2.1.5 Discovery Learning
Salah satu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya adalah pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing. Metode penemuan merupakan cara mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri Hasibuan, 2014.
Menurut Nutting 2013 dalam pembelajaran dengan Discovery Learning terdapat prinsip yang harus diperhatikan yaitu: 1 belajar merupakan proses yang
natural; 2 pengetahuan itu beragam; 3 gaya belajar sangat beragam; 4 pengajar dapat berperan penting dalam mengarahkan dan memotivasi siswa dalam
proses pembelajaran; dan 5 belajar berorientasi pada proses bukan pada hasil. Dalam metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia
peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang
telah disediakan guru Effendi, 2012 . Menurut Bruner dalam Balim 2009 “states that learning happens by discovery, which prioritizes reflection, thinking,
experimenting, and exploring. People who use self discovery in learning turn out to be more self confident. Discovery is a way from the unknown to the known by
the learners themselves”.
Menurut Syah dalam Kemendikbud 2013, dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut : Tabel 2.2 Fase Discovery Learning
Fase Kegiatan
Fase 1 Stimulation
Stimulasi pemberi
rangsangan Pertama tama, pada tahap ini, pelajar dihadapkan pada
sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan
untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Fase 2
Problem Statement
Pernyataan Identifikasi
Masalah Setelah dilakukan stimulation, langkah selanjutnya
adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda
– agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis jawaban sementara atas pernyataan
masalah.
Fase 3 Data collection
pengumpulan data
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan pada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak – banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Fase 4
Data processing
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh. Para siswa, baik
melalui wawancara, observsi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan
Fase 5 Verification
Pembuktian Pada tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Fase 6 Generalization
Menarik Kesimpulan
Generalisasi Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah
proses menark sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian
atau masalah
yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.
2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah