mereka terhadap kualitas pelayanan yang diberikan pemberi jasa di suatu layanan kesehatan. Komitmen petugas dalam melaksanakan kualitas layanan adalah suatu
modal utama yang menetukan berhasil tidaknya suatu layanan. Komitmen dalam kualitas layanan hanya hanya dapat diberikan oleh seorang petugas jika dalam
hatinya terdapat niat tulus serta tekad yang penuh tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap profesinya. Berdasarkan hasil uji statistik pada variabel komitmen
petugas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pengaruh Komitmen Afektif terhadap Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh sebanyak 10 orang 29,4 responden yang mempunyai komitmen afektif tinggi dan sebanyak 24 orang 70,6
responden yang mempunyai komitmen afektif rendah. Berdasarkan data tersebut komitmen afektif petugas pada unit rawat jalan masih rendah. Berdasarkan analisis
bivariate dengan menggunkan uji chi square, menunjukkan adanya pengaruh bermakna antara komitmen afektif p=0,0020,05 terhadap kepuasan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebanyak 14 orang 41,2 reponden menjawab kurang setuju terhadap pernyataan responden yang merasa masalah
puskesmas juga merupakan masalah responden, 21 orang 61,8 responden merasa kurang berarti untuk meninggalkan puskesmas dan 18 orang 52,9 responden
merasa kurang memiliki perasaan yang kuat terhadap puskesmas. Berdasarkan data tersebut maka peneliti berasumsi hal ini dikarenakan masa kerja responden di
Puskesmas pendek yaitu kurang dari 5 tahun. Sebanyak 55,9 responden memiliki
Universitas Sumatera Utara
masa kerja kurang dari 5 tahun. Responden yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun merupakan Pegawai Negeri Sipil PNS baru dan pegawai kontrak.
Komitmen afektif yang timbul pada diri karyawan adalah melibatkan rasa memiliki dan terlibat didalam organisasi. Seseorang yang telah berada lama dalam
organisasi seharusnya memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya tersebut. Komitmen ini lebih bersifat mengikat karyawan. Seseorang tidak mau
meninggalkan organisasinya karena menyakini bahwa rasa memiliki dan rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan dan menahannya untuk melakukan itu
Sopiah, 2008. Pendeknya masa kerja responden di puskesmas, sehingga belum
menumbuhkan perasaan memiliki puskesmas dan menjadi bagian dari puskesmas sehingga akan selalu melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang ada di puskesmas.
Seorang petugas yang memiliki komitmen afektif akan merasa terikat, ingin bertahan di Puskesmas Tanah Garam dan tanggungjawab yang tinggi dalam melaksanakan
tugas sehari-hari sebagai pemberi jasa kesehatan. Menurut Porter dan steer dalam Temaluru 2001, mengatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai terhadap organisasi adalah : masa kerja tenure, karakteristik pribadi pegawai dan faktor lingkungan. Sesuai dengan
penelitian Hadiyani 2013, bahwa berdasarkan hasil analisis data dengan chi square yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara komitmen karyawan
jika ditinjau dari masa kerja, artinya semakin lama masa kerja karyawan, komitmen
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki akan semakin kuat dan sebaliknya semakin pendek masa kerja karyawan maka komitmen yang dimilki karyawan akan semakin lemah.
Petugas yang memiliki komitmen afektif memutuskan tetap bertahan dan memberikan hasil terbaik karena keinginannya sendiri, keinginan ini berdasarkan
tingkat identifikasi dirinya terhadap puskesmas dan kesediannya untuk membantu mencapai visi Puskesmas Tanah Garam. Rasa tanggungjawab yang timbul dari diri
petugas adalah bentuk rasa tanggungjawab sebagai petugas kesehatan yang mempunyai tugas utama yaitu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien.
petugas yang memiliki komitmen berdasarkan komitmen afektif tidak akan merasa terpaksa melayani pasien, melaksanakan pelayanan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dan tidak memandang status pasien dalam memberikan pelayanan serta bertanggungjawab atas tugas yang diberikan kepadanya.
2. Pengaruh Komitmen Berkelanjutan terhadap Kepuasan Pasien