapat diperoleh presentase kesalahan error minimum dalam mengestimasi t yaitu sebesar S.
Apabila N’ N maka diperlukan pengukuran tambahan hingga memenuhi jumlah yang diperlukan. Apabila N’ N maka data pengukuran pendahuluan
sudah mencukupi.
3.2.4. Rating Factor
5
Rating factor adalah faktor yang diperoleh dengan membandingkan
kecepatan bekerja dari seorang operator dengan kecepatan kerja normal menurut ukuran penelitipengamat. Dari faktor ini dapat dilihat bahwa:
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas normal maka
5
Wignjosoebroto. Sritomo. op. cit, hal. 196.
Universitas Sumatera Utara
rating factor ini akan lebih besar dari pada 1 Rfl.
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dibawah kewajaran normal maka rating factor akan lebih kecil dari 1 Rfl.
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini diambil sama dengan 1 Rf = 1. Untuk kondisi kerja dimana operasi secara
penuh dilaksanakan oleh mesin operating atau machine time maka waktu yang diukur dianggap waktu yang normal.
6
Untuk memudahkan pemilihan konsep normal, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator yang dianggap normal, yaitu
jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari bekerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan,
dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Walaupun usaha-usaha membakukan konsep bekerja normal telah
dilakukan, namun rating factor tetap tampak sebagai suatu yang subyektif. Disini besarnya rating factor sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatannya selama melakukan pengukuran.
3.2.5. Penetapan Kelonggaran Allowance
7
Kelonggaran Allowance diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung. Kelonggaran
diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal
6
Sutalaksana, Iftikar Z., dkk. op. cit, hal. 139.
7
Ibid . hal. 149-150.
Universitas Sumatera Utara
Kelonggaran yang termasuk di dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-
cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam sewaktu bekerja
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Fatique
merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaankendali pekerja, seperti mesin macet, listrik padam, dan lain-lain.
3.2.6. Perhitungan Waktu Baku