Saran Sejarah Singkat Kabupaten Nias dan Etnis Nias

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana diatas, maka penelitian ini menyampaikan saran bagi masyarakat sebagai berikut: bagi orang yang belum terbiasa meminum tuo nifarö disarankan untuk tidak banyak mengkomsumsinya karena kadar alkohol yang terdapat pada tuo nifarö sangat tinggi. Bagi pemula disarankan cukup ¼ seperempat gelas kecil saja. Sebelum hendak meminum tuak, ada baiknya diminum setelah makan karena apabila tuak diminum sebelum makan dapat menimbulkan penyakit maag. Saran buat tim medis kesehatan yakni agar bisa dilakukan penelitian tentang kandungan pada tuo nifarö, karena selama ini tim medis sepertinya menutup diri untuk tidak mau tahu tentang minuman tradisional ini. Sementara faktanya dilapangan ada beberapa orang yang mengatakan semenjak ia meminum högö duo kepala tuak dipagi hari secara rutin, ketika hendak mengecek kadar gula darah di rumah sakit, kadar gula darahnya menurun. Hal ini adalah penemuan lama yang sampai sekarang belum diketahui secara ilmiah. Peneliti berharap agar penelitian tentang kandungan högö duo bisa dilakukan mengingat kepercayaan masyarakat Nias apabila meminum högö duo bisa menyembuhkan penyakit gula diabetes,dan minyak urut bagi penderita stroke. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIRETE KABUPATEN NIAS

2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Nias dan Etnis Nias

Kabupaten Nias adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang terletak di pulau Nias. Ibukota Kabupaten Nias ialah Kota Gunung Sitoli. Apabila kita berada di Kota Medan untuk sampai ke Kota Gunung Sitoli dapat ditempuh dengan perjalanan darat dari Sibolga selama 10 jam, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menaiki kapal laut selama semalaman, atau kalau menaiki kapal Ferry kapal cepat dibutuhkan waktu selama 3 jam saja dari Kota Sibolga menuju Kota Gunung Sitoli. Apabila menempuh perjalanan udara dari Kota Medan menuju Kota Gunung Sitoli memerlukan waktu selama 55-60 menit dengan menggunakan pesawat Lion AirWings Air, Merpati Air, Sushi Air, di bandara udara Binaka Gunung Sitoli. Dalam bahasa daerah Nias, Pulau Nias disebut dengan istilah Tanö Niha. Penghasilan utama penduduknya sebagian besar masih mengandalkan dari hasil pertanian. Luas lahan potensial mencapai 81.389 hektar yang terdiri dari sawah 22.486 hektar dan lahan kering 58.903 hektar. Namun, potensi yang dimiliki itu belum memberikan hasil maksimal untuk mampu mencapai swasembada pangan. Terbukti, kabupaten ini pada tahun 1999 masih mendatangkan beras dari luar daerah sebanyak 22.323 ton. Tak jauh berbeda pula dengan keadaan hasil perkebunan. Hal ini dikarenakan petani belum sepenuhnya produktif dalam mengerjakan lahan pertanian. Gagal panen yang dialami karena kurangnya Universitas Sumatera Utara pengetahuan dari bercocok tanam. Padahal kalau dilihat dengan keadaan alam Nias yang subur sangat cocok untuk budi daya tanaman karet, kelapa, kopi, cengkeh dan nilam. Karet dan kopra menjadi andalan utama hasil perkebunan. Produksi karet pada 1999 mencapai 13.624 ton, dan kopra 42.230 ton. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka Ono Niha Ono yakni anakketurunan, Niha yakni manusia dan pulau Nias sebagai Tanö Niha. Tanö yakni tanah. Suku Nias merupakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Pada suku Nias mengenal sistem kasta 12 tingkatan Kasta. Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah balugu. Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

2.2. Perkiraan Sejarah Desa Sirete.