sangat pesat berdampak pada perkembangan kawasan-kawasan di sekitarnya diantaranya kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten.
Penelitian arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan di kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten merupakan
suatu hal yang sangat penting, karena dapat memberi kontribusi pada upaya pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan di kota-kota kecil di
pinggiran metropolitan DKI Jakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Pertambahan penduduk perkotaan yang cepat menyebabkan tingginya kebutuhan akan lahan di pusat kota untuk hunian dan aktivitas lainnya, sementara
lahan yang tersedia tidak bertambah sehingga menyebabkan lahan menjadi langka dan mahal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Kawasan yang
tadinya merupakan permukiman berubah menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Lahan-lahan yang semula berupa ruang terbuka hijau atau resapan air berubah
menjadi daerah permukiman atau niaga. Perkembangan dan terkonsentrasinya penduduk di kota besar dan metropolitan tersebut menyebabkan kualitas
lingkungan hidup menurun seperti terjadinya kemacetan, polusi, dan banjir sehingga tidak nyaman sebagai tempat tinggal.
Mahalnya harga lahan dan menurunnya kualitas lingkungan hidup di kota besar dan metropolitan tersebut mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk
ke pinggiran kota karena harga lahan yang relatif masih murah dan kualitas lingkungan yang sehat. Kegiatan industri yang berkembang juga memilih lokasi di
pinggiran kota dengan pertimbangan lahan yang murah dan dekat dengan pasar. Berbagai kondisi tersebut diatas mengakibatkan kawasan-kawasan di pinggiran
kota berkembang dengan cepat. Banyak terjadi pengembangan permukiman dan industri baik dalam skala kecil maupun besar di kawasan pinggiran kota tersebut.
Namun perkembangan yang cepat ini pada umumnya tidak diikuti dengan perencanaan, pengendalian, pengawasan dan stimulasi prasarana yang memadai
sehingga terjadi alih fungsi lahan pertanian produktif dan kawasan konservasi menjadi kawasan permukiman, perdagangan atau industri secara terus menerus
dan dalam skala yang signifikan. Pada gilirannya hal ini akan mengancam ketahanan pangan
dan penurunan daya dukung lingkungan. Belum terjadi
keterkaitan sistem perkotaan konurbasi yang baik dengan kawasan-kawasan di sekitar maupun sistem perkotaan yang lebih besar yang selanjutnya dapat
mengancam keberlanjutan sistem perkotaan. Dalam mendorong dan mengatur pengembangan kawasan permukiman,
pemerintah menerbitkan kebijakan pembangunan perumahan skala besar yang lebih dikenal dengan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun Kasiba,
Lisiba. Hal ini juga sejalan dengan diluncurkannya kebijakan usaha yang dikenal dengan Paket Oktober Pakto tahun 1993 yang isinya memberikan kemudahan
pada kegiatan usaha termasuk pengembang dalam pemberian izin lokasi dan pembebasan tanah. Kebijakan tersebut mendapatkan respon positif para
pengembang terlihat dari banyaknya permohonan izin lokasi untuk membangun perumahan skala kecil maupun besar. Sayangnya lokasi yang diajukan sepertinya
kurang mendapatkan telaahan dengan cermat. Meskipun dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan tetapi dampak terhadap perkembangan kota,
kondisi sosial ekonomi lokal, dan lingkungan pada umumnya dilakukan untuk memenuhi persyaratan formal. Penilaian terhadap kapasitas finansial, manajerial
dan teknikal pengembang serta kemungkinan keberhasilan mewujudkan perumahan skala besar tersebut kurang diperhatikan Kuswartojo et al., 2005.
Kawasan di pinggiran metropolitan DKI Jakarta khususnya kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten berkembang cepat karena mempunyai
beberapa keunggulan. Pertama, lokasi yang strategis karena akses berupa jalan arteri regional Tangerang-Bogor, jalan tol Jakarta-Serpong, dan jaringan rel ganda
kereta api. Kedua, berada dekat dengan pusat pertumbuhan dan kegiatan seperti kota mandiri Bumi Serpong Damai BSD, perumahan LIPPO Karawaci, Alam
Sutera, ITI, BATAN. Ketiga, berada di kawasan Sub DAS Cisadane sehingga kebutuhan air baku cukup tersedia. Keempat, perannya yang strategis dalam
mendukung keberlangsungan lingkungan yang lebih besar, antara lain kota mandiri BSD, kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan metropolitan
DKI Jakarta. Namun perkembangan yang cepat tersebut jangan sampai menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan antara lain terganggunya
kelestarian Sub DAS Cisadane, keseimbangan kehidupan sosial, dan lain-lain.
Menurut pengamatan sementara penulis perkembangan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten tersebut masih belum optimal. Hal ini
diduga karena 1 kurang terencana dan didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai, 2 kerusakan lingkungan yang antara lain terlihat dari adanya kegiatan
penggalian pasir dan batu yang kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, 3
perumahan-perumahan yang dibangun banyak dalam keadaan kosong, 4 rusaknya prasarana jalan, dan lain-lain.
Selanjutnya apabila pengembangan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten ini dibiarkan tumbuh berdasarkan mekanisme pasar, besar
kemungkinan tidak akan berkelanjutan, merusak konservasi dan mengancam ketahanan pangan, serta berdampak menurunnya upaya optimalisasi enclave
permukiman di pinggiran kota.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menyusun arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan di pinggiran metropolitan DKI Jakarta,
dengan studi kasus kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka beberapa kegiatan yang akan dilakukan sebagai
tujuan antara, adalah: 1.
Mengetahui dinamika perkembangan kawasan permukiman dalam sistem metropolitan DKI Jakarta.
2. Mengetahui tingkat keberlanjutan kawasan permukiman di Cisauk saat ini.
3. Mengetahui
faktor-faktor paling berpengaruh terhadap keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman di pinggiran metropolitan DKI Jakarta.
4. Menyusun arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang
berkelanjutan di pinggiran metropolitan DKI Jakarta.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Secara teoritis, arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan diharapkan dapat melengkapi teori perencanaan perkotaan
khususnya pengembangan kawasan permukiman yang menunjang keberlanjutan lingkungan perkotaan.