Fungsi Tuo Nifarö Pada Pesta Adat Pernikahan Suku Nias.

mendeskripsikan: 1. Penelitian antropologi tujuannnya adalah: defenisi komprehensif dan interpretasi tentang hubungan timbale balik biobudaya, antara tingkah laku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut, 2. Partisipasi professional mereka dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkahlaku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. FosterAndeson 1986:11.

4.1.2. Fungsi Tuo Nifarö Pada Pesta Adat Pernikahan Suku Nias.

Pada pesta perkawinan falöwa, perkumpulan dan acara-acara lainnya, sering ditemui botol tuak atau minuman keras lainnya. Bahkan pada acara Möi mamaola ba Nuwu Tradisi Nias Utara untuk memberitahukan hari pesta perkawinan dan mengatar jatah böwö Mas Kawin kepada pihak paman calon mempelai perempuan, di dalam makanan yang akan berikan kepada Uwu daging babi rebus dan nasi juga diikut sertakan satu botol tuak. Dalam acara Suruduo acara penghormatan terhadap pihak Uwu yang hendak pergi pada pesta perkawinan, tetapi melewati perkampungan tempat tinggal saudarinya perempuan, Tuo harus disuguhkan bersama daging babi rebus untuk dimakan bersama. Penulis mewawancarai sejumlah orangtua untuk mengetahui kebenarannya dari sisi tradisi. Universitas Sumatera Utara Pernyataan ini memang ada benarnya, walaupun tidak ada yang menegaskan bahwa ada bahaya dampak negatif yang berpengaruh pada kehidupan, kalau tuak tidak diberikan pada saat Möi mamaola ba Nuwu dan Suruduo. Bahkan ada yang mengatakan bahwa penyuguhan tuak bukan tradisi absolut, tetapi lebih merupakan tradisi pelengkap, karena banyak juga acara dan keputusan yang tanpa tuak bisa dianggap resmi, kuat dan sah. Dari sudut religi kepercayaan masyarakat tidak adanya resiko baik langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan pelanggar, kalau minuman beralkohol tidak ada. Apalagi tuak bukan hanya ditemukan di Nias, di Jawa, di Tapanuli, dan daerah lainnya, juga terdapat banyak tuak. Seorang budayawan Nias sekaligus juga sebagai rohaniawan bernama Pdt. Dal. Zendratö, S. Th, bel iau mengatakan bahwa: “penyuguhan tuak dalam setiap pesta memang sudah tradisi. Pada acara Möi mamaola ba uwu, itu selalu diberikan. Namun, jikalau tidak diberikan, maka tidak ada resikonya atau hukuman dilihat dari sisi religi, hanya saja pemberian itu terasa kurang lengkap 14 Sebenarnya, yang meminum tuak hanya Si dadao barö gare atau Niha sangaroro yaitu orang-orang yang duduk pada posisi yang menentukan dalam pengambilan keputusan pada upacara adat atau orahua musyawarah resmi. Tidak banyak diminum, paling seperempat gelas bagi yang tidak biasa meminum, karena kalau diminum terlalu banyak, malu dicap sebagai solu’a-lu’a rakus atau si löngaroro tidak becus. 14 Zebua, dkk. Pusaka Nias dalam Media Warisan. Nias: Yayasan Pusaka Nias, 2010 halaman 52. Universitas Sumatera Utara Penyuguhan tuak, merupakan fangetu’ö huhuo pengesahaan keputusan yang ditandai dengan minum bersama dari minuman yang berbeda dengan minuman biasa. Karena dahulu hanya tuak yang mudah didapat di Nias, maka tuaklah yang disajikan. Namun harus diketahui bahwa penyuguhan tuak minuman yang beralkohol tersebut tidak dipraktekkan di seluruh wilayah di Nias. Di Nias Selatan umpamanya, hal ini merupakan hal yang asing. Setelah prosesi pesta adat perkawinan selesai, atas nama tradisi inilah makanya tuo nifarö disuguhkan kembali dan atas nama tradisi hada dan pergaulan fahuwusafariawösa para pemuda ataupun pihak saudara menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di malam hari dan biasanya mereka menyanyi-menyanyi sambil diiringi musik kibot, musik keyboard. Dan kerabat ataupun tetangga bisa melantunkan lagu di depan bergabung dalam acara malam ini. Acara seusai pesta, pasti selalu ada karena sudah menjadi tradisi. Perkawinan adalah hal yang pasti istimewa di Nias, perkawinan dianggap bukan hanya kedua belah pihak yang berbahagia, namun semua kampung itu turut berbahagia, itu sebabnya seusai acara adat pernikahan selesai, ada semacam acara tambahan untuk para kerabat dan tetangga, semua orang disana harus berbahagia. Untuk menambah meriahnya malam, maka makanan dan kue disajikan kembali serta minuman alkohol lainnya. Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Fungsi Tuo Nifarö Sebagai Mata Pencahariaan Masyarakat.