Kesimpulan “Tuo Nifarö” (Studi Etnografi Kearifan Lokal Dalam Proses Produksi Tuo Nifarö, di Desa Sirete Kecamatan Gidö, Kabupaten Nias)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tradisi minum tuak sudah ada sejak dahulu kala di kabupaten nias. Tuo nifarö adalah minuman yang berasal dari nira kelapa yang difermentasi, dimasak dan disuling. Tuo Nifarö dianggap sebagai minuman tradisional dan minuman kebanggaan, yang disajikan ketika moment-moment tertentu. Seperti pesta pernikahan suku adat Nias, kedatangan tamu dari luar daerah, pelantikan, dan acara penyambutan lainnya. Tuo nifarö juga sering di berikan sebagai oleh-oleh atau buah tangan kepada sanak saudara yang berbeda daerah. Minum tuak terkadang dipandang negatif bagi sebagian masyarakat, namun tidak dipungkiri minuman ini tidak bisa dihapuskan di acara pesta adat di nias. Minum tuak bisa mengakibatkan mabuk apabila dikonsumsi terlalu banyak. Namun tujuan minum tuak bukan berarti mabuk, minum tuak bisa dijadikan ajang jumpa teman lama dan sekedar berbicara dengan orang yang beda generasi. Kebersamaan ini, hanya didapati apabila ada moment yang tertentu, itu sebabnya anak muda ataupun orangtua tidak melewati kesempatan dimana mereka bisa duduk bersama sambil minum tuak, dan bercerita banyak hal dan membangun keakraban. Högö Duo kepala tuak, berfungsi sebagai obat yang dipercaya bisa mengobati penyakit gula yang bahasa medisnya diabetes dan minyak urut. Sampai sekarang memang belum bisa diketahui secara medis apakah kandungan Universitas Sumatera Utara Högö Duo bisa menyembuhkan penyakit gula, namun masyarakat suku Nias percaya högö duo bisa menyembuhkan penyakit dan tetap mengkonsumsi högö duo. Hal ini terbukti ketika bapa sa’a saya sakit diabetes, beliau berada di Kota Medan, ia meminta agar saudara yang di Nias mengirim högö duo untuk diminumnya. Kepercayaan ini masih melekat bagi orang Nias meskipun ia sudah berada diluar daerah ataupun orang yang berpendidikan. Namun kepercayaan akan tuak bisa menyembuhkan penyakit, masih melekat di pikirannya. Terkadang orang yang berada diluar daerah mengatakan: “minum tuak itu membahayakan” namun bagi orang Nias minum tuak itu sudah menjadi tradisi. Tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala. Bagi orang Nias tidak ada yang salah apabila meminumnya, namun apabila dikonsumsi secara berlebihan, pastinya akan mengalami mabuk. Dampak dari mabuk ialah merugikan diri sendiri dan oranglain. Itu sebabnya meminum tuo nifarö cukup seperempat 14 saja, agar tidak mengalami mabuk. Namun bagi orang yang sudah terbiasa, minum segelas tuak saja tidak berasa. Itu semuanya bergantung kekebalan tubuh menahan dan kebiasaan mengkonsumsi tuak. Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran