120
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut.
Gandai merupakan salah satu tradisi yang ada pada masyarakat Pekal yang sudah terintegrasi menjadi identitas mereka. Dimana gerakannya diambil dari
kehidupan sehari-hari yang ditarikan oleh empat atau lebih dalam jumlah genap penari perempuan. Tradisi Gandai ini diiringi oleh alat musik satu bua edap dan
satu buah sunai. Tradisi ini mengalami perubahan, dimana dulunya dipertunjukan pada
hari Kamis malam di balai desa. Tradisi ini dipertunjukan pada acara buka lahan atau pesta panen. Namun sekarang sangat sulit dijumpai pada acara tersebut di
atas. Hal ini dikarenakan oleh tiga hal. Pertama karena semakin sedikitnya masyarakat yang mengolah lahan sendiri untuk bercocok tanam palawija. Setelah
banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit atau karet, masyarakat Pekal banyak yang bekerja di sana. Kedua karena semakin banyak
para generasi muda Pekal yang mengenyam pendidikan. Hal ini membuat waktu mereka sangat terbatas untuk berkumpul, karena kegiatan belajar. Dan yang ketiga
dikarenakan masuknya kebudayaan dari pulau Jawa yaitu musik Organ Tunggal yang sifatnya lebih semarak. Sehingga masyarakat Pekal lebih tertarik untuk
menyaksikan hiburan ini. Sekarang ini tradisi ini dapat kita lihat pada acara perpisahan sekolah dan
upacara perkawinan adat masyarakat Pekal. pada acara perpisahan sekolah sendiri,
Universitas Sumatera Utara
121
tradisi ini dipertunjukan agar tetap terjaga kelestariannya. Agar generasi muda sekarang tidak lupa akan tradisi ini. Sedangkan pada upacara perkawinan adat
masyarakatnya, tradisi ini dipertunjukan pada malam begandai di atas pengujung dan diiringi oleh edap dan sunai.
Untuk konten dari Gandai itu sendiri, pada awalnya tradisi ini memiliki 36 ragam gerak. Namun sekarang ini hanya tersisa 26 ragam gerak saja. Hal ini
dikarenanakan 10 ragam gerak lainnya sangat sukar untuk ditarikan dan hanya orang-orang tua dulu yang mengetahuinya. Begitu pula dari segi pemain
musiknya. Dalam beberapa pertunjukan tampak yang memainkannya hanya orang-orang yang usianya sudah tua. Tidak terlihat generasi muda yang
memainkannya. Dapat dikatakan bahwa proses transmisi tradisi ini tidak banyak menyentuh generasi muda sekarang, hanya segelintir yang tertarik.
Walaupun telah terjadi perubahan terhadap konteks penyajian dan ragam geraknya, tetapi pada motif gerak dan musik yang dimainkan tetaplah sama serta
mengalami kontinuitas. Terlihat walau sudah jarang dijumpai di acara buka lahan atau pesta panen, masyarakat Pekal menampilkannya pada upacara perkawinan
adatnya. Disini peran sekolah besar dengan selalu menampilkan tradisi ini di acara perpisahan sekolah, maka kemungkinan kontinuitas ini akan terus berlangsung
selalu dan tetap bertahan di masa-masa yang akan datang. Dilihat dari segi fungsi, tradisi ini berfungsi sebagai pengungkapan
emosional, penghayatan estetika, hiburan, sarana komunikasi, reaksi jasmani, yang berkaitan dengan norma sosial, dan sebagai pengintegrasian masyarakat
serta sebagai sarana matapencaharian.
Universitas Sumatera Utara
122
6.2 Saran