Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tour Naments (TGT) pada mata pelajaran ekonomi untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta.
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: SUSI SULASTRI
041334039
Oleh:
Susi Sulastri
NIM. 041334039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
iv
PERSEMBAHAN
K upersembahkanS kripsiini untuk:
S pirit in my live J esus X ’tus
M ama& P apa
Aa, M ba, N da
M as’Q Oniel’s
S emuayang mendukungaku
(5)
v MOTTO
Tuhan tidak akan terlambat! Juga tidak akan lebih cepat
Semuanya……
Dia jadikan indah tepat waktunya
“The danger of small mistakes is that those mistakes are not always small.” Bahayanya kesalahan-kesalahan kecil adalah bahwa kesalahan-kesalahan itu
tidak selalu kecil.
Kesalahan kecil bisa mengakibatkan kesalahan yang lebih besar. Bersamaan dengan kesalahan itu, persoalannya bisa menjadi besar pula. Maka kesalahan
kecil pun harus segera dibetulkan.
Sukses adalah keberhasilan yang kita capai di dalam menggunakan talenta2 yang telah Tuhan berikan kepada kita. (Rick devos)
Manusia yang merencanakan, namun Tuhan yg menentukan (Thomas A. kempis)
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang
(6)
(7)
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ignatius Bondan suratno, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
(9)
ix
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
7. Seluruh mahasiswa angkatan 2004 yang juga telah memberi kritik dan saran masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.
8. SMA Santa Maria Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
9. Ibu Catharina Cahyadiyanti, S.Pd. selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini.
10. Siswi-siswi kelas X-D selaku subjek dalam penelitian ini.
11. Orangtuaku, Bapak Dodo Budiono, BA dan Ibu Yulita Asih Darmasih yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral buat Nci selama ini.
12. Keluarga besar mama dan papah yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 13. Kakakku Reinardus Dedi Barnadi dan kakak iparku Emilia Subinah yang telah
(10)
(11)
xi ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA
YOGYAKARTA
Susi Sulastri
Universitas Sanata Dharma 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan metode kooperatif tipe TGT pada pembelajaran ekonomi untuk peningkatan keaktifan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-D, SMA Santa Maria, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi keterlibatan belajar siswa di kelas, lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrument pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan siswa dalam kelompok, dan instrument refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa komponen mengajukan pertanyaan (20%), komponen menjawab pertanyaan (35%), komponen mengerjakan lembar kerja/tugas (75%), komponen kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (75%), dan komponen menanggapi pendapat (35%). Pada siklus II menunjukkan bahwa komponen mengajukan pertanyaan (35%), komponen menjawab pertanyaan (20%), komponen mengerjakan lembar kerja/tugas (90%), komponen kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif (85%), dan komponen menanggapi pendapat (25%). Dari kedua siklus tersebut menyatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam 3 hal yaitu dalam komponen mengajukan pertanyaan, komponen mengerjakan lembar kerja/tugas, dan komponen diskusi/interaksi dalam kelompok, sedangkan 2 hal lainnya yaitu komponen menjawab pertanyaan dan komponen menanggapi pendapat belum bisa meningkat.
(12)
xii ABSTRACT
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ECONOMICS SUBJECT
TO INCREASE STUDENT’S ACTIVITY OF THE TENTH CLASS STUDENTS OF SANTA MARIA SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
Susi Sulastri
Sanata Dharma University 2009
This research aims to know the effect of the application of cooperative learning method of TGT type on the subject of economics course to increase student’s activity. This research is an explorative action class research.
This research was conducted on the tenth grade students who belong to D class of Santa Maria Senior High School Yogyakarta. The implementation of this action class research is divided into two cycles which each step consists of four steps, they are: planning, action, observation, and the reflection. Collecting data was done by using observation of student’s activity in the classroom, teacher’s activity sheet observation, student’s activity sheet observation, class’s activity sheet observation, teacher’s activity sheet in teaching and learning process, class instrument sheet observation, student’s activity sheet observation in group, and reflection instrument. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
The result of the research on the first cycle shows that asking question component is 20%; method answering question component is 35%; finishing work/task sheet component is 75%; student’s ability of discussion/interaction in cooperative group component is 75%; and responding opinion component is 35%. On the second cycle shows that asking question component is 35%; answering question component is20%; finishing work/task sheet component is 90%; and responding opinion component is 25%. Those of two cycles state that the application of cooperative learning method of TGT type can increase student’s activity on three components, they are asking question component, finishing work/task sheet component, and discussion/interaction in group component, while two other components are answering question component and responding opinion component cannot increase students activity yet.
(13)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Definisi Operasional ... 4
E.Tujuan ... 5
F.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
(14)
xiv
1. Proses Belajar Mengajar ... 7
2. Pembelajaran Kooperatif ... 10
3. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 13
4. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 15
5. Keaktifan ... 19
6. Mata Pelajaran Ekonomi ... 25
B. Kerangka Berfikir ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
C. Subjek dan Obyek Penelitian ... 32
D. Prosedur Penelitian ... 32
E.Instrumen Penelitian ... 37
F.Teknik Pengumpulan Data ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 50
A. Sejarah SMA Santa Maria ... 50
B. Tujuan SMA Santa Maria Yogyakarta ... 53
C. VISI MISI SMA Santa Maria Yogyakarta ... 55
D. Sistem Pendidikan SMA Santa Maria Yogyakarta ... 56
E.Kurikulum SMA Santa Maria Yogyakarta ... 57
(15)
xv
G. Sumber Daya Manusia SMA Santa Maria Yogyakarta ... 58
H. Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta ... 62
I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Santa Maria ... 63
J. Proses Belajar Dan Mengajar SMA Santa Maria ... 65
K. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 66
L. Majelis sekolah/ dewan sekolah/ komite sekolah ... 68
M. Hubungan Antara SMA Santa Maria Yogyakarta Dengan Instansi Lain ... 69
N. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 70
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 72
A. Deskripsi Penelitian ... 72
1. Pra Penelitian ... 72
2. Siklus Pertama ... 80
a. Perencanaan ... 80
b. Tindakan ... 84
c. Observasi ... 87
d. Refleksi ... 94
3. Siklus Kedua ... 100
a. Perencanaan ... 101
b. Tindakan ... 105
c. Observasi ... 107
(16)
xvi
B. Analisis Komparatif Tingkat Keaktifan ... 123
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Keterbatasan Penelitian ... 128
C. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131 LAMPIRAN
(17)
xvii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 88
Tabel 2.2 Keterlibatan Siswa Pada Siklus Pertama ... 90
Tabel 2.3 Instrumen Pengamatan Kelas ... 91
Tabel 2.5 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 95
Tabel 2.6 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 98
Tabel 2.7 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I ... 99
Tabel 3.1 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 108
Tabel 3.2 Keterlibatan Siswa Pada Siklus Kedua ... 110
Tabel 3.3 Pengamatan terhadap Kelas ... 111
Tabel 3.5 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 115
Tabel 3.6 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... 118
Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II ... 119
Tabel 4 Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Kelas X-D Pokok Bahasan Ekonomi Makro Mikro ... 120
(18)
xviii
Tabel 5 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Belajar Siswa
(19)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skenario Pembelajaran ... 134
Lampiran la Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 135
Lampiran Ib Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 139
Lampiran 2a Materi Siklus I: Ekonomi Makro Mikro ... 145
Lampiran 2b Materi Siklus II : Permasalahan yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi ... 147
Lampiran 3a Soal games siklus I: Mix and Match ... 150
Lampiran 3b Soal games siklus II: The Trouble Tree ...151
Lampiran 4a Soal turnamen siklus I: Pertanyaan Berantai ... 152
Lampiran 4b Soal turnamen siklus II: Cerdas Cermat ... 154
Lampiran 5a Daftar Nama Siswa Kelas X-D SMA Santa Maria Yogyakarta 155 Lampiran 5b Grouping/Nama Kelompok ... 156
Lampiran 5c Skor Games dan Tournaments Siklus I ... 158
Lampiran 5d Skor Games dan Tournaments Siklus II ... 159
Lampiran 6 Lembar Kegiatan Pra Penelitian ... 160
Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 164
Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... 166
Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian ... 168
Lampiran 7 Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa Pra Penelitian ... 170
(20)
xx
Lampiran 8a Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 183
Lampiran 8b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 185
Lampiran 8c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 187
Lampiran 9a Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 189 Lampiran 9b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok ... 191
Lampiran 9c Instrumen Pengamatan Kelas ... 192
Lampiran 9d Intrumen Pengamatan Kelas secara ringkas ... 194
Lampiran 9e Intsrumen Refleksi Guru ... 195
Lampiran 9f Instrumen Refleksi Siswa ... 196
Lampiran 9g Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 198
Lampiran 10 Lembar Kegiatan Siklus II ... 199
Lampiran l0a Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 211
Lampiran l0b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 214
Lampiran l0c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 216
Lampiran 11a Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 218
Lampiran 11b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok . 220 Lampiran 11c Instrumen Pengamatan Kelas ... 221
Lampiran 11d Intrumen Pengamatan Kelas secara ringkas ... 223
Lampiran 11e Intrumen Refleksi Guru ... 224
(21)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahGuru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilakukannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa benar-benar terlibat secara aktif baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru diharapkan pandai dalam membuat inovasi dalam penyampaian materi pelajaran agar menarik bagi siswa sehingga membuat siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus kreatif dalam mengemas sebuah proses pembelajaran menjadi proses yang lebih menyenangkan.
Pada umumnya, guru cenderung mengajar berdasarkan pengalaman dan kebiasaannya. Banyak guru menjalankan teknik pengajaran yang sama meski materi pelajaran berbeda. Hal itu dikarenakan kecenderungan para guru mengejar penyelesaian materi daripada menanamkan konsep yang lebih mendalam. Metode ceramah dan diskusi merupakan metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pada saat guru menerapkan ceramah, kecenderungan siswa merasa bosan dalam mengikuti pelajaran, siswa tidak mendengarkan, acuh tak acuh, bahkan ada yang tidak memperhatikan pelajaran sama sekali. Begitu pula
(22)
dengan kegiatan diskusi, siswa cenderung banyak yang ngobrol, sibuk sendiri, tidak mau berpendapat,dll.
Berdasarkan pengalaman yang telah dialami peneliti pada saat masih duduk di bangku SMA serta pengamatan peneliti di SMA Santa Maria, ketika guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah, secara umum siswa hanya diam saja, banyak siswa yang kurang memperhatikan pelajaran, respon siswa kurang, terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan, tidak ada siswa yang mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dari guru tersebut. Mereka baru bisa menjawab ketika siswa tersebut ditunjuk oleh guru. Sama halnya dengan diskusi, di dalam kelompok terlihat ramai seperti sedang bertukar pendapat, tetapi sebenarnya dalam diskusi tersebut keramaian siswa bukan karena sedang bertukar pendapat, melainkan yang dibahas adalah urusan masing-masing, sms-an/main handphone, ngobrol bahkan pada saat mengerjakan soal diskusi, siswa lain menyerahkan sepenuhnya kepada siswa yang lebih pintar untuk mengerjakan soal tersebut. Selain itu juga peneliti telah melakukan wawancara dengan salah satu guru ekonomi yang bernama Ibu Erna pada tanggal 29 November yang merupakan guru akuntansi. Beliau mengatakan bahwa sebagian besar keadaan yang terjadi adalah siswa cenderung main handphone, baca komik, pacaran, dan ketika kerja kelompok pun tidak ada kerja sama yang baik, apalagi dengan siswa laki-laki yang menyuruh perempuan saja yang mengerjakan.
Dari berbagai masalah di atas, menunjukkan bahwa dengan penggunaan metode ceramah dan diskusi dirasa belum efektif. Hal ini menyebabkan
(23)
kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu dapat mendorong siswa untuk lebih antusias lagi dalam mengikuti pelajaran.
Ada berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengatasi kondisi pembelajaran seperti: Cooperative Learning, CTL, Active Learning, Quantum Learning. Adapun alasan mengapa menggunakan pembelajaran kooperatif adalah agar dengan pembelajaran tersebut, siswa dapat meningkatkan belajarnya dimana terciptanya aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok. Metode pembelajaran ini pada dasarnya merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen (tinggi, rendah, sedang). Keaktifan siswa dalam kelompok tersebut dapat menimbulkan kerja sama dan saling membantu dengan siswa lainnya dalam tugas tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai fasilitator.
Ada berbagai macam pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT). Metode pembelajaran ini adalah salah satu metode pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam suatu kelas. Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan di dalamanya mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dengan penerapan metode TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi
(24)
untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeyakinan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas.
B. Batasan Masalah
Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan: bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran?
D. Definisi Operasional
1. Pembelajaran Kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan teman sebayanya dalam tugas-tugas yang terstrukstur yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan belajar dan masing-masing siswa bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani.
(25)
2. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
3. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, distribusi.
4. Keaktifan merupakan suatu sikap berani berpendapat, keberanian bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, serta kemampuan dalam mengerjakan lembar kerja/tugas baik sendiri maupun dalam kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dengan siswa dan guru.
5. Proses belajar adalah tahapan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
6. Mengajar adalah suatu upaya yang membantu siswa memudahkan kegiatan belajar siswa, yang mana dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan para siswa agar siswa terlibat dalam aktivitas belajar.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti tentang peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode kooperatif tipe TGT.
(26)
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1.Bagi guru
Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif ini, dapat memberikan masukan untuk para guru agar guru tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran sehingga kesannya tidak monoton dan tidak menimbulkan kebosanan.
2.Bagi Siswa
Peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif akan berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepedulian tanggung jawab sosialnya
3.Bagi Peneliti
Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu yang berpusat pada siswa.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.
(27)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teoritis
1. Proses Belajar Mengajar
Winkel (1996:59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dimana perubahan yang dimaksud bersifat relatif konstan dan tetap melekat. Seperti halnya dikemukakan Oemar Hamalik (1983:21), belajar yaitu suatu bentuk pertumbuhan/perubahan di dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara tingkah laku yang baru melalui pengalaman dan latihan.
Secara tradisional, belajar merupakan upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Tetapi sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13). Definisi dari pengertian belajar secara modern ini memuat dua unsur penting, yaitu pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.
(28)
Suatu proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah (1995:109) bahwa proses belajar adalah tahapan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya
Menurut BF Skinner (Syah, 1995:64) berpendapat bahwa belajar ”....a process of progresive behavior adaptacion”, yang berarti bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Menurut Hintzman (Syah 1995:65) mengatakan bahwa ”Learning is a change in organism due to experience which can effect the organism behavior”, yang artinya belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Kemudian menurut Wittig (Syah, 1995:65) mendefinisikan belajar sebagai ”any relatively permanent change in an organism’s behavioral that occurs as a result of experience”, bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Kemudian pengertian mengajar itu sendiri menurut Muhibin (1995:70) adalah suatu upaya yang membantu siswa memudahkan kegiatan belajar siswa, yang mana dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan
(29)
para siswa agar siswa terlibat dalam aktivitas belajar. Di dalam kegiatan mengajar juga sebaiknya terjadi hubungan antara guru dengan siswa yang bersifat suatu pengajaran, maksudnya adalah siswa disini melakukan suatu aktivitas belajar melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mengajar yang dilakukan guru. Di dalam kelas juga guru sebaiknya memanfaatkan komunikasi yang tidak hanya satu arah antara guru dengan murid saja tetapi juga komunikasi antara siswa dengan siswa agar siswa dapat belajar secara aktif.
Hal lain juga diungkapkan oleh Burner (Nasution, 1984:9) bahwa proses belajar dibedakan ke dalam tiga fase, yaitu : a) informasi, menyangkut materi yang akan diajarkan baik yang memperluas atau menambah pengetahuan maupun yang bertentangan dengan yang telah kita ketahui sebelumnya ; b)transformasi, berkenaan dengan proses memindahkan materi, pengubahan informasi dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas ; c) evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar. Evaluasi juga berisi penilaian pengetahuan yang diperoleh dan apakah trasformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gajala-gajala lain.
(30)
2. Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut beberapa ahli, yang diantaranya adalah:
Menurut Anita Lie (2002:12), pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur . Hal senada juga dikemukakan oleh Etin Sulihatin & Raharjo (2007:4) bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota.
Sedangkan menurut pendapat Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil siswa untuk saling membantu dalam mempelajari materi pembelajaran. Nurhadi (2004:112) juga mengatakan pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu model pembelajaran yang berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antar para pelajar dalam suatu kelompok yang bersifat sosial dan masing-masing pelajar
(31)
bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1994:8)
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (Nur, 2000:193) adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompok.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Selain dari unsur-unsur di atas, metode kooperatif juga memiliki beberapa ciri-ciri (Carin, 1993:69), yang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
(32)
Dengan metode pembelajaran ini, diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya. Menurut Kagan (1994:815), terdapat lima prinsip yang harus dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Pencapaian suatu tujuan individual dihubungkan dengan tujuan pelajar yang lain sehingga terjalin kerjasama yang harmonis antar pelajar.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilakukan. Siswa mempunyai komitmen yang kuat untuk mengerjakan tugas karena dia harus mempertanggungjawabkan aktivitasnya sehingga tidak mengganggu kinerja tim.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu siswa saja. Hasil kerjasama ini jauh lebih besar dari jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
(33)
d. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. Komunikasi antar anggota juga bisa dikatakan sebagai kesediaan para anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi Proses Kelompok
3. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) yang diantaranya adalah:
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
(34)
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi
(35)
bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments ( TGT) Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
(36)
metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat keterlibatan, kerja sama
Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin, 1995:84-88)
a.Presentasi Kelas
Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Pada saat guru menyampaikan materi, siswa diharapkan memperhatikan materi tersebut. Hal ini dikarenakan akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegiatan belajar kelompok.
b.Kelompok (team)
Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan
(37)
oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut.
Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar kerjasama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c.Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan
(38)
game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
d.Turnamen (Tournament)
Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota yang berbeda. Pelaksanaan turnamen biasanya dilakukan setelah guru menjelaskan materi dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya (dalam penelitian ini ada 4 meja turnamen yaitu meja I, meja II, meja III, dan meja IV yang masing-masing terdiri dari 5 orang siswa).
Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja
(39)
turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya.
5. Keaktifan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998:13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang.
(40)
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
(41)
Aktivitas peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian peranan pendidikan. Aktivitas merupakan asas penting dalam asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004: 6).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001:2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: a) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, b) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, c) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan
(42)
mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna, d) Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata.
Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan sebuah miniator dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. .Beberapa aktivitas siswa pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa dalam kegiatan interaksi dalam pembelajaran.
Hal ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar. Herman Handoyo (Rias, 1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada uraian di bawah:
a.Menguji.
Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.
(43)
b. Mengungkapkan.
Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model-model dari situasi masalah yang dihadapi.
c. Membuktikan.
Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argumen atau alasan yang terstruktur.
d. Mengaplikasikan masalah.
Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.
e. Menyelesaikan masalah.
Dari suatu masalah kompleks yang dihadapi namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
f. Mengkomunikasikan.
Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing–masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan–gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
(44)
Dampak Aktivitas Siswa
Kecenderungan dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif sendiri. Menurut Bruner (Gani:2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subyek haruslah aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktvitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.
Ada beberapa hal untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, meliputi beberapa hal:
1)Mengajukan pertanyaan; 2)Menjawab pertanyaan;
(45)
3)Kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja; 4)Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok;
5)Kemampuan siswa dalam menanggapi pendapat dari guru/temannya.
6. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, distribusi. Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi dalam kehidupan. Adapun ruang lingkupnya adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan, mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan dan pengelolaan keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Fungsi dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori
(46)
serta terlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang ada pada masyarakat.
Tujuan dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah : a) membekali siswa dengan sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk lebih mendalami ilmu ekonomi, b) membekali siswa dengan nilai-nilai etika ekonomi, c) membantu siswa untuk memiliki jiwa wirausaha, d) membantu siswa untuk mengetahui dan mengerti peristiwa serta permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
Ruang lingkup ekonomi terdiri atas perilaku ekonomi dan kesejahteraan, mncakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, kewirausahaan dan pengelolaan keuangan perusahaan.
B.
Kerangka Berfikir
Karps dan Yoel (1998) melakukan pengamatan di tingkat perguruan tinggi dan menemukan dalam kelas dengan mahasiswa yang berjumlah kurang dari 40, hanya empat-lima mahasiswa saja yang menggunakan 75% dari waktu interaksi yang disediakan. Steven dan Slavin (1995) melakukan penelitian selama dua tahun dengan menggunakan model kooperatif yang menerapkan kerja sama sebagai filosofi untuk mengubah organisasi sekolah dan ruang kelas serta proses instruksionalnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa setelah dua tahun, dengan keaktifan siswa memiliki
(47)
prestasi akademik yang jauh lebih tinggi pada mata pelajaran serta para siswa juga memiliki hubungan sosial yang lebih baik.
Ross dan Raphael (1990) menemukan bahwa komunikasi dalam kelompoklah yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik siswa. Antil, dkk (1998) melakukan studi untuk meneliti hubungan antara kelaziman, konseptualisasi, dan praktek penggunaan pembelajaran kooperatif oleh guru-guru SD. Berdasarkan wawancara dengan 21 guru-guru yang dipilih secara acak dari 85 guru SD, hasil penelitiannya ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan beberapa pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan akdemik
Berdasarkan penelitian ini, sekitar 76% atau dari 16 guru meyakini bahwa pembelajaran kooperatif sangat membantu memajukan pengetahuan akademik siswa. dalam pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa, mempercepat proses belajar siswa. Slavin (1995) juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat-lima orang . Hal ini dimaksudkan agar interaksi siswa menjadi maksimal dan efektif.
(48)
2. Siswa Terlibat Aktif
Pembelajaran kooperatif membantu siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dari 15 guru (17%) yang diteliti, mereka mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif sangat baik, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pelajaran, aktif dalam belajar, dan bisa bekerja sama di dalam kelompok untuk menyelesaikan tuga-tugas yang diberikan.
3. Pengetahuan Sosial
Kepercayaan kelompok terpusat pada keunggulan aspek sosial dari pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, pelajar dibantu untuk belajar bekerja sama dengan teman sebayanya dan berusaha untuk menemukan nilai kebersamaan di dalam kelompok belajar. Dalam pembelajaran kooperatif juga siswa dapat belajar tentang keterampilan sosial seperti belajar mengemukakan pendapat, belajar mendengarkan orang lain serta belajar saling menghormati terhadap yang lain.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah. Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerja sama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang terbaik. Untuk mendapatkannya,
(49)
masing-masing individu harus menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat memahami materi dan mengerjakan soal-soal dengan baik, mereka harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kelompok menimbulkan masing-masing anggota kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat.
Sesuai dengan tuntutan penbelajaran saat ini yaitu student oriented (pembelajaran yang berpusat pada siswa), diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik itu dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa, tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapanpun, dimanapun agar mendapat prestasi yang baik. Biasa melakukan, seperti halnya aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap
(50)
waktu tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.
(51)
31
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44). Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
B.
Lokasi dan waktu Penelitian
1. Lokasi PenelitianLokasi penelitian adalah SMA Santa Maria, Jalan Ireda No. 19 A Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
(52)
C.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-D SMA Santa Maria Yogyakarta. Obyek penelitiannya adalah peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT .
D.
Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah menggunakan metode TGT.
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah.
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
(53)
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa.
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menumbuhkan tingkat pemahaman siswa.
Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
a. Siklus pertama.
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi sebagai berikut:
1) Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi sebagai berikut.
a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model
(54)
pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar jawab siswa dan lembar observasi.
b)Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi : 1) lembar observasi kegiatan guru (catatan anekdotal); 2) lembar observasi kegiatan siswa (catatan anekdotal); 3) lembar observasi kegiatan kelas (catatan anekdotal);
4) lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran; 5) lembar instrumen pengamatan kelas;
6) lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok; 7) lembar observasi keterlibatan belajar siswa di kelas; 8) instrumen refleksi.
2) Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Mengajar
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam presentasi kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung, baik dengan ceramah atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat presentasi berlangsung, siswa harus benar-benar
(55)
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal itu dikarenakan akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat games/permainan karena skor permainan akan menentukan skor kelompok.
b) Belajar Kelompok
Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 orang secara heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya atau lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan.
c) Games/Permainan
Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dalam presentasi kelas dan belajar kelompok. Pertanyaan-pertanyaan itu berisi pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor, siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor tersebut. Jika siswa tersebut menjawab benar maka akan mendapatkan skor yang nantinya akan dikumpulkan siswa untuk babak turnamen.
(56)
d) Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok. Turnamen yang pertama, guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Lima siswa dikelompokkan pada meja I, lima siswa berikutnya pada meja II, dan seterusnya.
3) Observasi
Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi keterlibatan dan interaksi siswa dalam diskusi kelompok kooperatif. Keterlibatan siswa nampak dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder.
4). Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap hasil prestasi belajar siswa. Ada dua macam refleksi yang dilakukan.
a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya.
(57)
b)Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuia dengan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis, peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan pada pertemuan berikutnya.
b. Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.
E.
Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa
(58)
saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan. Hal-hal yang terkandung di dalam RPP yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keberhasilan, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi/prosedur pembelajaran
b. Grouping
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 5 orang. Adapun pembagian kelompok di sini telah ditentukan terlebih dahulu oleh guru mitra sebagai pihak yang lebih mengerti tentang siswa yang heterogen. 2. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah direncanakan. Instrumen yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat keaktifan siswa dipilah menjadi tiga bagian, yaitu secara menyeluruh (kelas), kelompok, dan secara individu. Dalam mengukur keaktifan kelas digunakan lembar observasi keaktifan dan keterlibatan belajar siswa, sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa di dalam kelompok instrumen yang diperlukan yaitu lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.
3. Observasi
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:139). Pengumpulan data melalui
(59)
observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman (1992) dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student), dan instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom).
a. Observasi pra penelitian
1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 6a). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.
2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 6b). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.
(60)
3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 6c). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang terjadi di kelas selama pembelajaran.
b. Observasi saat PTK dilaksanakan
1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 8a dan 10a) dan dalam bentuk lembar observasi kegiatan guru (lampiran 9a dan 11a). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran. Lembar observasi kegiatan guru tampak di bawah ini (Septi: 2008, 193)
No Deskripsi 1. Guru menjelaskan pembelajaran berbasis masalah dan
kooperatif dengan tipe TGT
2 Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub-sub pokok bahasan yang lebih sempit dan membantu siswa dalam pembelajaran tipe TGT
3 Guru memberikan materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar melalui presentasi kelas
4 Guru ikut berperan dalam pembentukan kelompok TGT yang heterogen
5 Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam diskusi kelompok
(61)
6 Guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok.
7 Guru membantu dan mengarahkan siswa dalam pengerjaan lembar kegiatan
8 Guru memberikan dorongan kepada siswa agar ada kerjasama antar individu di dalam kelompok diskusinya. 9 Guru mengamati atau mengobservasi kegiatan kelompok
selama berdiskusi.
10 Guru berinteraksi dengan siswa, menumbuhkan semangat kerja, keterlibatan dalam kelompok untuk mencapai tujuan serta menjawab pertanyaan yang diajukan siswa secara perorangan.
11 Guru memastikan siswa mandiri dalam mencari sumber atau informasi untuk memecahkan masalah
12 Guru tidak berinteraksi dengan setiap kelompok, menjelaskan cara kerja kelompok, tugas yang harus dikerjakan dan kerjasama di dalam kelompok.
13 Guru membiarkan siswa bekerja dalam kelompok menurut cara mereka sendiri
14 Guru membiarkan siswa berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusof.
15 Guru hanya berinteraksi dengan kelompok yang mengalami kesulitan
16 Guru hanya memperhatikan beberapa kelompok tertentu saja
17 Guru dan siswa terlibat percakapan serius sehingga kelas menjadi gaduh dan menggangu siswa lain
18 Guru dan siswa sama-sama asyik dengan pekerjaannya masing-masing sehingga suasana kelas menjadi kaku 19 Guru meninggalkan kelas disaat siswa bekerja di dalam
kelompok sehingga tidak ada pengawasan
20 Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran melalui permainan dalam meja turnamen
21 Guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam turnamen 22 Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
memiliki skor terbaik
23 Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar melalui ulangan pada akhir pokok bahasan
(62)
2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
Dalam penelitian ini, observasi terhadap perilaku siswa dilakukan peneliti dengan membuat lembar observasi kegiatan siswa (lampiran 9c,9d,11c dan 11d). Lembar observasi kegiatan siswa ini nampak dalam tabel seperti berikut ini (Septi: 2008, 199):
a) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok
Keterangan Ya Tidak Catatan
1. Seluruh perhatian diarahkan pada materi diskusi
2. Saling bertukar pendapat
3. Berbagi tugas dalam pengerjaan tugas 4. Pertanyaan yang diajukan ada
kaitannya dengan pembelajaran
5. Menjawab pertanyaan sesuai dengan maksud dan tujuan pertanyaan
6. Menghargai saran dan pendapat teman satu kelompok
b) Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa No Komponen yang diobservasi Frekuensi Persentase
(%) 1 Siswa mengajukan pertanyaan
2 Siswa menjawab pertanyaan 3 Siswa aktif mengerjakan
tugas
4 Siswa aktif dalam diskusi 5 Siswa mengemukakan/
(63)
Untuk mengetahui tingkat keaktifan dan keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar serta dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 8b dan 10b)
3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal (lampiran 8c dan 10c) dan dalam bentuk instrumen pengamatan kelas (lampiran 9bdan 11b). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran. Lembar observasi kelas nampak dalam table berikut (Septi: 2008, 195):
No Deskripsi 1 Kelas terdiri dari banyak siswa yang memiliki
kemampuan dan asal usul yang berbeda-beda.
2 Ada sejumlah aturan yang harus diikuti oleh para siswa
3 Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
4 Buku-buku dan perlengkapan siswa mudah ditemukan di kelas (sekolah)
5 Ada klik-klik di dalam kelas sehingga menyulitkan dalam penggabungan di dalam kelompok.
6 Kerja di dalam kelompok terhambat dikarenakan beberapa siswa yang tidak ikut terlibat (malas).
7 Beberapa siswa hanya mengandalkan siswa lain dalam kerja kelompok.
8 Para siswa tampak antusias dengan kerja kelompoknya.
9 Ada kegaduhan di dalam kelas sehingga menghambat kerja kelompok.
(64)
yang terbaik.
11 Banyak siswa yang bertanya kepada guru jika menghadapi kesulitan.
12 Sebagian besar siswa telah memiliki sumber referensi yang digunakan.
13 Siswa mempunyai cukup banyak waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
14 Siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. 15 Setiap siswa mempunyai keistimewaan yang sama. 16 Tujuan dari kelas ini tidak dapat dipahami dengan
jelas.
17 Kelas ini terdiri dari individu yang tidak mengenal satu sama lain dengan baik.
18 Sebagian besar siswa menganggap materi yang diberikan mudah.
19 Kelas terorganisir dengan baik.
20 Selama berdiskusi siswa saling memberikan pendapat atau masukan buat kelompok.
4. Refleksi
Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi guru (lampiran 9e dan 11e) dan lembar refleksi siswa (lampiran 9g dan 11g). Lembar refleksi guru dan siswa ini nampak dalam tabel sebagai berikut (Septi: 2008, 200-201):
(65)
a). Lembar refleksi guru
No Uraian 1 Penilaian guru tentang komponen pembelajaran :
a.Materi Ajar b.LKS
c.Soal Kuis/Tes bab d.Contoh RPP e.Kunci LKS f. Tes Hasil Belajar g.Suasana Kelas h.Cara Kerja Siswa
i. Keterampilan Kooperatif yang Dilatihkan 2 Selama kerja kelompok siswa :
a.Mendengarkan orang lain b.Mengajukan pertanyaan c.Mengorganisasikan ide-idenya d.Mengorganisasikan kelompok e.Mengacaukan kegiatan
f. Melamun
3 Keuntungan yang diperoleh dalam merencanakan dan menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT
4 Hambatan yang mungkin akan ditemui, jika nanti guru akan merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti yang telah dilakukan
5 Apakah siswa berminat untuk mengikuti KBM yang telah dilakukan dan KBM berikutnya yang akan dilakukan
b). Lembar refleksi siswa
No Aspek yang diamati
1 Bagaimanakah pendapat Anda mengenai komponen KBM a.Topik/materi yang dipelajari
b.LKS
c.Materi Ajar d.Suasana Kelas e.Penampilan Guru
f.Keterampilan kooperatif yang dilatihkan
(66)
yang telah Anda ikuti?
3 Selama kerja kelompok saya : a. Mengemukakan pendapat b. Ikut berpartisipasi
c. Mengajukan pertanyaan d. Menjawab pertanyaan e. Mengerjakan tugas
4 Keuntungan yang saya peroleh dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 5 Hambatan yang saya temui, selama mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti yang telah dilakukan.
F.
Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1.Observasi
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas.
2.Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik ini
(67)
digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap metode TGT yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.
3.Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas X-D, serta rekaman proses tindakan penelitian.
G.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut.
1. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
(68)
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan keaktifan belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua.
Tabel
Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan dalam Proses Pembelajaran Indikator Keberhasilan Komponen Situasi Awal (%) Target (%) Siklus I (%) Siklus II (%) Deskripsi
Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.
5 Jumlah siswa yang
mengajukan pertanyaan. Keberaniaan siswa
dalam menjawab pertanyaan
20 Jumlah siswa yang
menjawab pertanyaan Kemampuan siswa
dalam mengerjakan lembar kerja/ tugas
10 Jumlah siswa yang
mengerjakan lembar kerja/ tugas Kemampuan siswa dalam diskusi/interaksi dalam kelompok kooperatif
20 Jumlah siswa yang
aktif (berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam pemecahan masalah dalam kelompok. Kemampuan siswa dalam menanggapi pendapat gur/temannya
10 Jumlah siswa yang
dapat menanggapi pendapat
guru/temannya Sumber: Data hasil penelitian diolah
Catatan: Situasi awal diketahui dari hasil observasi di dalam kelas yang kemudian didiskusikan dengan guru mitra.
(69)
Tabel Proses Pengumpulan Data & Analisis Data No
Kegiatan Output 1 Penyusunan perangkat
pembelajaran
Rencana pembelajaran (RP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) 2 Pemetaan kemampuan
siswa
Kelompok-kelompok heterogen beranggotakan 5 orang
3 Penyusunan instrumen pengumpulan data
Instrumen observasi dan lembar kerja 4 Pembelajaran ekonomi
dengan metode pembelajaran kooperatif
tipe TGT
Kegiatan membaca, diskusi kelompok, membuat rangkuman, kuis
5 Observasi kegiatan belajar mengajar
Data partisipasi siswa dalam diskusi kelas dan interaksi siswa dalam kelompok
6 Pengumpulan dokumen rangkuman presentasi
Data kemampuan siswa merangkum hasil belajar
7 Analisis data Keaktifan belajar siswa
8 Refleksi Dampak tindakan pada keaktifan
(70)
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. SEJARAH SMA SANTA MARIA
SMA Santa Maria Yogyakarta merupakan salah satu sekolah di bawah naungan Yayasan Marsudirini. Sekolah bertaman asri ini berlokasi di tengah kampung, persisnya di Jalan Ireda 19A. Sebelum menempati gedung ini, SMA Santa Maria berlokasi di Jalan Brigjen. Katamso 2 sekompleks dengan TK, SD dan SMP. Sekolah khusus putri ini mempunyai visi memadukan humaniora, intelektual dan nilai-nilai kepribadian untuk menumbuhkembangkan potensi putri-putrinya menjadi manusia yang utuh siap memasuki perguruan tinggi maupun berkarya dalam hidup bermasyarakat. Sejak berdiri pada 16 Januari 1967 yang saat itu dipimpin oleh H.J. Sunarjo Hadiwiyoto, SMA Santa Maria dilaksanakan pada sore hari, mulai 1 Januari 1970 SMA Santa Maria masuk pagi dan dipimpin oleh Dra. Sr. M. Leonarda OSF dan menyandang status disamakan pada 20 Januari 1990. Sedangkan Nilai Akreditasi yang baru saja diterima dari badan Akreditasi Sekolah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu :
PERINGKAT AKREDITASI : A NILAI AKREDITASI : 90,13
(71)
Sesuai dengan visi dan misi, SMA Santa Maria tidak hanya membekali para siswinya dengan kemampuan intelektual melalui pemberian kurikulum seperti SMA negeri, tetapi juga pendampingan kepribadian seperti week end, rekoleksi, retret, outbound, dsb. Salah satu tujuan pendidikan SMA Santa Maria adalah menciptakan wanita mandiri dan memiliki budi pekerti yang luhur. Hal itu diwujudkan dengan kegiatan bakti sosial. Bakti sosial dilaksanakan hampir setiap tahun. Dengan kegiatan tersebut para siswi dibimbing untuk menggalang dana secara mandiri seperti mengamen, menjual surat kabar, jagung bakar atau produk buatan sendiri maupun orang lain. Dana yang terkumpul sebagian digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Seperti tahun lalu, dana yang ada disumbangkan kepada posyandu se-Kelurahan Prawirodirjan berupa fasilitas yang dibutuhkan. Sebagian lagi digunakan untuk pasar super murah dengan sasaran pembeli masyarakat sekitar sekolah.
Fasilitas belajar yang dimiliki SMA Santa Maria cukup lengkap. Selain laboratorium Komputer, IPA dan Bahasa juga terdapat green house, ruang tata boga, musik, museum mini dan asrama. Asrama terdiri dari 6 unit yang ditempati oleh para siswi asal luar Jogjakarta khususnya siswi luar pulau Jawa. Prestasi yang diperoleh oleh Stama, nama keren SMA Santa Maria sangat banyak, terbukti dari tropy yang berjajar di almari kaca, khususnya kegiatan ekstrakurikuler. Dua tahun terakhir berturut-turut menyabet juara I invitasi bola basket tingkat provinsi, yang diselenggarakan Liga Hexos.
(72)
Sedangkan tingkat nasional menduduki peringkat IV. Ekstrakurikuler lain yang berpotensi lainnya adalah Cheer Leader (CL). CL hampir selalu juara setiap kali mengikuti kompetisi, sehingga sering diundang pada acara perkenalan suatu produk. Bahkan sebuah surat kabar pernah menulis judul “Cheer Leader SMA Santa Maria Langganan Juara” dalam artikelnya. Ekstrakurikuler suatu kegiatan pendukung dilaksanakan setelah kegiatan intra. Ekstra wajib terdiri dari komputer dan tataboga, sedangkan ekstra pilihan meliputi bidang seni, yaitu band, teater, paduan suara, Cheer Leader, seni tari dan orgen. Bidang olah raga ada basket, volli, dan tae kwon do untuk ketrampilan wanita ada tata boga dan modelling, dan teknologi terapan terdiri dari KIR dan Jurnalistik. SMA Santa Maria menjalin kerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi di Jogjakarta guna mengantarkan anak didiknya ke jenjang sekolah lebih tinggi, antara lain Universitas Atmajaya, Sanata Dharma, AA YKPN, AMP, ASMI Santa Maria, dll. Kegiatan-kegiatan juga sering diselenggarakan dalam rangka peringatan hari-hari besar atau hari jadi, yang terakhir dilaksanakan yaitu acara Dies Natalis XXXVII SMA Santa Maria mengadakan berbagai kegiatan mulai tanggal 18 sampai 29 Februari 2004, ada invitasi Bola Basket, Lomba Modern Dance, Jumpa artis, Parade band serta mengundang bintang-bintang tamu dari kelompok Band yang sudah punya nama.
SMA Santa Maria Yogyakarta merupakan salah satu karya Yayasan Marsudirini di Yogyakarta. Sesuai namanya, SMA Santa Maria Yogyakarta
(73)
bernaung pada Bunda Maria. Oleh karena itu, ketika kita pertama kali masuk ke dalam kompleks SMA Santa Maria akan terlihat jelas ada patung Bunda Maria (lantai 1) dan patung Santo Fransiskus Asisi (lantai 2).
Logo SMA Santa Maria terkandung makna sebagai berikut:
1. Bangun datar segi lima melambangkan Pancasila sebagai dasar Negara 2. Bunga bakung, bunga kesayangan Bunda Maria melambangkan
perlindungan pada Bunda Maria
3. Salib melambangkan nilai-nilai Kristiani yang mendasari seluruh aspek kehidupan SMA Santa Maria Yogyakarta
4. Latar belakang warna biru melambangkan harapan yaitu kedamaian dan kesederhanaan
Sesuai dengan perkembangan zaman, SMA Santa Maria Yogyakarta menegaskan kembali Visi dan Misi yang dijiwai oleh semangat Santo Fransiskus Asisi dan semangat pendiri Tarekat Suster-Suster OSF.
B. Tujuan SMA Santa Maria Yogyakarta
1. Melaksanakan kurikulum nasional, lokal dan pilihan (pendidikan kemarsudirinian).
2. Memenuhi tuntutan pendidikan yang efektif, kreatif, bermutu dan menyenangkan sehingga dapat mengembangkan diri secara optimal.
3. Memenuhi tuntutan masyarakat (perguruan tinggi dan dunia kerja) untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif.
(74)
4. Memiliki peserta didik yang berkualitas dalam prestasi di bidang akademik dan non akademik.
5. Memenuhi kualifikasi dan kompetensi standar nasional tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
6. Memfasilitasi kegiatan akademik, karya ilmiah, seni dan olahraga sehingga terampil dalam berbagai lomba.
7. Memenuhi sarana prasarana yang diperlukan bagi proses belajar mengajar yang optimal.
8. Membentuk peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berkualitas sehingga mampu memilih nilai-nilai hidup yang sesuai dengan hati nurani.
9. Terciptanya suatu lingkungan belajar yang harmonis dan kondusif.
10.Memfasilitasi kegiatan kerohanian dan pembinaan kepribadian sehingga terbentuk pribadi yang utuh.
11.Membekali peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan yang mampu dikembangkan untuk masa depannya.
12.Menyediakan sarana prasarana yang mendukung kegiatan keterampilan 13.Mendampingi peserta didik yang pada waktunya mampu menjadi wanita
mandiri, berkarier yang cakap, berdedikasi tinggi bagi kemajuan bangsa, negara, gereja berdasarkan visi dan nilai-nilai kristiani.
14.Memiliki sumber pendanaan yang mampu menjaga kelangsungan pendidikan.
(1)
(2)
233 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
(4)
235
Lampian 11f
Tabel 3.6
Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II
Skala Penilaian % No Aspek yang diamati
Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju 1 Bagaimanakah pendapat Anda
mengenai komponen Kegiatan Belajar Mengajar ini :
g. Topik/materi yang dipelajari h.LKS
i. Materi Ajar j. Suasana Kelas k.Penampilan Guru
l. Keterampilan kooperatif yang dilatihkan 33,33 20 40 40 20 33,33 67,67 60 60 60 80 60 0 20 0 8,3 0 6,67 0 0 0 0 0 0
Berminat Tidak Berminat
2 Apakah Anda berminat untuk mengikuti KBM berikutnya seperti yang telah Anda ikuti?
86,67 13,33
Ya Tidak
3 Selama kerja kelompok saya : f. Mengemukakan pendapat g. Ikut berpartisipasi
h. Mengajukan pertanyaan i. Menjawab pertanyaan j. Mengerjakan tugas
93,33 93,33 40 66,67 100 6,67 6,67 60 33,33 0 Komentar 4 Keuntungan yang saya peroleh
dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
¾ Lebih cepat memahami materi ¾ Tidak Membuat siswa mengantuk ¾ Menyenangkan dan tidak
membosankan
¾ Lebih aktif dalam proses pembelajaran
Komentar 5 Hambatan yang saya temui, selama
mengikuti kegiatan pembelajaran
¾ Waktu yang diberikan untuk memahami pelajaran terlalu cepat
(5)
(6)
237 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI