115
5.1.5 Fungsi Reaksi Jasmani
Pada tradisi ini saat musik dimainkan, alunan musik itu tidak hanya membuat penarinya menari namun masyarakat yang menyaksikannya pun ikut
bergerak mengikuti irama musik, baik falam keadaan duduk maupun ikut berdiri. Dapat diartikan bahwa fungsi tradisi Gandai sebagai reaksi jasmani sejalan
dengan fungsinya sebagai pengungkapan emosional dan fungsinya sebagai penghayatan estetis. Sebab reaksi jasmani muncul ketika adanya penghayatan
yang menghasilkan emosional, dan emosional itu pun kemudian diungkapkan melalui reaksi jasmani. Sebagai wujud dari fungsi reaksi jasmani dapat kita lihat
apabila pemusik bermain dengan baik, maka penari akan sangat senang menarikannya, begitu pula sebaliknya.
5.1.6 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial
Disini tradisi Gandai mempunyai fungsi yang berkaitan dengan norma- norma yang berlaku ada di masyarakat Pekal. Dapat dilihat dari syair-syair
pantun yang bukan hanya berisi tentang pesan-pesan atau keluh kesah tetapi juga berisi tentang norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti contoh:
Baik-baik mengambik daun Baik ngambik daun kecundang
Senang ati kamuy didusun Enang akui tetap pemalang
Universitas Sumatera Utara
116
Syair pantun diatas berisi tentang nasehat agar bergaul dengan sepantasnya bagi para pemuda dan pemudi desa Pasar Ketahun. Masyarakat Pekal masih sangat
menjaga kehidupan mereka agar sejalan sesuai dengan norma-norma yang ada.
5.5.7 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat
Tradisi ini jika dipertunjukan pada malam begandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal dapat menimbulkan rasa kebersamaan
bagi semua yang terlibat. Dapat dilihat dari keluarga yang datang dari tempat yang jauh. Mereka dapat melepaskan rindu dan merasakan kebersamaan dengan
berkumpul dengan keluarga mereka pada saat tradisi ini dipertunjukan. Begitu pula antara penari dan pemusik dengan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan
atau ikut serta terlibat. Orang-orang yang hadir dapat mengakrabkan diri dengan pemilik acara pada malam beganda tersebut atau berkenalan dengan orang baru.
5.5.8 Fungsi Berdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono Menurut Narawati dan R.M. Soedarsono dalam Reny Yulyati 2013:22
membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu 1 kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: a fungsi tari sebagai sarana ritual,
b fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan c fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan 2 kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah
pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata.
Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tradisi Gandai, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder.
Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan
Universitas Sumatera Utara
117
mata pencaharian. Di dalam aktivitas tradisi Gandai, maka fungsi tradisi ini jelas sebagai sarana ritual, yang menjadi baagian penting dan diutamakan dalam setiap
upacara memeriahkan perkawinan dalam kebudayaan Pekal. Tradisi ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara Perkawinan adat masyarakat
Pekal. Selain itu di dalam tradisi ini juga terkandung fungsi presentasi estetik, artinya melalui tradisi ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakan-
gerakantari yang dipandang estetik menurut tata estetik Pekal, namun demikian tradisi ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana ekonomis atau mata
pencaharian. Walaupun bukan fungsi utama, di dalam setiap kegiatan Gandai terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan
ekonomis. Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari
dalam rangka menarikan tradisi ini memerlukan dana yaitu untuk sanggul, menyewa pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain
itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam sebuah pesta perkawinan. Dengan demikian, fungsi tradisi Gandai dalam
kebudayaan masyarakat Pekal memang kompleks juga. Ini dapat ditelusuri melalui kaitan tradisi ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti,
religi, ekonomi, estetik, hiburan, sistem sosial, dan lain-lain.
5.2 Perubahan Tradisi Gandai dalam Kebudayaan Masyarakat Pekal