Di kota Gunung Sitoli dan sekitarnya, cukup banyak jumlah pedagang tuak. Seperti Pasar beringin, Pasar Nou dan Pasar Pagi, merupakan sentral penjualan
tuak selain di pinggir-pinggir jalanan, desa-desa dan pekan-pekan lainnya. Tuak adalah minuman beralkohol yang dibuat dari nira aren, kelapa yang telah
diragikan, Ada 2 jenis tuak: a.
Tuo Mbanua atau Tuo Sataha tuak mentah, belum diolah, kadar alkoholnya tidak terlalu tinggi.
b. Tuo Nifarö tuak yang sudah diolah melalui proses penyulingan, kadar
alkoholnya sangat tinggi, bahkan bisa menyala kalau dipercikan api dalam hal ini högö duo.
Tuo nifarö dipercaya sebagai minuman tradisional yang bersifat alami dan dijadikan atas nama tradisi minuman ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
masyarakat suku nias. Berikut fungsi tuo nifarö yakni:
4.1.1. Fungsi Högö Duo Sebagai Obat.
Högö duo dipercaya sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit gula bahasa medisnya diabetes, dan sebagai minyak urut bagi penderita stroke.
Pernyataan ini, ada sebagian yang menentang dan ada juga yang setuju. Hal ini dikarenakan karena belum ada yang meneliti tentang tuak ini. Benar atau
tidaknya, nyatanya sampai sekarang tuo nifarö tetap dikomsumsi oleh masyarakat nias, walaupun mereka mengetahui efek samping apabila mengkomsumsinya
apabila terus menerus dikomsumsi.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam unsur budaya terdapat 7 unsur budaya, dan salah satu yakni sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan bukan hanya menyangkut religiritus keagaman
semata, namun kepercayaan akan suatu benda, ataupun makananminuman dapat berkhasiat menyembuhkan penyakit masuk dalam sistem kepercayaan. Seperti
agama, apabila seseorang percaya akan suatu agama maka apapun yang terjadi seorang yang beragama berusaha untuk tidak goyah, namun malah sebaliknya ia
mengganggap bahwa kepercayaannya itu ada, dan semakin mendekatkan diri kepada tuhannya. Begitu juga dengan masyarakat Nias, banyak orang medis
berkata bahwa tuo nifarö tidak baik untuk dikomsumsi namun kenyataannya minuman ini selalu dikomsumsi sebagai obat penyakit gula serta minyak urut.
Peneliti mengganggap bahwa kepercayaan itu adalah harapan, sama halnya apabila masyarakat nias percaya dengan minum tuak,bisa menyembuhkan dari
penyakit gula, maka harapan itu bisa terjadi, dan bisa sembuh karena sudah “percaya” dan “menyakini”.
Peneliti juga mewawancarai seputar makna dan fungsi tuo nifarö, dari beberapa kalangan masyarakat yakni:
1. Ama Abe Zebua 39 tahun berpendapat bahwa: “tuo nifarö
merupakan minuman yang beralkohol yang dikelola dari proses penyulingan. Tuak botol pertama, berbeda dengan botol kedua,
ketiga dan keempat.
Untuk pengalaman mabuk, sudah pasti pernah karena melebihi dosis. Mabuk tergantung pada kondisi suasana hati seseorang.
Jangan pernah mabuk, ketika belum makan, karena efeknya pusing, maag, sakit kepala dan badan tidak enak. Fungsi dari tuo nifarö
ialah musim hujan bagus untuk menghangatkan badan. Dan dapat menurunkan kadar gula serta dikaitkan pada acara pesta adat suku
nias, untuk persyaratan jujuran löwö-löwö yakni kehormatan anak babi sebagai makanannya dan tuo nifarö sebagai minumannya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pengalaman pribadi, teman saya kepala sekolah SMP. N 4 Lahemo menderita penyakit gula dan ia, meminum tuo nifarö,
ketika dicek ternyata kadar gulanya berkurang.
Efek negatif dari tuo nifarö ialah terlalu banyak meminum menjadicerewet, tidak mau bekerja dan ekonomi berkurang.
Saran dari narasumber yakni: bagusnya dikomsumsi jangan terlalu banyak disesuaikan, minum tuak bukan berarti mabuk”.
2. Fatoro Ndraha 49 tahun Kepala Desa Sirete berpendapat bahwa:
“tuo nifarö merupakan sejenis minuman beralkohol, alkoholnya orang Nias. Rata-rata laki-laki suku nias pasti pernah
meminumnya. Tuo nifarö aman untuk dikomsumsi karena minuman tradisional ciri khas orang Nias, dan dengan adanya produksi ini
dapat membantu petani untuk berdagang tuak. Apalagi masyarakat Desa Sirete tergolong masyarakat yang memiliki pendidikan rendah
dan miskin, nah dengan adanya usaha ini dapat meningkatkan perhasilan rumah tangga.
Tuo nifarö bisa dikonsumsi sebagai obat penyakit gula dan orang nias percaya tuo nifarö bisa sebagai supelemen menambah nafsu
makan.
Saran dari narasumber yakni: apabila berlebihan diminum mengakhibatkan mabuk untuk itu dikomsumsi sedikit saja seperti
acara pesta dan jumpa teman-te man”.
3. Alfriend Harefa 50 tahun berpendapat bahwa: “semenjak bapa, meminum högö duo secara rutin di pagi hari, ketika cek gula darah
pada dokter, gula darah bapa menurun dan minuman ini sudah lama
dipercaya sebagai obat tradisional” 4. Ibu Ina Yaso 49
berpendapat bahwa: “högö duo itu adalah obat urut, saya penderita stroke dan secara rutin diurut sama saudara, dan
sembuh. Ketika diurut aromanya memang bau, namun saya sudah merasakan manfaat högö duo
”
Dari pernyataan-pernyataan tersebut bisa dikatakan usaha produksi tuo nifarö bisa dianggap sah, karena masyarakat suku Nias sendiri merasakan manfaat
dari tuo nifarö. Walaupun ada pihak-pihak yang memang tidak setuju dengan adanya lafo tuak dan produksi tuak. Memang dulunya ada larangan, namun ketika
1997 pada masa Pemerintahan Bupati Nias Bhinahati Baeha, larangan ini
Universitas Sumatera Utara
dihapuskan karena mengingat otonomi daerah diurus oleh daerah itu sendiri, sehingga kebijakkan itu diberhentikan, mengingat tuo nifarö bisa dijadikan
sebagai usaha sampingan masyarakat Suku Nias. Sama halnya, ketika peneliti datang ke RSU Rumah Sakit Umum di
Gunung Sitoli mewawancarai seorang dokter dibidang RPD Rawat Penyakit Dalam yakni Dr. Albertinus Daeli, Sp.PD.
Peneliti menanyakan “bahwa ada beberapa pasien ketika ia,
meminum högö duo, ia bisa sembuh dari penyakit gula, apakah hal itu betul pak
”? Jawab dokter :
“secara medis memang tidak ada hubungan dengan minum tuak penyakit diabetes bisa sembuh, namun ada beberapa
orang yang memberikan pernyataan seperti itu, namun sampai sekarang belum bisa diketahui pasti karena belum ada yang mau
meneliti kandungan tuo nifarö.”
Dari penyataan diatas bahwa secara medis tuo nifarö memang tidak diakui karena belum ada yang mau meneliti tuak ini, namun kenyataannya tuo nifarö
tetap dikomsumsi oleh masyarakat suku nias, karena alasan tradisi dan sebagian orang mengganggap bahwa tuo nifarö adalah minuman tradisional, yang bersifat
alami ini yang menyebabkan orang nias nyaman mengkomsumsi tuo nifarö. Sebagian dari Antropologi kesehatan berpendapat bahwa antropologi
kesehatan berhubungan dengan pemahaman biobudaya manusia dan karya- karyanya yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan Hochstrasser dan
Tapp 1970:245 Namun penulis setuju bahwa aktivitas formal antropologi berhubungan
dengan kesehatan
dan penyakit.
Itu sebabnya
ahli-ahli antropologi
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan: 1. Penelitian antropologi tujuannnya adalah: defenisi komprehensif dan interpretasi tentang hubungan timbale balik biobudaya, antara
tingkah laku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut, 2. Partisipasi professional mereka dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang
lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkahlaku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik. FosterAndeson 1986:11.
4.1.2. Fungsi Tuo Nifarö Pada Pesta Adat Pernikahan Suku Nias.