Latar Belakang Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan (Arsitektur Perilaku)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV dan AIDS Acquire Immune Deficiency Syndrome merupakan masalah global, dimana kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 pada pria homoseksual di United States. HIVAIDS telah menjadi wabah penyakit di seluruh dunia dan menurut UNAIDS United Nations Program on HIVAIDS, virus HIV ini telah menginfeksi setidaknya 38,6 juta orang di seluruh dunia, serta telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. HIVAIDS merupakan penyakit menular dengan angka kematian yang tinggi. Pandemi HIVAIDS merupakan ancaman bagi kemanusiaan dan penyebarannya dapat menjangkiti seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali mulai dari bayi sampai dewasa, laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, masalah penyakit HIVAIDS ini juga sudah menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, dikarenakan tingkat penyebarannya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan epidemi HIV di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Saat ini Indonesia termasuk dalam 5 besar negara dengan jumlah infeksi virus HIV terbesar di Asia bersama India, Thailand, Nepal, dan Myanmar. DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, serta Maluku, merupakan provinsi-provinsi yang melaporkan kasus AIDS terbanyak KPAN,2007. Adapun jumlah kumulatif kasus HIVAIDS di Sumatera Utara sampai bulan Januari tahun 2011, sudah ada sebanyak 2.616 kasus, diantaranya 1.081 orang berstatus HIV positif dan 1.535 orang sudah berstatus AIDS. Melihat dari angka statistik jumlah penderita HIVAIDS di Sumatera Utara yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, sangat jelas bahwa para penderita HIVAIDS masih kurang mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Para pengidap HIVAIDS Universitas Sumatera Utara 2 hanya mendapatkan perawatan berdasarkan rumah sakit rujukan yang ada di Sumatera Utara. Sementara itu, stigma dan diskriminasi terhadap penyandang HIVAIDS juga masih ada di masyarakat. Stigmatisasi dan diskriminasi terjadi karena pemahaman masyarakat tentang HIVAIDS ini masih kurang. Padahal faktor resiko terbesar orang terinfeksi HIV juga dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai HIVAIDS. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya peningkatan akses pelayanan berupa penyediaan suatu tempat yang mampu mewadahi fungsi pengobatan dan perawatan kepada para pengidap HIVAIDS ini. Selain itu, juga diperlukan suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat untuk mengsosialisasikan tentang HIVAIDS cara penularan, cara pencegahan, dan sebagainya kepada masyarakat luas. Selain itu, salah satu konsekuensi dari epidemi ganda HIVAIDS adalah meningkatnya jumlah bayi dan anak yang terinfeksi HIV. Melihat statistik data pada Januari 2011, tercatat ada sebanyak 91 anak-anak dengan range usia 1 - 19 tahun usia sekolah yang sudah mengidap HIVAIDS. Kebanyakan anak-anak penderita ini adalah anak yatim ataupun anak piatu. Namun belum ada kebijakan pemerintah yang mengatur tentang perawatan dan penampungan anak-anak ODHA ini sehingga anak- anak ini cenderung terlantarkan dan tidak mendapat pendidikan semana mestinya. Oleh karena itu, dibutuhkan juga suatu tempat yang mampu menampung dan merawat, serta membina anak-anak pengidap HIVAIDS ini. Dengan demikian, mereka dapat memiliki suatu tempat bernanung yang layak, mendapatkan perawatan yang layak, serta mendapat pembinaan atau pendidikan yang layak. Kesimpulannya, diperlukan suatu wadah berupa Pusat Rehabilitasi HIVAIDS, yang mampu mengintegrasikan fungsi perawatan terhadap para ODHA, pelayanan pemeriksaan HIV dini klinik VCT, pelayanan informasi seputar HIVAIDS, serta perawatan dan penampungan anak pengidap HIVAIDS. Tempat ini juga diharapkan dapat menjadi rumah singgah kelompok dukungan bagi para pengidap HIVAIDS. Diharapkan dengan adanya tempat ini dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat kepada masyarakat luas mengenai HIVAIDS. Melalui penyediaan tempat ini juga, diharapkan seluruh elemen masyarakat sipil dan pemerintah dapat mengendalikan laju penyebaran penyakit HIVAIDS serta dapat meningkatkan taraf hidup orang dengan HIVAIDS untuk dapat hidup setara tanpa adanya stigma dan Universitas Sumatera Utara 3 diskriminasi. Dengan demikian sumber daya manusia sebagai pilar pembangunan dapat ditingkatkan, karena rata-rata penderita HIVAIDS adalah kelompok usia produktif usia 20-29 tahun .

1.2. Maksud dan Tujuan