d. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa
diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat
dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
Komunikasi antar anggota juga bisa dikatakan sebagai kesediaan para anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan mengutarakan
pendapat mereka.
e. Evaluasi Proses Kelompok
3. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif Slavin, 1995:4-8 yang diantaranya adalah:
a. Student Teams Achievement Divisions STAD
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan
mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa
yang bersangkutan memperoleh skor secara individual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Teams Games Tournaments TGT
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan
mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota
kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan
anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan
disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata- rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh
akan menentukan penghargaan kelompok. c.
Jigsaw Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka
bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw
, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik
yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk
menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing- masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-
teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan
penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu
lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil
kerja individual. e.
Group Investigation Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan
kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa
yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana
mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments TGT