remaja mempunyai waktu luang sebanyak 40 menit, diasumsikan beban kerja petugas di unit pelayanan remaja sedang.
Menurut penelitian Joeharno 2010, pada sebuah Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makasar menunjukkan 18 36 petugas kesehatan memiliki waktu kerja
yang tidak memenuhi syarat dan menyebabkan 3 16,7 diantaranya memiliki beban kerja yang tidak sesuai, 18 36 petugas kesehatan di Puskesmas
Jumpandang Baru menyatakan lingkungan fisik organisasi pada kondisi tidak baik dan menyebabkan 3 16,7 diantaranya memiliki beban kerja yang tidak sesuai dan
15 30 petugas kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru menyatakan keadaan lingkungan sosial organisasi pada kondisi tidak baik dan menyebabkan 2 13,3
diantaranya memiliki beban kerja yang tidak sesuai. Berdasarkan data kepuasan pasien, komitmen petugas dan beban kerja di atas
maka peneliti berkeinginan melakukan penelitian terhadap beban kerja dari petugas kesehatan dan komitmen petugas dalam memberikan pelayanan terhadap kepuasan
pasien pada Unit Rawat Jalan Puskesmas Tanah Garam Kota Solok. Sehingga penelitian terhadap beban kerja petugas merupakan upaya peningkatan kinerja
petugas untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas di puskesmas.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh beban kerja dan komitmen petugas terhadap
kepuasan pasien pada Unit Rawat Jalan Puskesmas Tanah Garam Kota Solok.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh beban kerja dan komitmen petugas terhadap kepuasan pasien pada Unit Rawat Jalan
Puskesmas Tanah Garam Kota Solok.
1.4 Hipotesis
Beban kerja dan komitmen petugas berpengaruh terhadap kepuasan pasien pada Unit Rawat Jalan Puskesmas Tanah Garam Kota Solok.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi manajemen Puskesmas Tanah Garam dalam
pendistribusian petugas pada masing-masing unit pelayanan sesuai dengan beban kerja dan latar belakang pendidikan petugas.
2. Tersedianya informasi tentang beban kerja dan komitmen petugas terhadap
kepuasan pasien untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Konsep Dasar Puskesmas
Pengertian Puskesmas menurut Depkes 2004 adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan KabupatenKota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 1.
Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan KabupatenKota UPTD,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan KabupatenKota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. 2.
Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan diwilayah kabupatenkota adalah Dinas Kesehatan KabupatenKota,
sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan
12
Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupatenkota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah desakelurahan atau RW. Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan KabupatenKota.
2.1.2. Visi dan Misi
Visi pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1.
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2.
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. 4.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Fungsi
puskesmas adalah : 1.
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan,
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi: a.
Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
private goods dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik public goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
2.1.3 Upaya dan Azas Penyelenggaraan
Visi pembangunan kesehatan dapat tercapai melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
Universitas Sumatera Utara
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan 2.
Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
2.1.4 Rawat Jalan
Rawat Jalan dalam Trimurthy 2008 adalah salah satu unit kerja di puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam
pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan rawat
Universitas Sumatera Utara
jalan merupakan salah satu dari 6 enam program pokok di Puskesmas. Hampir seluruh institusi kesehatan Rumah Sakit Pusat, Rumah Sakit Daerah dan Puskesmas
berusaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap pasien. Tenaga pelayanan pada unit rawat jalan adalah tenaga yang langsung
berhubungan dengan pasien. Adapun tenaga yang langsung berhubungan dengan pasien yaitu : 1 Tenaga administrasi non medis yang memberikan pelayanan
penerimaan pendaftaran dan pembayaran, 2 Tenaga keperawatan paramedis sebagai mitra dokter dalam memberikan pelayanan pemeriksaanpengobatan,
3 Tenaga dokter medis pada masing-masing poliklinik Donabedian, 1988. Pelayanan rawat jalan yang bermutu merupakan hal yang penting karena
persepsi tentang kualitas pelayanan suatu institusi kesehatan terbentuk saat kunjungan pasien. Persepsi pasien yang buruk terhadap pelayanan akan sangat
mempengaruhi keputusan dalam kunjungan berikutnya. Memberikan pelayanan yang baikbermutu pada pelayanan rawat jalan akan meningkatkan jumlah kunjungan yang
pada akhirnya akan meningkatkan jumlah pendapatan puskesmas.
2.2 Kepuasan Pasien 2.2.1 Pemasaran, Jasa dan Pelanggan
Pemasaran menurut Majaro dalam Supriyanto dan Ernawati 2010 adalah sebagai satu fungsi manajemen yang bertanggung jawab untuk identifikasi, antisipasi
untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Tujuan pemasaran adalah menawarkan produkjasa, agar konsumen lebih mengenal, sehingga menjadi tertarik dan membeli
Universitas Sumatera Utara
produkjasa tersebut dan esensi pemasaran yaitu tukar menukar yang saling memuaskan.
Jasa menurut Kotler 2005, sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang produk fisik. Kotler 2005, menyatakan bahwa ada
empat karakteristik pokok jasa yang membedakannya dengan barang, yaitu : 1.
Tidak berwujud Intangibility, yaitu jasa yang bersifat intangible artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar ataupun dicium sebelum dibeli. Seseorang
tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum membeli jasa tersebut terlebih dahulu. pelanggan akan melihat dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol
dan harganya untuk mencari bukti dari kualitas jasa yang diinginkan tersebut. Tugas penyedia jasa adalah memberikan bukti-bukti fisik untuk mewujudkan
sesuatu yang abstrak. 2.
Tidak terpisahkan Inseparability, umumnya jasa dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana penyedia jasa
juga merupakan bagian dari jasa tersebut, baik penyedia maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil dari jasa tersebut.
3. Bervariasi Variability, yaitu jasa bersifat sangat variabel karena merupakan
nonstandardized output yang berarti bahwa terdiri dari banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan. Pembeli jasa seringkali meminta pendapat dari orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa.
4. Mudah lenyap Perishabilility, yaitu jasa merupakan komoditas yang tidak tahan
lama dan tidak dapat disimpan, bila permintaan terhadap jasa bersifat konstan sehingga bila tidak digunakan maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.
Menurut Rangkuti 2006, sukses suatu industri jasa tergantung pada sejauh mana perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut :
1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan.
2. Kemampuan perusahaan, membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut.
3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan.
Ketiga aspek tersebut dikenal sebagai segitiga jasa, dimana sisi segitiga mewakili setiap aspek. Kegagalan di satu sisi menyebabkan segitiga roboh, artinya,
industri jasa tersebut gagal, dengan demikian pembahasan industri jasa harus meliputi perusahaan, karyawan serta pelanggan. Status dan peran perusahaan,
karyawan serta pelanggan adalah sebagai berikut :
External marketing Menetapkankan janji mengenai
produkjasa yang akan disampaikan
Internal marketing Membuat agar produkjasa yang
disampaikan sesuai dengan yang dijanjikan
Interactive marketing Menyampaikan produkjasa
sesuai dengan yang telah dijanjikan
Pelanggan
Karyawan Manajemen
Gambar 2.1 Pemasaran External, Internal dan Interactive.
Universitas Sumatera Utara
Pelanggan menurut konsep pemasaran dikelompokkan atas pelanggan eksternal pasien, keluarga pasien dan pelanggan internal karyawan, manajemen.
Pelanggan adalah seseorang yang membeli produkjasa.
2.2.2 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa Latin “satis” yang mempunyai arti cukup baik, memadai dan “facto” berarti melakukan atau membuat,
sehingga secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu Wardani, 2004. Kotler 2003, kepuasan adalah sebagai perasaan senang
atau kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.
Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan menurut Donabedian 1988 adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian discofirmation yang dirasakan
antara harapan yang sebelumnya dan jasa yang dirasakan oleh pelanggan. Kepuasan konsumen adalah tingkatan perasaan konsumen setelah membandingkan dengan
harapannya. Seorang pelanggan jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan sangat besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu
yang lama Umar, 1996. Pasien adalah pengguna jasa perusahaan dalam industri jasa kesehatan.
Berdasarkan dari defenisi diatas maka kepuasan pasien dapat diartikan bahwa keadaan yang dirasakan seseorang atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan yang diharapkan pasien dengan pelayanan yang telah diterimanya
Universitas Sumatera Utara
Umar, 1996. Keluhan adalah salah satu indikator atau gejala dan tanda adanya ketidakpuasan layanan kepada pasien, baik itu pelayanan dokter, perawat atau
pelayanan administrasi. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang diberikan dan kepuasan pasien adalah salah satu modal untuk
mendapatkan pasien lebih banyak dan mendapatkan pasien yang loyalsetia. Menurut Supriyanto dan Ernawati 2010, memiliki pasien loyal akan
meningkatkan daya jual institusi pelayanan kesehatan serta kemampuannya untuk berlaba profitabilitas meningkat. Meningkatnya profitabilitas institusi pelayanan
puskesmas akan menjadi subsidi silang untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan imbalan yang diberikan kepada seluruh sumber daya manusia di institusi pelayanan
kesehatan akan meningkat pula. Kesejahteraan meningkat, gairah tenaga kesehatan akan meningkat pula termasuk kemauan untuk meningkatkan kepuasa pasien dan
kinerja akan semakin meningkat dimana pelayanan kepada pasien menjadi lebih baik, oleh karena itu kepuasan pasien merupakan asset berharga.
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap
kebutuhan pasien, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran Triatmojo, 2006. Penilaian pelanggan
terhadap produkjasa pelayanan kesehatan dibedakan menjadi penilaian kualitas teknis, penilaian kualitas fungsional. Kualitas teknis dalam bidang pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan terkait dengan aspek pelayanan medis, keperawatan, penunjang medis dan pelayanan non medisadministrasi Supriyanto dan Ernawati, 2010.
2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pasien
Sarana pelayanan kesehatan seharusnya mengikuti kebutuhan dan kepuasan pelanggannya. Menurut Irawan 2007, terdapat lima komponen yang dapat
mendorong kepuasan pelanggan, yaitu : 1.
Kualitas produk, kualitas produk mencakup enam elemen, yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency, dan design. Setelah membeli dan
menggunakan suatu produk, pembeli akan merasa puas bila ternyata kualitas produknya baik atau berkualitas.
2. Kualitas pelayanan, salah satu konsep service quality adalah ServQual sangat
tergantung dari tiga faktor, yaitu : 1 sistem, 2 teknologi, 3 manusia. Berdasarkan konsep ServQual, komponen ini mempunyai banyak dimensi, yaitu :
reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. 3.
Faktor emosional, kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat menggunakan suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan
didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya. 4.
Harga, komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan kepuasan yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan
memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
5. Kemudahan, komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk
atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
2.2.4 Mengukur Kepuasan Pasien
Konsep kualitas layanan merupakan faktor peilaian yang merepleksikan persepsi konsumen terhadap lima dimensi spesifik dari kinerja layanan. Menurut
Parasuraman dkk yang dikutif oleh Tjiptono, F 2004, lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan dalam menilai kualitas pelayanan adalah seagai berikut:
1. Reliability kehandalan, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan
yang sama untuk semua pelanggan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.
2. Responsiveness ketanggapan, yaitu kemampuan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
3. Assurance jaminan, yaitu berkaitan dengan kemampuan pengetahuan,
keterampilan staf dalam menangani setiap pelayanan yang diberikan sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman pada pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
4. Emphaty empati, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi
yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya membina hubungan, perhatian, dan memahami keinginan konsumen.
5. Tangible bukti langsung, yaitu berkenaan dengan bukti fisik yaitu kemampuan
suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya yang dapat langsung dirasakan oleh konsumen. Kepuasan dirasakan oleh seseorang yang telah mengalami suatu hasil out
come yang sesuai dengan harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari tingkat harapan yang dirasakan dari hasil kegiatan. Apabila suatu hasil kegiatan melebihi
harapan seseorang, orang tersebut akan dikatakan mengalami tingkat kepuasan yang tinggi fully satisfied. Apabila hasil kerja tersebut sama dengan yang diharapkan,
seseorang dikatakan puas satisfied. Apabila hasil tersebut jauh di bawah harapan, seseorang akan merasa tidak puas dissatisfied.
Layanan kesehatan yang bermutu, tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan akan pentingnya menjaga kepuasan pasien, termasuk dalam menangani keluhan yang
disampaikan oleh pasien. Kepuasan adalah sebuah suasana batin yang seharusnya direbut oleh layanan kesehatan untuk memenangkan persaingan dalam konteks
pelayanan kepada masyarakat. Bagi pelayanan kesehatan secara khusus Puskesmas, penurunan kepuasan akan dapat diikuti oleh penurunan loyalitas dan merupakan
sebuah peringatan warning bagi organisasi layanan tersebut Irawan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kinerja
Menurut Ilyas 2002, kinerja adalah penampilan karya personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan
penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Pendapat Gomes tentang defienisi kinerja karyawan adalah ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas
yang sering dihubungkan dengan produktivitas. Kinerja organisasi dibagi atas dua sektor yaitu sektor publik dan privat.
Pengukuran dan defenisi kinerja organisasi di sektor publik bukanlah hal yang mudah. Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik lebih disebabkan
karena konstituen dari organisasi sektor publik yang bermacam-macam, dan masing- masing konstituen memiliki serta menuntut penekanan atau prioritas kinerja yang
berbeda-beda Komalasari dkk, 2009. Roger, sebagaimana dikutip oleh Mwita 2000 mendefenisikan kinerja
sebagai hasil outcome dari sebuah pekerjaan karena mereka memberikan dukungankontribusi yang kuatbesar terhadap tujuan strategis organisasi, kepuasan
pelanggan dan kontribusi ekonomis. Popovich dalam Kim 2005, mendefenisikan kinerja organisasi sebagai kelompok karyawan yang menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan pada tingkat kualitas yang lebih tinggi dengan sumber daya yang sama atau lebih sedikit.
Kim 2005, membedakan kinerja organisasi sektor publik ke dalam 2 dua dimensi, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal. Masing-masing dimensi
Universitas Sumatera Utara
tersebut dispesifikasikan mengikuti nilai-nilai yang terkait dengan kinerja, yaitu efisiensi, keefektivan dan kewajaran. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasional, diantaranya adalah faktor personal seperti motivasi dan komitmen, leadership kepemimpinan, kualitas dan dukungan yang diberikan oleh
kelompok rekan kerja, sistem kerja dan fasilitas dan faktor-faktor kontekstual situasional.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja personel menurut Gibson 1996 ada tiga kelompok variabel yaitu : variabel individu, variabel organisasi dan variabel
psikologis. Ketiga variabel tersebut memengaruhi perilaku kerja personel yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran dalam
organisasi. Secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Diagram Skematis Teori Kinerja 2.4 Beban Kerja
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 2008, pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu
unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja
Variabel Individu -
Kemampuan dan keterampilan mental
dan fisik -
Latar belakang keluarga, tingkat
social, pengalaman -
Demografis umur,etnis, jenis
kelamin
Variabel Organisasi -
Kepemimpinan -
Imbalan -
Prosedur kerja -
Struktur -
Sumber daya -
Supervise -
kontrol
Variabel Psikologis -
Persepsi -
Sikap -
Kepribadian -
Motivasi
KINERJA
Universitas Sumatera Utara
adalah keseluruhan waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama jam kerja Gronewegen dan Hutten, 1991. Beban kerja adalah
frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu Moekijat, 1999. Beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung maupun kegitan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan yang tidak
produktif Ilyas, 2004. Beban kerja berpengaruh terhadap kinerja individu dalam melaksanakan
pekerjaan yang dilakukan. Beban kerja tidak hanya dilihat dari beban fisik semata akan tetapi beban kerja juga bisa berupa beban mental. Pekerja yang mempunyai
beban kerja yang berlebihan akan menurunkan produktifitas dan kualitas hasil kerja, dan ada kemungkinan dalam pelaksanaan pekerjaaan tidak tepat waktu, kurang
memuaskan dan mengakibatkan kekecewaan dengan hasil yang diharapkan.
2.4.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Beban Kerja
Menurut Pahlevi 2012, terdapat empat faktor yang mempengaruhi beban kerja tenaga kesehatan di puskesmas yaitu: 1 tugas pokok tenaga kesehatan, 2 tugas
tambahan, 3 waktu kerja dan 4 jumlah kunjungan pasien.
Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Kesehatan Depkes, 1983 :
1. Dokter
Tugas Pokok : - Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat
diselenggarakan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi : - Memberikan pengobatan medis.
Kegiatan pokok : - Melakukan pemeriksaan dan pengobatan, menerima konsultasi dan merujuk pasien.
- Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
- Mengkoordinir pengembangan PKM.
Kegiatan lain : Menerima konsultasi dari semua kegiatan puskesmas.
2. Dokter Gigi
Tugas Pokok : - Mengusahakan agar pelayanan kesehatan di Puskesmas
dapat berjalan dengan baik. Fungsi
: - Mengawasi agar pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas. Kegiatan pokok : - Melakukan pemeriksaan dan pengobatan, menerima
konsultasi dan merujuk pasien. -
Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan gigi. Kegiatan lain
: - Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
- Melaksanakan kegiatan-kegiatan fungsi manajemen.
3. Perawat
Tugas Pokok : - Melaksanakan pelayanan pengobatan.
Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di
puskesmas. Kegiatan pokok : - Memeriksa dan mengobati penderita serta mengadakan
rujukan bila perlu.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan lain : - Memeriksa dan mengobati penderita penyakit menular
pasif. -
Mengadakan surveilans penyakit menular. -
Melakukan imunisasi pada bayi, anak sekolah. -
Penyuluhan kesehatan pada penderita. -
Mengadakan kunjungan rumah pada keluarga penderita yang dipandang perlu.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan.
- Mengunjungi sebagian dari sekolah yang ada di wilayah
kerjanya. -
Pengobatan sementara penderita jiwa dan penyuluhan kesehatan jiwa.
- Membantu melatih kader.
- Membantu Kepala Puskesmas melaksanakan kegiatan
fungsi manajemen puskesmas dalam bidang pengobatan. 4.
Perawat Gigi Tugas Pokok
: - Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi. Fungsi
: - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas.
Kegiatan pokok : - Memeriksa gigi geligi. -
Mengobati gigi yang sakit. -
Menambal gigi yang berlubang.
Universitas Sumatera Utara
- Membersihkan karang gigi.
- Penyuluhan kesehatan gigi.
Kegiatan lain : - Memeriksa gigi ibu hamil dan anak-anak.
- Melaksanakan usaha kesehatan gigi sekolah.
- Melaksanakan rujukan bila dianggap perlu.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan.
- Mengunjungi sebagian dari sekolah yang ada di wilayah
kerjanya. -
Membantu Kepala Puskesmas melaksanakan kegiatan fungsi manajemen puskesmas dalam bidang pengobatan.
5. Bidan
Tugas Pokok : - Melaksanakan pelayanan KIA dan KB.
Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di
puskesmas. Kegiatan pokok : - Melaksanakan pemeriksaan berkala kepada ibu hamil, ibu
menyusui bayi dan anak-anak serta memberi pelayanan kontrasepsi pada akseptor KB.
- Penyuluhan tentang KIAKB.
- Melakukan imunisasi pada ibu hamil dan bayi.
Kegiatan lain : - Memberikan pengobatan ringan.
- Membantu surveilans penyakit menular.
- Pencatatan dan pelaporan kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
- Kunjung kerumah penderita yang dianggap perlu
mendapatkan perawatan kesehatan keluarga. -
Pengamatan perkembangan mental anak dan bayi. -
Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen puskesmas.
- Melakukan rujukan bila perlu.
6. Sanitarian
Tugas Pokok : - Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur
fisik dan lingkungan yang memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi : - Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan di
puskesmas. Kegiatan pokok : - Penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air
bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan serta penanaman pekarangan.
- Pengawasan hygene industri rumah tangga dan tempat-
tempat umum. Kegiatan lain
: - Pengamatan kesehatan lingkungan di sekolah -
Membantu dokter dalam surveilans penyakit menular. -
Pencatatan dan pelaporan kegiatan. -
Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
7. Laboratorium
Tugas Pokok : - Melakukan pemeriksaan di laboratorium puskesmas.
Fungsi : - Membantu menegakkan diagnose penyakit, khusunya
penyakit malaria, TB. Kegiatan pokok : - Melaksanakan pemeriksaan specimen penderita dan ibu
hamil untuk pemeriksaan urine dan pemeriksaan sediaan malaria dan dahak untuk basil tahan asam.
- Pemeriksaan golongan darah.
Kegiatan lain : - Membantu penyuluhan kesehatan pada penderita dan
keluarga. -
Membantu kunjungan rumah dalam rangka perawatan kesehatan penderita atau keluarga.
- Pencatatan dan pelaporan kegiatan.
- Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen
puskesmas. 8.
Farmasi Tugas Pokok
: - Mengelola obat-obatan di puskesmas. -
Meracik obat dan membungkusnya Fungsi
: - Membantu dokter untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas.
Kegiatan pokok : - Mempersiaapkan pengadaan obat di puskesmas. -
Mengatur penyimpanan obat dan alat kesehatan
Universitas Sumatera Utara
- Mengatur administrasi obat di puskesmas.
- Meracik obat dan membungkus obat dalam kemasan sesuai
untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah dokter. -
Mengatur distribusi obat untuk pustu dan poskeskel -
Menyediakan obat sederhana untuk P3K, UKS dan Puskesmas Keliling.
Kegiatan lain : - Penyuluhan kesehatan terutama dalam bidang penggunaan
obat keras dan bahaya narkotika. -
Pencatatan dan pelaporan kegiatan. -
Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen puskesmas.
Waktu Kerja
Waktu kerja adalah lamanya seseorang bekerja dalam seharinya. Setiap tenaga kesehatan mempunyai waktu kerja normal tiap minggunya 37,5 - 40 jam,
sehingga jumlah jam kerja rata-ratanya dalam satu hari adalah 6,25 – 6,67. Waktu kerja dalam satu bulan jumlah jam kerja adalah 150 – 160 jam 24 hari kerja. Waktu
kerja efektif adalah waktu yang sungguh-sungguh digunakan untuk bekerja secara efektif oleh tenaga kesehatan yaitu 80 dari waktu kerja sebulan 150 jam atau
sama dengan 0,8 x 150 jam =120 jam perbulan.
Jumlah Kunjungan Pasien
Jumlah kunjungan adalah banyaknya kunjungan pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan. Kunjungan pasien setiap harinya di waktu kerja akan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi beban kerja dari tenaga kesehatan. Sebaiknya terdapat kesesuaian antara jumlah tenaga kesehatan dan pasien atau klien yang dilayani di unit pelayanan
kesehatan.
2.4.2 Pengukuran Beban Kerja
Pengukuran beban kerja dilakukan untuk mengetahui beban suatu pekerjaan dari personil. Pengukuran beban kerja adalah penerapan teknik yang dirancang untuk
menetapkan bagi seseorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Terdapat tiga cara dalam menghitung beban kerja staf, yaitu
Ilyas, 2004: 1.
Work Sampling Work sampling merupakan kegiatan pengukuran beban kerja melalui
pengamatan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Work sampling adalah metode yang dapat digunakan untuk mengukur waktu, kegiatan langsung,
waktu perjalanan, waktu yang sia-sia yang berhubungan dengan operasi perusahaan, work sampling merupakan metode analisis kerja dengan
melakukan pengamatan dalam jumlah besar, dimana waktu pengamatan ditetapkan secara acak. Pengamatan yang dilakukan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh staf selama waktu kerja bukan siapa staf tersebut. Staf yang diamati tidaklah penting, tetapi apa yang dikerjakan staf yang penting
menjadi pengamatan, sehingga dapat diketahui : a.
Aktivitas apa saja yang dilakukan staf pada waktu jam kerja
Universitas Sumatera Utara
b. Apakah aktivitas staf berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu
jam kerja c.
Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif dan tidak produktif
d. Pola beban kerja staf yang dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja
Pengamatan dilakukan dengan interval 2 hingga 15 menit tergantung kebutuhan peneliti. Semakin kecil intervalnya, maka semakin besar sampel
yang diamati sehingga akurasi penelitian menjadi lebih akurat. Pengamatan ini dilakukan pada jam kerja selama satu atau dua minggu. Parameter yang
digunakan untuk menilai beban kerja personel yaitu jika waktu kerja produktif yang optimum berkisar 80. Seorang personel telah bekerja diatas
80 maka dapat dikatakan bahwa beban kerja staf tersebut tinggi. 2.
Time and Motion Study Time and Motion Study, ialah penelaah gerakan dan waktu yang diperlukan
dalam rangka pekerjaan terkait dengan efesiensi tenaga. Pengukuran kerja dalam metode ini dilakukan melalui observasi dan membuat catatan
mengenai tiap tahap pekerjaan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tiap tahap pekerjaan tersebut dan kecepatan kerja.
Penentuan sampel pada metode time and motion study, harus ditentukan dari personel yang diklasifikasikan sebagai tenaga mahir, untuk
mengetahui kompetensi atau kualitas kerja dari seorang personel di bagian
Universitas Sumatera Utara
tertentu, misalnya di ruang ICU, kemudian membuat formulir daftar kegiatan personel yang diklasifikasikan sebagai kegitan profesional dan non
profesional mahir serta waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Pelaksanaan pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah seseorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi
personel mahir. Pada prinsipnya yang diamati adalah jenis kegiatan, waktu yang dibutuhkan dan kualitas kegiatannya.
3. Daily Log
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana dari work sampling, daily log pencatatan dilakukan oleh staf yang bersangkutan.
Penggunaan metode ini sangat bergantung pada kejujuran dan kerjasama dari staf yang menjadi sampel penelitian. Pencatatan dengan daily log dilakukan
menggunakan formulir isian yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami dan diisi oleh staf tersebut. Metode daily log digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai jenis kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan dilakukan oleh staf selama waktu bekerja. Manfaat metode ini adalah dapat melihat
pola beban kerja, seperti kapan beban kerja tinggi, apa jenis kegiatan yang membutuhkan waktu banyak, lama waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan
adalah hal penting, karena untuk melihat beban kerja perlu waktu dan jumlah produksi dibagi dengan waktu.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Komitmen
Pengertian komitmen merujuk pada kesetiaan dan loyalitas. Komitmen diartikan sebagai kekuatan relatif dari identifikasi dan keterlibatan individu kepada
organisasi tertentu. Komitmen menurut J.P.Meyer,N.J.Allen and C.A. Smith 1993 dalam Robbins 2011 adalah sebagai suatu penegasan sikap seorang karyawan
untuk mewujudkan tujuan dan menjadi bagian dari organisasi. Mathis dan Jackson dalam Sopiah 2008, mendefenisikan komitmen sebagai derajat dimana pegawai
percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya.
Argyris dalam Sukarno dan Prasetyohadi 2004, membagi komitmen menjadi dua, yaitu komitmen internal dan komitmen eksternal. Komitmen internal
merupakan komitmen yang berasal dari diri pegawai untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggungjawab dan wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang
dimiliki. Komitmen eksternal dibentuk oleh lingkungan kerja, yang muncul karena adanya tuntutan terhadap penyelesian tugas dan tanggungjawab yang harus
diselesaikan oleh para pegawai. Esensi komitmen adalah menjadikan sasaran pegawai dan sasaran organisasi
menjadi satu dan sama. Keterikatan yang kuat dengan sasaran kelompok apabila sasaran-sasaran itu sangat selaras dengan sasaran pegawai. Pegawai yang
menghargai dan berpegang teguh kepada misi organisasi bersedia untuk tidak hanya berusaha sepenuh hati atas nama organisasi, tetapi juga berkorban bilamana itu
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Pegawai yang terinspirasi oleh sasaran bersama seringkali tingkat komitmennya lebih tinggi dibanding komitmen yang datang karena insentif finansial
Goleman, 1999.
2.5.1 Komponen Komitmen
Menurut Allen dan Meyer dalam Robbins 2011, ada tiga komponen yang mempengaruhi komitmen, sehingga pegawai memilih tetap atau meninggalkan
organisasi berdasarkan norma yang dimilikinya. Tiga komponen tersebut adalah : 1.
Komitmen afektif, yang berkaitan dengan adanya keinginan karyawan untuk menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional pada
organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. want to.
2. Komitmen berkelanjutan, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan
kebutuhan rasional. Komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada
suatu organisasi. need to. 3.
Komitmen normatif, adalah komitmen yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam diri karyawan. Karyawan bertahan pada organisasi karena adanya
kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan. ought to.
Menurut Komalasari dkk 2009, ketiga komponen komitmen tersebut tidak bersifat mutually exclusive. Arti mutually exclusive adalah bahwa seseorang bisa
Universitas Sumatera Utara
memiliki komitmen afektif, komitmen berkelanjutan maupun komitmen normatif secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan dengan tingkat intensitas yang
berbeda-beda.
2.5.2 Faktor yang Memengaruhi Komitmen
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers dalam Sopiah 2008, menyatakan 3
tiga faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan, yaitu : 1.
Ciri pribadi karyawan, termasuk masa jabatannya dalam organisasi dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.
2. Ciri pekerjaan, seperti identifitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan
rekan kerja. 3.
Pengalaman kerja Menurut Porter dan steer dalam Temaluru 2001, mengatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi adalah : masa kerja tenure, karakteristik pribadi dan faktor lingkungan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bateman dan Stresser dalam Armstrong 1999, menemukan kenyataan bahwa individu yang memilki komitmen organisasi tinggi
akan memiliki kondisi : 1.
Individu-individu tersebut lebih mampu beradaptasi 2.
Jumlah pegawai yang keluar masuk turnover lebih sedikit 3.
Keterlambatan datang dalam bekerja lebih sedikit dijumpai
Universitas Sumatera Utara
4. Kepuasan kerja lebih tinggi
Komitmen dari karyawan cendrung rendah, maka menurut Schermerhorn dalam Putri 2011, akan terjadi kondisi sebagai berikut:
1. Tingkat absensi karyawan tinggi dan meningkatnya turnover. Pada banyak
penelitian, individu yang berkomitmen terhadap organisasinya cendrung kurang melakukan usaha mencari pekerjaan baru.
2. Ketidak inginan untuk berbagi dan berkorban untuk kepentingan organisasi.
Individu-individu yang memiliki motivasi kerja yang rendah, dan sebisa mungkin bekerja dengan kondisi minimal yang diharapkan organisasi.
Martin dan Nocholas dalam Amstrong 1999, mengatakan ada tiga pilar besar dalam menciptakan komitmen karyawan terhadap organisasi, yaitu meliputi:
1. Adanya perasaan menjadi bagian dari organisasi, agar rasa memiliki tersebut
tercapai, maka salah satu pihak dalam manajemen harus mampu membuat karyawan: mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi, merasa
yakin bahwa apa yang dilakukannya pekerjaannya adalah berharga bagi organisasi, merasa nyaman dalam organisasi tersebut dan merasa dapat
dukungan penuh dari organisasi. 2.
Adanya ketertarikan atau gairah terhadap pekerjaan, perasaan seperti biasanya dimunculkan dengan cara: mengenali fator-faktor motivasi intrinsik
dalam mengatur desain pekerjaan, kualitas kepemimpinan dan kemauan manajemen untuk memberikan perhatian terus menerus, pendelegasian
Universitas Sumatera Utara
wewenang serta memberikan kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan keterampilan dan keahliannya secara maksimal.
3. Pentingnya rasa memiliki, rasa ini bisa muncul jika karyawan merasa benar-
benar diterima menjadi bagian dari organisasi. Komitmen karyawan terhadap organisasinya adalah sebagai rasa percaya
terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi dan
memiliki derajat loyalitas yang tinggi terhadap organisasi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen tidak hanya menggambarkan loyalitas pasif yang dimiliki oleh
anggota organisasi melainkan juga tindakan aktif anggota organisasi untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai
dan keberlangsungan organisasi tetap dapat dipertahankan. Keberadaan komitmen organisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi Komalasari dkk,
2009. Melaksanakan komitmen pada dasarnya sama saja maknanya dengan
menjalankan kewajiban, tanggungjawab dan janji yang membatasi kebebasan seorang pegawai dalam melakukan sesuatu. Apabila seorang karyawan sudah punya
komitmen maka dia akan mendahulukan apa yang sudah dijanjikan buat organisasinya dari pada mendahulukan kepentingan pribadinya. Semakin tinggi rasa
komitmen yang dimiliki oleh karyawan maka semakin tinggi pula kinerja yang
Universitas Sumatera Utara
dicapainya. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggungjawab jawab seseorang dalam menjalankan tugasnya Azmi, 2012.
2.6 Landasan Teori
Pasien adalah pengguna jasa perusahaan dalam industri jasa kesehatan. Kepuasan pasien dapat dicapai bila layanan yang diharapkan telah sesuai dengan
pelaksanaan atau kinerja pelayanan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan
kepada masyarakat harus senantiasa memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pasien dengan memperhatikan berbagai
atribut-atribut jasa yang dianggap penting oleh pelanggan dan senantiasa melakukan perbaikan pelayanan agar mereka puas dan terus menggunakan jasa pelayanan di
puskesmas. Landasan teori dalam penelitian ini dilihat dari beberapa pendapat para ahli
tentang kepuasan pasien, peneliti menggunakan konsep Parasuraman dkk yang digunakan untuk mengukur kepuasan pasien yang dikutip oleh Anas dan Abdullah
2008 dalam Jurnal “Studi mutu pelayanan berdasarkan kepuasan pasien di klinik gigi dan mulut RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar”, dengan lima dimensi
kualitas jasa yang digunakan untuk mengukur kepuasan pasien pada Puskesmas Tanah Garam Kota Solok, yaitu: a Reliability kehandalan, yaitu kemampuan
memberi pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan terpercaya. b Responsiveness ketanggapan, yaitu suatu kemauan staf untuk membantu para
Universitas Sumatera Utara
pelanggan dengan memberikan pelayanan dengan tanggap dan cepat. c Assurance kepastian jaminan, yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dalam
memberikan pelayanan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan rasa aman para pelanggan, d Empathy empati, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik dan memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. e Tangible tampilan
fisik, yaitu meliputi fasilitas fisik, penampilan pegawai, peralatan dan sarana komunikasi.
Kelima dimensi pengukuran kepuasan pasien tersebut berhubungan dengan pemberi jasa pelayanan yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas. Tenaga
kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki beban kerja dalam melaksanakan tugas sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki tenaga kesehatan.
Menurut Kaplan dalam Supriyadi dan Ernawati 2010, kinerja dalam konsep pemasaranan jasa kesehatan berhubungaan dengan kepuasan pelanggan internal dan
pelanggan eksternal digambarkan aeperti Gambar 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Rantai Hubungan Kinerja dengan Kepuasan Pelanggan Internal dan Pelanggan Eksternal
Teori beban kerja, peneliti menggunakan teori Yaslis Ilyas yang mmengatakan bahwa beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan staf pada waktu kerja baik kegiatan langsung maupun kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain. Pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu : Work sampling, time and motion study dan dailylog. Tenaga kesehatan diharapkan mempunyai komitmen dalam melayani pasien
dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Komitmen menurut Meyer, Allen and Smith dalam Sopiah 2008 adalah sebagai suatu penegasan sikap
seorang karyawan dengan kesediaan karyawan untuk mewujudkan tujuan organisasi
Pertumbuhan institusi pelayanan kesehatan
Kemampulabaan institusi pelayanan kesehatan
Pelanggan loyal
• Kebutuhan • Keinginan
• Harapan pelanggan Pelanggan puas
Mutu layanan
• Retensi • Loyal
• Advokasi • Kepuasan
• Komitmen • Komitmen
• Etos kerja • Serqual
• Focus pelanggan
Retensi karyawan Kinerja
Kepuasan karyawan Proses pembelajaran SDM
• Kondisi tempat kerja • Desain pekerjaan
• System reward • System karier
• pelatihan
Universitas Sumatera Utara
dan menjadi bagian dari organisasi, dengan tiga dimensi yaitu: a komitmen afektif, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena merasa terikat
secara emosional, b komitmen berkelanjutan, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-
keuntungan lain, atau karena karyawan tidak menemukan pekerjaan lain, c komitmen normatif, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan
bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
2.6 Kerangka Konsep