1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus
1
1
Siklus adalah
hidup manusia dimulai sejak menjadi janin dalam kandungan, lahir, dewasa, perkawinan, memiliki anak, memasuki keorganisasian, kematian,
pasca kematian, dan seterusnya. Menurut William Haviland 2014: 200 pernikahan atau perkawinan adalah kesatuan sosial atau ritual yang diakui atau
juga kontrak sah antara pria dan wanita yang saling menetapkan hak dan
kewajiban, antara mereka dan anak-anak mereka, dan antara mereka dan hukum.
Fungsi utama perkawinan adalah untuk melanjutkan keturunan. Sedangkan gunanya adalah untuk memuaskan nafsu biologis manusia, menerima dan
memberi kasih sayang kepada pasangan hidup, membina keluarga, menyatukan dua keluarga besar, dan sebagainya. Dimana terjadi suatu hubungan antara
seorang pria dan seorang wanita secara seksual yang nantinya perempuan yang
bersangkutan memenuhi syarat untuk melahirkan anak Goodenough,1970:12 13.
Dalam menuju proses itu, harus terlebih dahulu mengikuti upacara pengabsahannya yang sering disebut upacara perkawinan. Disini agama
memegang peran utama, karena dalam masyarakat tertentu perkawinan tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma adat. Demikian juga
yang terjadi pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.
putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur sumber: http:bahasa.cs.ui.ac.idkbbi.
Universitas Sumatera Utara
2
Pekal adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Provinsi Bengkulu, terutama di Kabupaten Bengkulu Utara. Suku Pekal merupakan proses asimilasi
2
antara suku Rejang dan suku Minangkabau. Masyarakat Pekal dalam sistem kekerabatannya sama seperti dengan masyarakat Minangkabau yang menerapkan
sistem kekerabatan matrilineal garis keturunan dari pihak ibu.
3
Dalam melaksanakan tata cara adat perkawinannya, masyarakat Pekal harus menjalankan secara adat dan agama. Tata cara menurut adat sudah
dijalankan dari mulai betanyu melamar, berasan,
4
2
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul dari beberapa golongan-golongan manusia dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifat khasnya
yang lambat laun membentuk satu kebudayaan yang baru budaya campuran.
3
Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater bahasa Latin yang berarti ibu, dan linea
bahasa Latin yang berarti garis. Jadi matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu. sumber: id.wikipedia.orgWikiMatrilineal.
4
Berasan adalah salah satu proses tata cara adat perkawinan yang dilaksanakan sehari sebelum akad nikah. Pada malam berasan, kedua belah pihak meminta izin kepada Badan Musyawarah
Adat perihal upacara adat yang akan diadakan esok hari. Di sini disepakati waktu dan tempat akad nikah dan penentuan kerja tiap orang yang terkait dalam upacara adat besok.
akad nikah, pesta resepsi. Pada tahap akad nikah, adat tetap berjalan bersamaan dengan agama. Disini Ketua
Badan Musyawarah Adat dan perwakilan dari Kantor Urusan Agama KUA duduk berdampingan selama proses akad nikah berlangsung. Para majelis adat
dan keluarga kedua belah pihaklah sebagai saksi. Setelah itu pada malam harinya malam begandai dimana ditampilkan pertunjukan Gandai. Dalam upacara
pernikahan masyarakat Pekal, malam begandai digunakan untuk berkumpul dengan semua keluarga, tetangga, teman-teman dari kedua pengantin. Gandai
sendiri berarti tari yang ditarikan bersama-sama. Tradisi ini bisa dikatakan sebagai pelengkap upacara adat, yang dilakukan oleh golongan masyarakat yang tingkat
perekonomiannya relatif baik. Jika tradisi ini atau acara malam begandai tidak
diadakan, pesta resepsi keesokan harinya tetap berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
3
Gandai ini merupakan salah satu tarian yang terdapat di Kecamatan Ketahun, Provinsi Bengkulu. Diperkirakan sudah cukup lama ada dan
berkembang di dalam masyarakatnya dengan pola-pola tradisi. Tetapi tidak bisa dipastikan siapa penciptanya dan kapan diciptakan. Menurut Soedarsono 1986 :
93 tari tradisional ialah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada.
Dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan di atas, jelas Gandai dapat dikelompokan pada tari tradisional.
Gandai ini ditarikan selalu pada malam hari pada upacara perkawinan masyarakat Pekal. Gandai ditarikan oleh dua orang atau lebih penari dan harus
dalam jumlah yang genap, karena menarikannya berpasangan, semakin banyak penarinya semakin terlihat ramai dan semarak. Jumlah genap ini melambangkan
keseimbangan yang kokoh, misalnya keseimbangan baik-buruk, kiri-kanan, pulang-pergi, dan sebagainya Murni dalam Arifni, 2006: 340. Pada umumnya
penarinya adalah perempuan, hanya pada ragam ambat dan ejang baseluk penari berpasangan laki-laki dan perempuan. Gerak yang sering disajikan dalam
upacara perkawinan adat masyarakat Pekal hanya ada berkisar enam sampai dua belas dari tiga puluh enam ragam gerak saja, dari 26 ragam gerak yang ada.
5
Karena 6 ragam gerak ini dianggap sudah mewakili 20 ragm lainnya. Dalam penyajiannya, para penari menari di atas pengujung.
6
5
Menurut wawancara dengan Ibu Ratna selaku penari Gandai pada tanggal 19 Pebruari 2014
6
Pengujung merupakan panggung yang didirikan khusus untuk upacara perkawinan. Pengujung menempel dengan dinding rumah.
Tradisi Gandai ini, dipertunjukkan untuk menghibur pengantin lanang laki-laki dan pengantin tinu
wanita yang duduk bersanding di pelaminan, keluarga besar kedua pengantin,
Universitas Sumatera Utara
4
dan masyarakat yang datang untuk menyaksikannya. Gerakan Gandai diatur oleh gerakan kaki maupun gerakan tangan.
Peranan musik dalam Gandai ini sangat penting, karena bisa dirasakan kehadiran Gandai tanpa musik terasa tidak menarik untuk ditonton. Musik iringan
Gandai sangat berkaitan dengan tarinya, musik menjadi pembentuk suasana dan jembatan bagi perubahan gerak tari. Jadi, disini musik berperan sebagai
terbentuknya keindahan Gandai itu sendiri. Dalam mengiringi Gandai, musik iringan telah memiliki struktur yang baku sesuai dengan ragam tarinya. Tarian ini
menggunakan dua alat musik, yakni edap frame drum sebagai pembawa tempo dan pembawa ritem variabel dan sunai end blown flute sebagai pembawa melodi
dan penentu tempo. Musiknya disajikan dengan pantun yang dibawakan, bisa dibawakan oleh penari, pemusik, bahkan masyarakat yang menyaksikannya.
Berikut beberapa syair pantun yang dibawakan dalam mengiringi Gandai ini:
Kalu aban mameli regen
kalau kamu membeli harmonika Beli untuk di akui lak regen pecak
belilah untuk aku harmonika yang pecah Kalu aban jadi pengaten
kalau kamu jadi pengantin Enang lak akui basusak payak
biarlah aku yang bersusah payah
Universitas Sumatera Utara
5
Makna dari syair tersebut adalah pesan dari orangtua yang sangat gembira melihat anaknya menikah sehingga mereka rela bersusah payah untuk mengadakan pesta.
Racang samilu di tengak kebon
iris kulit bambu di tengah kebun Asal tembak ngambik di batang
asal-asaln ambil di batang Ati senang diam di dusun
hati senang tinggal di dusun Enang akui di rantau uhang
biar aku di rantau orang Syair pantun ini bermakna kerinduan masyarakat Pekal yang ada di perantauan
akan kampung halamannya. Mereka yang merantau akan sangat senang bila ikut terlibat dalam malam begandai sehingga mereka dapat menyampaikan keluh
kesah mereka.
Bintang timur bamiak manis
bintang timur berminyak manis Tagonang-gonang dalam tempian
tergenang-genang dalam tampi Sedang tidoh ku bakik nangis
sedang tidur aku bangkit nangis Mangenang utung dengan bagian
mengenang untung dengan bagian
Universitas Sumatera Utara
6
Makna dari syair tersebut adalah keluh kesah seorang janda yang merasa hidupnya bernasib malang akibat ditinggal pergi suaminya.
Dahulunya Gandai adalah tarian masyarakat Pekal yang dipertunjukan saat acara buka lahan atau pesta panen dan acara-acara adat lainnya. Masyarakat Pekal
mengapresiasikan suasana hati sekaligus ucapan terima kasih dengan cara menari. Setiap malam Jumat para masyarakat desa baik yang tua maupun yang muda
berkumpul di balai desa. Namun dewasa ini penyajian Gandai lebih banyak dipertunjukan pada upacara perkawinan, perpisahan sekolah, dan pengesahan
lembaga-lembaga saja dan sudah jarang dilihat pada kegiatan tanam dan panen, hal ini dikarenakan sudah banyak masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun yang
tidak lagi bertani atau berladang walaupun masih ada sebagian. Mereka sekarang lebih banyak bekerja di pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit dan
karet
7
Untuk mengkaji deskripsi pertunjukan tradisi Gandai yang didalamnya mencakup gerak tari digunakan pendekatan-pendekatan ilmu antropologi tari.
Dimana antropologi tari merupakan disiplin ilmu yang sebelumnya dikenal sebagai etnologi tari etnokoreologi. Penelitian terhadap tradisi ini memerlukan
. Adapun yang mempunyai lahan sendiri kebanyakan mengupahkan lahannya pada orang lain atau menggunakan mesin untuk membantu mereka.
Sehingga timbul pertanyaan bagaimana deskripsi pertunjukan tradisi Gandai, mengapa ragam gerak gandai tersebut hanya tinggal dua puluh enam gerak saja
lagi dan apa-apa saja perubahan serta fungsi pada tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.
7
Wawancara dengan bapak Zhamari A.S Jamal selaku budayawan Pekal pada tanggal 19 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
7
bantuan disiplin lainnya, seperti: antropologi, sejarah, psikologi, sosiologi, dan lainnya seperti yang diungkapkan Janet Adshead 1988: 6. Disiplin-disiplin ini
membantu untuk memahami tari dan fungsi-fungsinya dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.
Tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun seperti terurai dalam latar belakang ini, dapat didekati
dengan pendekatan multidisiplin ilmu. Pertama untuk mengkaji deskripsi gerak tari digunakan pendekatan etnokoreologi yang penerapannya dari sejumlah
disiplin ilmu seperti antropologi, musikologi, etnografi, dan lain-lain. Kedua untuk mengkaji perubahan dan fungsinya digunakan pendekatan
sosiologi, fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora. Pada pendekatan sosiologi, hampir semua kajian sosiologi berkaitan dengan perubahan
khususnya perubahan sosial yang menggambarkan realitas sosial. Dalam kajian sosiologi, masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi
sebagai proses, bukan sebagai obyek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa yang terus menerus. Sehingga dapat dilihat perbedaan antara keadaan
sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Lalu pada pendekatan fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari
elemen-elemennya sepertinorma, adat, tradisi, dan institusi. Berdasarkan fakta lapangan tersebut diatas, penulis memilih judul untuk
penelitian ini, sebagai berikut: “Tradisi Gandai dalam Konteks Upacara Perkawinan Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu
Utara, Bengkulu: Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi”.
Universitas Sumatera Utara
8
1.2 Pokok Permasalahan