Permasalahan dan Permasalahan dan

No Stakeholders Kebutuhan 2. Sarana dan prasarana lingkungan yang memadai 3. Peningkatan pendapatan dan lapangan kerja 4. Lingkungan yang aman dan nyaman 5. Kemudahan aksesibilitas 6. Peningkatan kualitas SDM 7. Ketersediaan pasar yang terjangkau 8. Pelayanan sosial dan ekonomi yang terjangkau 3. Pengusaha 1. Kemudahan adminitratif 2. Sarana dan prasarana usaha yang memadai 3. Penegakan regulasi 4. Keamanan investasi 5. Ketersediaan bahan baku produksi 6. Ketersediaan pasar 7. Ketersediaan tenaga kerja terampil 8. Perpajakan yang jelas 9. Ketersediaan teknologi yang memadai 4. LSM, akademisi dan pakar 1. Kelestarian lingkungan 2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 3. Peningkatan kualitas SDM 4. Pengembangan ilmu pengetahuan Tabel 28 Konflik kepentingan antara stakeholders di daerah penelitian Stakeholders Pemerintah Masyarakat Akademisi Swasta Keterangan Pemerintah x = terjadi konflik kepentingan MasyarakatLSM x AkademisiPakar - - Swasta x x - Dari permasalahan pengembangan kawasan permukiman dan kebutuhan stakeholders dimasa mendatang dapat diformulasikan faktor-faktor pemenuhan kebutuhan stakeholders yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan permukiman secara berkelanjutan. Dalam hal ini terdapat 13 tiga belas faktor yang teridentifikasi yaitu: 1 ketersediaan sarana dan prasarana, 2 kemudahan akses ke lembaga keuangan, 3 peningkatan kesejahteraan masyarakat, 4 pemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan, 5 pendapatan asli daerah, 6 pelestarian lingkungan, 7 lingkungan yang aman dan nyaman, Tabel 27 lanjutan 8 peningkatan kualitas SDM, 9 pelayanan sosial dan ekonomi yang terjangkau, 10 peningkaan teknologi dan ilmu pengetahuan, 11 penegakan regulasi, 12 ketersediaan bahan baku, dan 13 perkembangan penduduk. Beberapa konflik kepentingan terjadi di daerah penelitian antar pemangku kepentingan. Pertama, perihal kegiatan penambangan pasir. Pemerintah daerah menginginkan kegiatan tersebut dihentikan karena mengganggu keberlanjutan lingkungan, seperti sering rusaknya jalan-jalan akses, polusi debu, dan lubang bekas galian yang tidak direklamasi atau direvegetasi. Pihak swasta dan masyarakat keberatan kegiatan tersebut dihentikan karena dapat menggerakkan roda perekonomian dan penciptaan lapangan pekerjaan. Solusi yang terjadi adalah tidak dikeluarkan ijin penambangan baru atau memperluas kawasan penambangan. Untuk kebutuhan material pasir diharapkan dapat dipenuhi dari daerah lain. Rusaknya jalan dan polusi debu oleh aktivitas swasta dalam penambangan pasir mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. Isu mendasar yang terjadi di Kecamatan Cisauk dan Kecamatan Setu yang merupakan daerah pinggiran metropolitan DKI Jakarta salah satunya adalah besarnya tekanan aktifitas non pertanian terhadap lahan pertanian. Alih fungsi lahan yang terjadi selama ini adalah dari lahan pertanian menjadi non pertanian dan bukan sebaliknya. Hal ini tentu dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dan pada gilirannya dapat mengancam ketahanan pangan. Hal yang dapat mendorong terjadinya alih fungsi lahan ini adalah margin yang didapatkan dari usaha pertanian relatif kecil dibandingkan usaha dari sektor lain non pertanian dan terlihat bahwa masyarakat petani tingkat kesejahteraanya masih rendah, sehingga jika ada kebutuhan mendesak maka ia akan menjual barang miliknya termasuk lahan. Faktor lain yang dapat mendorong terjadinya alih fungsi ini adalah pengaruh hedonisme budaya metropolitan yang terlihat dari gaya hidup yang cenderung konsumtif, seperti mobil, televisi, handphone, komputer. Karena keinginan untuk memiliki mobil, misalnya, si petani akan melepas aset miliknya termasuk lahan yang luasnya tidak seberapa. Setelah itu tidak begitu tahu bagaimana kelangsungan hidup selanjutnya. Misalnya si petani masih bisa bertahan terhadap godaan barang-barang konsumtif, akan tetapi bagaimana dengan anak-anaknya, cucu-cucunya.

5.4 Faktor-faktor Kunci Pengembangan Kawasan Permukiman

Skenario pengembangan kawasan permukiman diformulasikan berdasarkan faktor-faktor kunci keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman. Sementara faktor-faktor paling berpengaruh ini dihasilkan dari analisis faktor- faktor pengungkit pengembangan kawasan permukiman. Faktor-faktor ini didapatkan dari hasil analisis MDS-Rapsettlement yang menggambarkan kondisi keberlanjutan saat ini dan hasil analisis prospektif kebutuhan stakeholders yang merupakan gambaran kondisi yang diinginkan dimasa mendatang. Faktor-faktor yang paling berpengaruh tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam menyusun skenario pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan di Cisauk. Dari analisis diperoleh 5 lima faktor-faktor kunci pengembangan kawasan permukiman, yaitu: 1 alih fungsi lahan, 2 sarana dan prasarana dasar, 3 kohesi sosial, 4 perkembangan penduduk, dan 5 kondisi sub DAS Cisadane.

5.5 Skenario Pengembangan Kawasan Permukiman

Uraian kemungkinan perubahan kondisi dari masing-masing faktor paling berpengaruh dalam pengembangan kawasan permukiman di masa mendatang memiliki jumlah kemungkinan yang berbeda. Faktor alih fungsi lahan memiliki tiga kemungkinan kondisi, yaitu: 1 menurun karena menurunnya daya beli, 2 tetap seperti kapasitas yang ada saat ini, dan 3 bertambah karena naiknya daya beli. Faktor sarana dan prasarana dasar memiliki empat kemungkinan kondisi di masa mendatang, yaitu: 1 menurun karena lesunya pasar properti, 2 tetap seperti kondisi saat ini, 3 meningkat tetapi tidak signifikan, dan 4 naik secara signifikan karena didukung investor atau pemerintah. Pada faktor kohesi sosial terdapat tiga kemungkinan perubahan kondisi di masa mendatang, yaitu: 1 menurun karena makin besarnya gap sosial, 2 tetap seperti kondisi saat ini dengan penyuluhan yang cukup, dan 3 meningkat karena intensifnya penyuluhan. Untuk faktor kondisi Sub DAS Cisadane terdapat empat kemungkinan perubahan kondisi di masa mendatang, yaitu: 1 menurun karena kurangnya program pemeliharaan, 2 tetap karena adanya program pemeliharaan yang cukup, 3 meningkat karena meningkatnya program pemeliharaan DAS, dan 4 meningkat optimal karena meningkatnya program pemeliharaan DAS dan persepsi stakeholders. Faktor perkembangan penduduk mempunyai tiga kemungkinan perubahan di masa mendatang, yakni: 1 menurun terutama karena karena adanya penduduk yang pindah lebih besar dari pada yang datang dan kelahiran, 2 tetap karena penduduk yang pindah jumlahnya relatif sama dengan yang datang dan kelahiran, 3 meningkat karena penduduk yang pindah lebih kecil dari penduduk yang datang dan kelahiran. Uraian dari kemungkinan perubahan kondisi dari masing- masing faktor tertera pada Tabel 29. Tabel 29 Prospektif faktor paling berpengaruh pengembangan kawasan No Faktor Kunci Utama Keadaan state masa depan faktor A B C D 1. Alih fungsi lahan 1A Meningkat 1B Tetap 1C Menurun 2. Sarana dan prasarana dasar 2A Menurun 2B Tetap 2C Meningkat 2D Meningkat optimal 3. Kohesi sosial 3A Memburuk 3B Tetap 3C Meningkat 4. Kondisi Sub DAS Cisadane 4A Menurun 4B Tetap 4C Meningkat 4D Meningkat optimal 5. Perkembangan penduduk dan penyebarannya 5A Menurun 5B Tetap 5C Meningkat Berdasarkan hasil identifikasi bagaimana faktor-faktor paling berpengaruh dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor dan memeriksa perubahan yang tidak dapat terjadi bersamaan incompatible, maka perubahan faktor yang dapat terjadi bersamaan merupakan skenario-skenario pengembangan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten. Dengan mempertimbangkan kemungkinan ketersediaan sumberdaya yang bisa dikerahkan, maka didapat tiga skenario strategi pengembangan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten yaitu: pesimis, moderat, dan optimis. Skenario pesimis mengandung pengertian bahwa kegiatan pengembangan kawasan permukiman dilakukan apa adanya sambil mengadakan perbaikan ala kadarnya. Skenario moderat dimaksudkan bahwa pelaksanaan kegiatan pengembangan permukiman dilakukan perbaikan-perbaikan tetapi belum maksimum. Skenario optimis adalah bahwa kegiatan pengembangan kawasan permukiman dilakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu dengan mengerahkan seluruh sumberdaya secara optimal. Dalam operasionalnya, skenario ini disusun dengan memasangkan berbagai kondisi state setiap faktor yang mungkin terjadi dimasa mendatang dalam pengembangan kawasan permukiman di Cisauk. Definisi dari masing-masing strategi tersebut tertera pada Tabel 30. Tabel 30 Definisi dari masing-masing skenario pengembangan kawasan permukiman No Skenario Definisi 1. Pesimis 1A, 2B, 3B, 4B, 5B a. Alih fungsi lahan meningkat b. Sarana dan prasarana dasar tetap c. Kohesi sosial tetap d. Kondisi Sub DAS Cisadane tetap e. Jumlah penduduk tetap 2. Moderat 1B, 2C, 3B, 4C, 5C a. Alih fungsi lahan tetap tetapi terarah b. Sarana dan prasarana dasar meningkat c. Kohesi sosial tetap d. Kondisi Sub DAS Cisadane meningkat e. Jumlah penduduk meningkat 3. Optimis 1C, 2D, 3C, 4D, 5C a. Alih fungsi lahan menurun b. Sarana dan prasarana dasar meningkat optimal c. Kohesi sosial membaik d. Kondisi Sub DAS Cisadane meningkat e. Jumlah penduduk meningkat Untuk mendukung pengambilan keputusan dalam masalah pengembangan kawasan permukiman yang kompleks, dilakukan analisis dengan metode AHP Analytical Hierarchy Process dengan nara sumber para ahli atau pejabat bidang perkotaan, permukiman, pemerintahan, dan lingkungan. Dengan menggunakan AHP, masalah pengembangan kawasan permukiman disusun dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat segera dilakukan pengambilan keputusan. Menurut Saaty 1993, hirarki disusun dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, diikuti dengan level faktor, kriteria, sub kriteria dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir berupa alternatif.