Fungsi Tuo Nifarö Sebagai Minuman Keakraban

mahal sedangkan tuo nifarö pas untuk kantong pemuda dan lainnya, c. berfungsi ketika pesta adat nias, sumange simbi salogötö yakni pemberian penghormatan yang dibawa pihak laki-laki sebagai makanannya dan tuo nifarö harus ada dibotol “molöwö” saat löwö- löwö didalam bungkusan harus ada tuak minuman ciri khas. Saran dari narasumber yakni : a. pihak pemerintah harus bisa melindungi orang yang memproduksi tuak. Begitu juga dengan departemen kesehatan agar bisa meneliti kandungan dari tuak agar bisa diakui dan izin produksi biar ada. b. bagi peminum: dikonsumsi dalam keadaan utuh, artinya jangan dicampur dengan suplemen minuman lainnya yang dapat mengakibatkan racun dan bahaya bagi pengguna itu sendiri. Seperti M-150, Sprite, Fruty, dan apabila diminum secukupnya saja. Bagi pemula jangan mencoba- coba mengkomsumsi banyak, cukup seperempat gelas saja nanti bisa teler ”.

4.1.4. Fungsi Tuo Nifarö Sebagai Minuman Keakraban

Tradisi minum tuak di Nias tidak merupakan hal yang asing bagi masyarakat Suku Nias. Anak muda, bapak-bapak, maupun ibu-ibu sekalipun bisa didapati gemar meminum tuak. Masyarakat Nias percaya bahwa tuo nifarö merupakan minum khas tradisional suku Nias. Maka tak jarang juga orang di lafo tuak ketika bertemu teman lama, titik kumpulnya yakni di lafo tuak. Berikut keterangan Ama Abe Zebua 39 tahun ketika diwawancarai di lafo tuak yakni: “kebanyakkan bercerita pastilah kita merasa haus, itulah sebabnya bila berjumpa teman enaknya di lafo tuak, agar lebih lancar ngomongnya. Di lafo tuak pasti banyak yang diceritakan, dari keluarga, pekerjaan, masa kecil, masalah-masalah lingkungan, struktur organisasi, dan banyak hal .” Di lafo tuak, para bapak-bapak kebanyakkan lebih transparan berbicara kepada teman-temannya. Ketika mereka lagi ditimpa musibah atau ketika mereka tidak mempunyai duit sekalipun mereka lebih mudah terbuka dengan teman- Universitas Sumatera Utara temannya dan dapat menenangkan diri sejenak dari masalah yang mereka hadapi. Kemungkinan untuk mabuk memang ada, tapi kalau sekedar untuk berjumpa teman lama, ngobrol-ngobrol sebentar kemungkinan untuk mabuk sangat kecil, karena teman-teman di lafo tuak pasti mengingatkan agar mereka jangan terlalu banyak meminum tuak. Mitosnya, untuk penawar rasa mabuk yakni dengan meminum air beras, mengunyah ajinamototerigu dan memuntahkannya, ataupun meminum minyak kelapa, namun hal ini tidak bisa diketahui dengan pasti karena tergantung orangnya apakah dia sanggup menakhlukkan rasa mabuknya dengan cara itu, dan hal ini dipercaya hanya bisa mengurangi rasa mabuk. Gambar 08 : tampak peneliti mewawancarai informan Ama Abe Zebua dan Ama Siska Ndraha dikedai tuak. Sumber : Dokumentasi Pribadi. 4.2. Wawancara dengan Pemilik Lafo Duo Mbanua Tuak Mentah 4.2.1. Proses Pengelolaan Duo Mbanua Tuak Mentah Tuak mentah terbuat dari nira aren dan nira kelapa, namun yang sering digunakan untuk tuak mentah yakni nira aren. Alasannya karena rasanya lebih Universitas Sumatera Utara enak dan apabila dijadikan tuak mentah nira aren lebih banyak peminatnya. Cara menyadap nira aren hampir sama dengan nira kelapa, namun perlakuan untuk nira aren dan nira kelapa agak berbeda. Nira aren apabila disadap diperlakukan secara kasar karena mempunyai banyak urat dan keras. Namun, nira kelapa tidak boleh diperlakukan secara kasar karena agak sensitif. Cara menyadap aren yakni sigaru pada aren diayunkan ke kanan dan ke kiri, kemudian dipotong dan sekitar 50cm yang ditampung. Diiris 1 potong untuk pagi, dan kemudian ditampung airnya di dalam jerigen, ataupun bambu yang mempunyai buku. Buku yakni sekat-sekat yang terdapat dalam bambu. Namun jaman sekarang orang jarang menggunakan bambu karena susah mencari bambu yang berbuku yang ukurannya besar, dan risiko kebocoran itu yang sangat dikuatirkan. Jadi, kebanyakkan petani mempergunakan jerigen untuk menampung air aren. Sama halnya seperti menyadap nira dari kelapa, pagi disadap, sore sudah bisa dipanen. Untuk membuat tuak mentah dari air nira, tidak perlu dibusukkan. Ketika nira dipanen, petani langsung membuat raru yakni olikhe atau kulit durian sebagai bahan alami yang menambah rasa mabuk. Raru adalah bahan campuran yang berfungsi untuk memabukkan. Raru yang sering digunakan ialah olikhe. Karena kekuatan “rasa mabuknya” lebih terasa daripada raru kulit durian. Orang yang membeli di lafo tuak mengakui bahwa kekuatan rasa mabuk kulit olikhe 2 kali dari raru kulit durian. Olikhe adalah nama pohon yang kulit pohon olikhenya yang digunakan sebagai campuran larutan tuak mentah. Larutan tuak mentah yang mengandung olikhe berwarna putih. Namun, sebagian lafo tuak Universitas Sumatera Utara ada juga yang menjual tuak mentah dengan raru kulit durian dan berwarna merah muda. Tuak mentah atau duo mbanua berbeda dengan tuo nifarö karena alkohol tuo nifarö lebih tinggi. Tuo nifarö dimasak dan disuling itu sebabnya alkoholnya lebih tinggi. Sedangkan tuak mentah, dibuat untuk minum sehari-hari dan kandungan alkoholnya sangat kecil dibanding dengan tuo nifarö. Gambar 09 : Duo mbanua yang sudah dicampurkan raru yakni kulit olikhe dan siap untuk di jual. Sumber : Dokumentasi Pribadi Petani biasanya menjual tuak mentah kepada pemilik lafo tuak seharga Rp. 2.000.- perbotol. Dan pemilik lafo tuak menjual tuak mentah kepada pembeli seharga Rp. 4000.- Transaksi antara petani dan pemilik lafo tuak biasanya terjadi di pagi hari. Tuak yang dijual pada pagi hari, harus bisa terjual dalam satu hari itu juga, Apabila tidak laku ataupun tidak habis maka tuak itu dibuang dan tidak bisa digunakan lagi, dikarenakan basi. Berbeda dengan tuo nifarö bisa bertahan lama, sampai setengah tahun dikarenakan proses pengolahannya niranya difermentasi, dimasak dan disuling sehingga bisa betahan lama awet. Universitas Sumatera Utara Tuak mentah bagusnya dikomsumsi di pagi hari, karena rasanya masih manis, dan di siang hari rasanya kurang manis menuju asam. Namun perubahan rasa ini, tidak mempengaruhi orang yang gemar meminum tuak, tetap saja ada pelanggan tetap yang tiap hari membeli tuak ini. Malahan bagi orang yang sudah biasa mengkomsumsi tuak, sudah seperti minuman biasa. Kebanyakkan lafo tuak yang menjual tuak mentah pasti menjual tambol sebagai makanannya. Tambol adalah daging anjing yang disaksang. Saksang merupakan nama makanan masakkan khas batak. Dan kemudian berkembang di Nias, dan biasanya orang menyebut tambol agar memperhalus bahasa. Bila ada lafo yang menuliskan B1 di dalam lafo itu berarti tuak mentah juga dijual. “Bagi orang Nias meminum tuak mentah duo mbanua tidak nikmati bila cuma minum tuak, bagusnya ada makanannya” ujar bapak mendröfa salah satu pembeli di lafo Ama Dalia ini. Bapak ini gemar mengkomsumsi B1 dan tuak mentah sebagai makan siang disela-sela jam istirahat. Gambar 10 : suasana di lafo tuak Ama Dalia Zebua yang menjual Duo mbanua beserta tambol B1. Tambak ibu-ibu yang berbaju merah sedang sibuk melayani pelanggan di dalam lafo. Sumber : Dokumentasi Pribadi Universitas Sumatera Utara Dampak mengkonsumsi tuak mentah, sepertinya tidak ada karena sampai sekarang belum pernah ada orang yang mengeluh dan ataupun mabuk yang berlebihan, karena kadang alkoholnya tidak terlalu tinggi. Fungsi dari tuak mentah ini melalui wawancara beberapa orang ialah: 1. Duo Mbanua tuak mentah sering dikomsumsi apabila kumpul-kumpul arisan, karena harganya lebih murah dari tuo nifarö. 2. Tuak aren digunakan sebagai cuci perut, dan dipercaya sebagai mempelancar buang air kecil. Perbedaan tuo nifarö dengan duo mbanua adalah : tuo nifarö, tuak yang dimasak dan disuling kadar alkoholnya tinggi, serta bertahan lama, sedangkan tuo mbanua adalah nira yang mentah yang tidak dimasak, kemudian diolah menjadi tuak dicampur raru untuk penambah alkohol dalam duo mbanua. Berikut keterangan wawancara peneliti dengan pemilik lafo duo mbanua Ama Dalia Zebua 49 tahun yakni: “Kalau tuo nifarö, memiliki kandungan alkohol 35-50, sedangkan duo mbanua cuma mengandung alkohol 5-10, itu sebabnya duo mbanua lebih murah dan memang dikomsumsi untuk sehari-hari, makanya tuak mentah apabila dijual dalam sehari target perjualan harus habis tidak seperti tuo nifarö yang dimasak lalu disuling bisa bertahan lama dan harganya berbeda. ” Tuo nifarö lebih terkenal daripada duo mbanua, karena kadar alkoholnya yang tinggi dan lebih digemari oleh masyarakat luar, karena sering menjadi buah tangan oleh-oleh yang dapat bertahan lama. Sedangkan duo mbanua, tidak bisa diketahui oleh masyarakat luar karena tidak bertahan lama karena mentah, dan jarang diberikan menjadi buah tangan, disamping harganya yang murah dan Universitas Sumatera Utara alkoholnya rendah. Namun, duo mbanua sering dikonsumsi sebagai minuman tambol bagi peminat.

4.3. Högö Duo Sama Seperti Spritus.