Menurut pengamatan sementara penulis perkembangan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten tersebut masih belum optimal. Hal ini
diduga karena 1 kurang terencana dan didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai, 2 kerusakan lingkungan yang antara lain terlihat dari adanya kegiatan
penggalian pasir dan batu yang kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, 3
perumahan-perumahan yang dibangun banyak dalam keadaan kosong, 4 rusaknya prasarana jalan, dan lain-lain.
Selanjutnya apabila pengembangan kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten ini dibiarkan tumbuh berdasarkan mekanisme pasar, besar
kemungkinan tidak akan berkelanjutan, merusak konservasi dan mengancam ketahanan pangan, serta berdampak menurunnya upaya optimalisasi enclave
permukiman di pinggiran kota.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menyusun arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan di pinggiran metropolitan DKI Jakarta,
dengan studi kasus kawasan permukiman di Cisauk, provinsi Banten. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka beberapa kegiatan yang akan dilakukan sebagai
tujuan antara, adalah: 1.
Mengetahui dinamika perkembangan kawasan permukiman dalam sistem metropolitan DKI Jakarta.
2. Mengetahui tingkat keberlanjutan kawasan permukiman di Cisauk saat ini.
3. Mengetahui
faktor-faktor paling berpengaruh terhadap keberlanjutan pengembangan kawasan permukiman di pinggiran metropolitan DKI Jakarta.
4. Menyusun arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang
berkelanjutan di pinggiran metropolitan DKI Jakarta.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Secara teoritis, arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan diharapkan dapat melengkapi teori perencanaan perkotaan
khususnya pengembangan kawasan permukiman yang menunjang keberlanjutan lingkungan perkotaan.
2. Secara praktis, penelitian ini ditujukan untuk para pemangku kepentingan
yang terkait dengan keberlanjutan kota – kota kecil sebagai bagian dari sistem metropolitan di Indonesia, khususnya Cisauk sebagai bagian dari
metropolitan DKI Jakarta.
1.4 Kerangka Pemikiran
Pengembangan kawasan permukiman di pinggiran kota metropolitan ini dilaksanakan dengan mengacu pada rencana tata ruang daerah yang tertuang
dalam Perda Peraturan Daerah. Pengaturan ruang mengarahkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan lahan untuk mengakomodasi dinamika kehidupan
masyarakat. Kawasan permukiman adalah bagian dari kawasan budidaya yang keberlangsungannya bergantung pada dukungan kawasan konservasi lindung.
Berdasarkan kebijakan, rencana, pengaturan dan dinamika pembangunan yang didorong oleh pengembangan pasar maupun kebijakan publik, kota
metropolitan DKI Jakarta tumbuh dengan hirarki dan karakter yang spesifik. Sejak tahun 1980an Jakarta berkembang kearah barat daya, diantaranya terkait
dengan eksistensi kecamatan-kecamatan di kabupaten Tangerang bagian selatan yang didukung dengan dibangunnya jalan Tol Jakarta - Serpong.
Sejalan dengan booming ekonomi, terjadi peningkatan kapasitas investasi swasta, daya beli masyarakat dan stimulasi pemerintah. Perkembangan kota
metropolitan ini diwarnai juga oleh dinamika politik dengan azas desentralisasi dan otonomi daerah dengan dilaksanakannya pemilihan langsung kepala daerah
dan perubahan tata administrasi pemerintahan. Kemajuan teknologi dan komunikasi menghilangkan batas-batas antar kota maupun negara sehingga terjadi
kota dengan sistem yang mengglobal. Merujuk pada prasyarat keberlanjutan, penelitian ini difokuskan pada
telaahan tentang keberlanjutan ekologi Sub DAS Cisadane yang dirinci dalam elemen penggunaan lahan, tata air, dan sistem infrastruktur. Disisi lain,
keberlanjutan penghidupan stakehoders diukur dari kelayakan ekonomi dan akseptasi sosial. Sinkronisasi dan keseimbangan kedua aspek tersebut diaktualkan
kedalam arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman yang berkelanjutan di lokasi penelitian yang berada di pinggiran metropolitan DKI
Jakarta. Secara diagramatis, kerangka pemikiran penelitian tertera pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
1.5 Kebaruan Novelty
Kebaruan novelty dari penelitian ini adalah: 1. Ditemukan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan
keberlanjutan kawasan permukiman di Cisauk, yaitu: alih fungsi lahan pertanian, pengembangan prasarana dan sarana, kohesi sosial, perkembangan
penduduk dan penyebarannya, dan kondisi sub DAS Cisadane. 2. Terumuskannya arahan kebijakan pengembangan kawasan permukiman di
Cisauk berdasarkan dinamika perkembangan metropolitan di DKI Jakarta dan kondisi sub DAS Cisadane dengan mempertimbangkan faktor kependudukan,
lingkungan, dan sosial, secara terintegrasi. 3. Tahapan untuk menyusun arahan kebijakan kawasan permukiman dapat
memberikan kontribusi kepada pengambil keputusan untuk peningkatan keberlanjutan kawasan permukiman di pinggiran DKI Jakarta.
Kawasan Permukiman di Cisauk
Kelayakan Ekonomi
Akseptasi Sosial
Skenario Stakeholders
Skenario Daya Dukung Lahan
Urbanisasi
Sistem Metropolitan DKI Jakarta
Sistem Sub DAS Cisadane
Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan
Keberlanjutan Sosial - ekonomi Keberlanjutan Ekologi
Infra- struktur
Guna Lahan
Tata Air
Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Permukiman di Cisauk