Pengetahuan Lokal Untuk Mengasah Pisau Yang Baik. Pengetahuan Lokal Untuk Menyadap Nira di Desa Sirete.

Gambar 02 : Contoh pohon kelapa yang diprediksikan tidak ada niranya. Dari ciri-ciri fisiknya, daunnya tidak begitu lebat, dahan pohon banyak, dan sela antara dahan yang satu dengan dahan yang lainnya dan bentuk pohonnya kokoh. Sumber : Dokumen Pribadi.

3.1.1. Pengetahuan Lokal Untuk Mengasah Pisau Yang Baik.

Untuk menyadap nira dari sigaru harus menggunakan pisau yang tajam. Untuk mendapatkan pisau yang tajam, maka pisau seharusnya diasah di kayu. Pisau biasanya disebut dalam bahasa daerah nias yakni balatu. Selama ini yang diketahui oleh penulis balatu biasanya diasah dibatu. Namun berdasarkan pengalaman informan, balatu lebih bagus diasah di kayu daripada di batu. Karena hasilnya lebih tajam dan ketajamannya lebih tahan lama. Berikut keterangan dari informan bapatalu Ama Risda Ndraha berusia 42 tahun, yakni: “Sebenarnya tidak selamanya balatu bagus kalau diasah di batu, menurut pengalaman saya, apabila diasah dibatu, hasilnya kurang tajam, dan tidak bertahan lama, sedangkan apabila balatu diasah dikayu hasilnya makin tajam, dan bertahan lama. Biasanya kalau saya mengasah balatu dibatu hanya bertahan 2 atau 3 pohon Universitas Sumatera Utara ketajamannya, tapi kalau saya mengasah balatu dikayu ketajamannya bisa sampa i 4 atau 5 pohon.” Dari keterangan bapatalu Ama Risda, bisa disimpulkan bahwa balatu lebih baik diasah di kayu lebih tajam dibandingkan diasah di batu karena ketajamannya lebih tahan lama. Gambar 03 : tampak 2 buah balatu parang kecil yang sering diasah dengan kayu. Salah satu balatu disimpan didalam tempatnya. Tampak juga tali berwarna orange sebagai pengikat dipinggang petani. Apabila petani hendak menyadap nira, ia meletakkan balatu dipinggang agar kedua tangan petani bisa memanjat pohon dan balatu tetap aman. Sumber : Dokumen pribadi.

3.1.2. Pengetahuan Lokal Untuk Menyadap Nira di Desa Sirete.

Menyadap sigaru merupakan langkah untuk memanen nira. Nira terdapat di dalam sigaru. Sigaru adalah pelepah pohonbunga kelapa yang dapat mengeluarkan cairan nira. Nira adalah air dari pelepah kelapa tersebut. Nira rasanya manis serta warnanya bening dan kental seperti susu. Nira harus dipanen sekali dua hari. Kalau tidak dipanen sekali dua hari, maka bisa dipastikan nira Universitas Sumatera Utara tersebut tidak bagus busuk, efek apabila sigaru tidak diambil niranya sekitar dua hari maka, sigaru itu bisa busuk dan tidak produktif. Kalaupun sigaru produktif kembali dibutuhkan waktu sekitar dua minggu paling cepat, baru niranya bisa keluar. Untuk menyadap sigaru petani harus menyadapnya dua kali sehari yakni pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan untuk memanen nira sekali dua hari dengan menggunakan jerigen yang digantung di bawah sigaru. Untuk menyadap nira, biasanya petani memberi nomor setiap pelepah. Sigaru pelepah yang paling kecil diberi nomor 3 tiga, sigaru yang agak besar di beri nomor 2 dua, dan sigaru yang besar diberi nomor 1 satu. Setiap pohon kelapa memiliki sigaru pelepah minimal 3 buah, kalaupun lebih sigaru yang paling kecil itulah yang dijadikan nomor 3. Petani tidak mengenal adanya sigaru no. 4 empat. Petani biasanya memberi nomor sampai nomor 3 saja. Dan sigaru nomor 3 itulah yang biasanya duluan disadap, karena pelepah yang masih muda dan banyak menghasilkan nira meskipun secara fisik sigaru nomor 3 memiliki ukuran yang paling kecil. Namun sigaru nomor 1 dan nomor 2 tetap disadap. Tujuan dari penomoran ini yakni agar petani bisa mengetahui sigaru nomor ketiga, kedua dan pertama yang ingin dipanen. Penomoran dilakukan petani tidak dicoret dengan dengan spidol melainkan petani menghafal betul bentuknya. Untuk menyadap nira disetiap pohon, biasanya petani memulai menyadap dari sigaru nomor 3 karena lebih muda dan segar. Cara menyadapnya harus memakai teknik yang khusus dan berhati-hati. Setelah sigaru nomor 3 siap disadap, nomor 2 juga wajib untuk disadap begitu juga nomor 1. Hanya, saja untuk menyadapnya dilakukan secara bertahap tidak sekaligus. Universitas Sumatera Utara Contohnya, hari pertama, menyadap sigaru nomor 3, dua hari kemudian menyadap sigaru nomor 2 dan empat hari kemudian sigaru nomor 1 bisa untuk disadap. Sigaru yang belum pernah disadap dan akan disadap harus diikat dengan tali rafia. Posisi sigaru yang belum disadap biasanya berdiri tegak. Namun, untuk menyadap sigaru petani harus berupaya mengikat sigaru menunduk ke bawah dan mengikatkan tali pada pohon kelapa. Petani tidak boleh asal-asalan untuk menundukkan sigaru dan jangan memaksakan sigaru untuk tunduk ke bawah karena untuk memperlakukan sigaru tidak boleh kasar dan harus pelan-pelan agar batangnya tidak patah. Cara menundukkan sigaru harus bertahap. Pertama-tama sigaru diikatkan ke pohon kelapa selama seharian kira-kira sekitar 7 cm kebawah, besoknya ditarik lagi kira-kira sekitar 7cm. sampai sigaru melengkung ke bawah dan mengeluarkan nira. Untuk menampung nira, petani biasanya menggunakan bambu buku ataupun jerigen. Dahulu, petani rata-rata menggunakan bambu untuk menampung nira diatas pohon. Namun resiko memakai bambu, terkadang bambu bisa pecah dan bocor, dan sekarang para petani lebih suka menggunakan jerigen. Setiap nira yang dipanen, petani wajib membawa cadangan jerigen, agar nira dapat ditampung kembali. Petani harus tahu betul bagaimana cara memperlakukan sigaru dengan baik, karena apabila tidak diperlakukan secara baik, maka hal yang ditakutkan yakni sigaru tidak dapat mengeluarkan nira. Dibutuhkan kesabaran untuk menyadap sigaru tidak boleh kasar, jangan sampai uratnya isi batangnya sampai patah, dan kulitnya juga harus dikupas namun tidak boleh melukai isi batangnya. Apabila petani salah dalam menyadap, maka kemungkinan sigaru susah Universitas Sumatera Utara mengeluarkan nira ataupun bisa jadi tidak mengeluarkan nira. Jadi, petani harus telaten dalam menyadap sigaru jangan sampai sigaru terluka karena dampaknya petani susah mendapatkan nira, apalagi tidak semua pohon kelapa bisa menghasilkan nira. Seorang petani berusia 42 tahun biasa dipanggil dengan bapatalu Ama Risda Ndraha mengatakan bahwa : “harus hati-hati menyadap nira, karena sigaru agak sensitif tidak bisa diperlakukan kasar, harus punya trik khusus. Kalau salah-salah payah kita, sigaru susah mengeluarkan air nira. Itupun syukur kalau keluar kira-kira 2 minggu kalau enggak keluar sama sekali bahaya kita, harus menyadap sigaru yang lain kita. ” Kesimpulan diatas menunjukkan bahwa dalam menyadap nira, dibutuhkan kemampuan khusus agar tidak melukai sigaru. Karena apabila sembarangan menyadapnya maka sangat disayangkan apabila sigaru tidak mengeluarkan nira. Hal ini bisa membuat petani, kewalahan dan memerlukan waktu untuk mencari pohon kelapa yang baru. Perlu diketahui bahwa pohon kelapa yang sering disadap dan diambil niranya, sudah dipastikan tidak memiliki buah kelapa, karena sigaru atau bunga kelapa terus-menerus disadap dan otomatis pohon kelapa tersebut lebih produktif menghasilkan nira daripada menghasilkan buah kelapa. Dan penghasil buah kelapa yakni pohon kelapa yang tidak menghasilkan nira. Universitas Sumatera Utara Gambar 04 : Sigaru yang baru disadap diikat kuat dengan tali rafia, tampak ada 3 ikatan tali agar uratnya isi batang tidak keluar dan pecah. Petani baru saja melepaskan kulit sigaru dengan menggunakan balatu parang kecil. Namun perlu diperhatikan bahwa petani harus hati-hati dalam menyadap dan melepaskan kulitnya. Untuk menyadap sigaru dipotong ujung batangnya dan dari situlah nira keluar dan ditampung di jerigen. Sumber : Dokumen Pribadi.

3.1.3. Pengetahuan Lokal Untuk Pemilihan Bambu Penyalur Koro dan Sumbu Bambu.