Jenis data dan sumber data
sebanyak 10 orang, pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sebanyak 21 orang, dan ahli pemerhati, akademisi sebanyak 24 orang.
Analisis keberlanjutan kawasan permukiman dilakukan dengan metode Multidimensional Scaling
MDS. Analisis ini dinyatakan dalam indeks keberlanjutan dengan tahapan sebagai berikut: 1 penentuan atribut kawasan
permukiman dalam 3 tiga dimensi yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi, 2 penilaian setiap atribut dalam skala ordinal dari kriteria keberlanjutan setiap dimensi, dan 3
penyusunan indeks keberlanjutan kawasan untuk existing condition yang dikaji secara umum dan tiap dimensi Fauzi dan Anna, 2002. Atribut masing-masing dimensi
ekologi, sosial dan ekonomi berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. Keberlanjutan dimensi ekologi adalah stabilitas global untuk seluruh
ekosistem, khususnya sistem fisik dan biologi Perrings, 1991. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan permukiman, keberlanjutan ekologi adalah
menjaga keanekaragaman hayati, konservasi lahan dan air, tidak melakukan eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya alam dan tidak terjadi pembuangan
limbah atau polusi yang melebihi kapasitas asimilasi lingkungan. Atribut dimensi ekologi keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman di Cisauk adalah
drainase pengendali banjir, penyediaan air minum, kualitas jalan akses, pengelolaan persampahan, penambangan pasir, alih fungsi lahan pertanian
produktif, kondisi sub DAS Cisadane, ketersediaan ruang terbuka hijau. Keberlanjutan sosial adalah terjaganya stabilitas sistem sosial dan budaya,
termasuk reduksi konflik yang merusak UNEP et al., 1991. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan permukiman, keberlanjutan sosial adalah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, mencegah terjadinya berbagai konflik, menciptakan keadilan dalam
kehidupan masyarakat, terjadinya pemerataan pendapatan, terbukanya kesempatan berusaha, dan partisipasi masyarakat. Atribut dimensi sosial keberlanjutan
pengembangan kawasan permukiman di Cisauk adalah mencegah konflik sosial, mendorong terjadinya kohesi sosial, mencegah terjadinya kriminalitas,
memfasilitasi pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, mendorong pengembangan fasilitas umum dan sosial, dan pemberdayaan
masyarakat.
Tabel 6 Atribut-atribut Dimensi Ekologi dan Skor Keberlanjutan Kawasan Permukiman Nomor Atribut
Skor Baik
Buruk Keterangan
1 Drainase pengendalian
banjir 0,1,2 2 0
0 sering banjir, 1 jarang banjir,
2 tidak banjir.
2 Air minum kualitas,
kuantitas, waktu 0,1,2 2 0
0 kurang, 1 sedang,
2 baik.
3 Jalan akses
kualitas 0,1,2 2 0
0 rusak, 1 sedang,
2 baik.
4 Persampahan pengelolaan
0,1,2 2 0 0 buruk,
1 sedang, 2 baik.
5 Penambangan pasir dan
batu metode 0,1,2 2 0
0 buruk, 1 sedang,
2 baik.
6 Alih fungsi lahan pertanian
produktif luasan, waktu 0,1,2 2 0
0 cepat, 1 sedang,
2 lambat.
7 Sub DAS Cisadane run-
off, manajemen 0,1,2 2 0
0 buruk, 1 sedang,
2 baik.
8 Ruang Terbuka HijauRTH
luasan 0,1,2 2 0
0 kurang, 1 sedang,
2 cukup.
Tabel 7 Atribut-atribut Dimensi Sosial dan Skor Keberlanjutan Kawasan Permukiman Nomor Atribut
Skor Baik
Buruk Keterangan
1 Konflik sosial
0,1,2 2 0 0 banyak,
1 sedikit, 2 tidak ada.
2 Kohesi sosial
0,1,2 2 0 0 buruk,
1 sedang, 2 baik.
3 Kriminalitas 0,1,2 2 0
0 banyak, 1 sedang,
2 aman.
4 Prasarana kesehatan,
pendidikan 0,1,2 2 0
0 kurang, 1 sedang,
2 baik.
5 Fasilitas umum dan
sosial 0,1,2 2 0
0 kurang, 1 sedang,
2 baik.
6 Pemberdayaan
masyarakat 0,1,2 2 0
0 buruk, 1 sedang,
2 baik.
Tabel 8 Atribut-atribut Dimensi Ekonomi dan Skor Keberlanjutan Kawasan Permukiman Nomor Atribut
Skor Baik
Buruk Keterangan
1 Penyerapan tenaga
kerja 0,1,2 2 0
0 sedikit, 1 sedang,
2 banyak.
2 Peningkatan kesejahteraan
masyarakat 0,1,2 2
0 sedikit, 1 sedang,
2 banyak.
3 Peningkatan pendapatan
asli daerah 0,1,2 2
0 sedikit, 1 sedang,
2 banyak.
4 Nilai ekonomi
lahan 0,1,2
2 0 0 rendah,
1 sedang, 2 tinggi.
5 Keuntungan profit
0,1,2 2
0 sedikit, 1 sedang,
2 banyak,
6 Perkembangan sarana
ekonomi 10 thn terakhir 0,1,2 2
0 lambat, 1 sedang,
2 cepat,
Keberlanjutan ekonomi adalah arus maksimum pendapatan yang dapat diciptakan dari aset modal yang minimal dengan manfaat yang optimal Maler,
1990. Dalam kaitan dengan pengembangan kawasan permukiman, keberlanjutan ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, menghasilkan produksi
secara berkesinambungan, peningkatan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan peluang investasi. Atribut dimensi ekonomi keberlanjutan
pengembangan kawasan permukiman di Cisauk adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahtraan masyarakat, peningkatan pendapatan asli daerah, nilai
ekonomi lahan, keuntungan berusaha, pengembangan sarana dan prasarana dasar 10 tahun terakhir.
Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan Scientific Judgement
dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 – 2 atau bergantung pada keadaan masing-masing atribut yang diartikan mulai dari yang
buruk 0 sampai baik 2. Selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multi dimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik
yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik ”baik” good dan titik
”buruk” bad. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi Alder et al., 2000.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software Rapsettlement Rapid Appraisal for Settlements yang merupakan penyesuaian dari Rapfish
Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapsettlement adalah suatu metode multi disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan permukiman
berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Dalam analisis Rapsettlement setiap data yang diperoleh diberi skor yang
menunjukkan status sumberdaya tersebut. Ordinasi Rapsettlement dibentuk oleh aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Hasil statusnya menggambarkan
keberlanjutan di setiap aspek yang dilaporkan dalam bentuk skala 0 sampai 100. Manfaat dari teknik Rapsettlement ini adalah dapat menggabungkan berbagai
aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap permukiman dalam ekosistem Alder et al. 2000. Rapsettlement didasarkan pada
teknik ordinasi menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang terukur dengan MDS.
Prosedur analisis Rapsettlement dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1.
Analisis terhadap data kawasan permukiman di Cisauk melalui data statistik, studi literatur, pengamatan dan wawancara dengan responden.
2. Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur dan judgement ahli.
3. Melakukan analisis MDS dengan software SPSS untuk menentukan ordinasi
dan nilai stress melalui ALSCAL Algoritma. Teknik ordinasi penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada jarak Euclidian yang dalam ruang
berdimensi n dapat ditulis sebagai berikut: d=
Konfigurasi atau ordinasi dari suatu objek atau titik di dalam MDS kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian d
ij
dari titik i ke titik j dengan titik asal
ij
sebagaimana persamaan berikut: d
ij
= α + β
ij
+ Metode ALSCAL mengoptimasi jarak kuadrat d
ijk
terhadap kuadrat titik asal O
ijk
, yang dalam tiga dimensi i,j,k untuk m atribut, ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut:
S = Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot w, dengan banyaknya
responden r, atau ditulis: d
4. Melakukan ”rotasi” untuk menentukan posisi permukiman pada ordinasi
”bad” dan ”good” dengan Excel dan Visual Basic. Goodnes of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan nilai S.
Nilai Stress yang rendah menunjukkan good fit dan nilai S yang tinggi menunjukkan bad fit. Di dalam Rapsettlement, model yang baik ditunjukkan
jika nilai stress lebih kecil dari 0.25 S 0.25. 5.
Melakukan sensitivity analysis dan Monte Carlo Analysis untuk memperhitungkan aspek ketidak pastian.
Proses ordinasi menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapsettlement Kavanagh, 2001. Perangkat lunak Rapsettlement merupakan pengembangan
MDS yang ada di dalam perangkat lunak SPSS, untuk proses rotasi, kebalikan posisi fliping, dan beberapa analisis sensitivitas telah dipadukan menjadi satu
perangkat lunak. Melalui MDS, posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk
memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrim ”buruk” diberi nilai skor 0 dan titik ekstrim
”baik” diberi nilai skor 100. Posisi keberlanjutan sistem yang dikaji akan berada diantara dua titik ekstrim tersebut. Nilai ini merupakan nilai indeks
keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman IKKP yang dilakukan saat ini. Pada penelitian ini digunakan empat kategori status keberlanjutan
berdasarkan skala dasar tersebut seperti yang tertera pada Tabel 9. Tabel 9 Kategori status keberlanjutan kawasan permukiman di Cisauk
Nilai indeks Kategori
0 – 25 25 – 50
50 – 75 75 – 100
Tidak berkelanjutan Kurang berkelanjutan
Cukup berkelanjutan Berkelanjutan
Sumber : Kavanagh 1999
Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik
dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem yang dikaji mempunyai
nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50 50, maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable dan tidak berkelanjutan jika nilai
indeks kurang dari 50 50. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 8.
Buruk Baik
50 100
Gambar 8 Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten dalam skala ordinasi.
Sumber : Kavanagh 1999
Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis
akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka nilai indeks keberlanjutan setiap
dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram
seperti terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Ilustrasi indeks keberlanjutan setiap dimensi kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten
Sumber : Kavanagh, 1999 SOSIAL
100 80
60 40
20
EKONOMI EKOLOGI
Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap nilai indeks
keberlanjutan kawasan permukiman di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan ”root mean square” RMS ordinasi,
khususnya pada sumbu X atau skala sustainabilitas Alder et al. 2000. Semakin besar nilai perubahan RMS dimensi akibat hilangnya suatu atribut dimensi
tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan kawasan permukiman pada skala sustainabilitas, atau
dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman di lokasi penelitian.
Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengembangan kawasan permukiman digunakan analisis ”Monte
Carlo”. Menurut Kavanagh 2001 dan Fauzi dan Anna 2002 analisis ”Monte Carlo” juga berguna untuk mempelajari:
1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh
pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut;
2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian
oleh peneliti yang berbeda; 3.
Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4.
Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang missing data; 5.
Tingginya nilai ”stress” hasil analisis keberlanjutan, nilai ”stress” dapat diterima jika 25.