disesuaikan dengan besar kecilnya industri. Jika industri sudah berjalan pesat dan tergolong industri menengah, maka tenaga kerja bisa mencapai 55 orang. Jika industri
masih tergolong kecil, tenaga kerja berjumlah antara 4 hingga 10 orang. Tetapi ada pula industri yang hanya dikerjakan sendiri.
1. Jam Kerja
Karena industri rambak kulit kerbau di Magelang masih tergolong industri kecil dan dengan sistem manajemen yang masih sederhana, maka disini tidak
diterapkan adanya jam kerja. Apabila saat panen tiba maka sebagian besar pekerja tidak bekerja di industri rambak untuk beberapa hari agar bisa bekerja sebagai buruh
di sawah, sehingga para pemilik industri tidak bisa mematok adanya jam kerja. Dan untuk menjaga sistem kekerabatan antar warga sekitar maka pemilik industri
mengijinkan mereka untuk tidak bekerja dan tetap akan mengijinkan bekerja kembali di industrinya jika pekerjaan sebagai buruh petani sudah selesai. Apabila mereka tidak
bekerja sebagai petani, maka para pekerja bisa bekerja sebagai buruh pembuat rambak dari pagi hingga malam hari di rumah mereka masing-masing atau di tempat industri
pembuatan rambak ini.
2. Sistem Upah
Upah bagi pekerja merupakan hak yang harus diperoleh karena nilai sumbangsihnya dalam proses produksi menciptakan nilai tambah. Besarnya upah
yang diterima seseorang harus mencerminkan rasa keadilan. Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan produksi,
khususnya bagi tenaga kerja penerima upah dan gaji rendah merupakan sasaran bagi pelaksanaan kebijaksanaan dibidang pengupahan.
Berikut ini adalah sistem pengupahan pegawai :
Sistem Upah Harian : Upah yang diberikan berkisar antara Rp.25.000 sd Rp.40.000 per hari tergantung keahlian dan pekerjaan yang dilakukan.
Sistem Upah Mingguan : Upah yang diberikan berkisar antara Rp.175.000 sd Rp.250.000. Sistem upah mingguan ini disesuaikan dengan jumlah hari kerja dan
tergantung dari keahlian dan pekerjaan yang dilakukan.
1. Pemasaran Hasil Produksi
1. Jangkauan Pemasaran
Produksi rambak dari kulit kerbau ini bisa dikatakan lumayan cukup luas daerah pemasarannya selain dijual pada pasar
– pasar di daerah Magelang juga dipasarkan di beberapa daerah lainnya seperti Wonosobo, Temanggung, Yogyakarta
dan Solo akan tetapi jumlah yang dipasarkan diluar wilayah Magelang belum terlalu banyak karena hal ini disebabkan permintaan di daerah Magelang sendiri yang sangat
tinggi sehingga tidak jarang para produsen kewalahan memenuhi permintaan pasar. Rata
– rata perhari tiap industri rambak dapat mengolah 1 hingga 2 kwintal rambak yang nantinya habis dipasaran, dan biasanya jumlah permintaan akan rambak ini
meningkat pada saat musim hajatan,lebaran dan hari – hari besar lainnya sehingga
tidak jarang para pengusaha akan memasang strategi tertentu pada saat mendekati musim hajatan dan hari
– hari besar tersebut dengan meningkatkan jumlah produksi mereka agar mampu memenuhi permintaan pasar dan menaikkan harga untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih dari hari- hari biasa lainnya. Akan tetapi tidak selamanya produsen rambak ini akan mendapat untung
besar, adakalanya mereka hanya mendapatkan sedikit penghasilan misalnya disaat musim hujan karena sedikit panas matari sehingga akan memperlama proses
pengeringan sehingga membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk mengolah kulit
kerbau ini, kemudian adanya saingan dari wilayah lain seperti produsen dari Yogyakarta, lalu dari bahan dasar itu sendiri dimana kulit kerbau yang tua akan
membutuhkan banyak sekali minyak sehingga produsen mau tidak mau harus menambah lagi pasokan minyak dan juga jika mendapatkan kulit kerbau betina karena
kulit kerbau betina ini kualitasnya tidak sebagus kulit kerbau jantan, sebab jika kulit kerbau jantan strukturnya bening dan tebal sedangkan kulit kerbau betina lebih tipis
dan tidak melar jika digoreng. Kemudian faktor lain yang dapat membuat pengusaha merugi adalah disaat terjadinya bencana alam seperti meletusnya gunung Merapi
beberapa tahun yang lalu memberikan dampak yang sangat besar bagi mereka karena jika biasanya dalam dalam 1 bulan dapat memproduksi hingga 4 kali gorengan
rambak tapi ini hanya dapat memproduksi 2 kali saja.
2. Jalur Pemasaran
Jalur pemasaran industri rambak dari kulit kerbau melalui mouth to mouth,
pameran produk industri, pedagang.
a. Mouth to mouth
Pemasaran ini dari mulut ke mulut, maksudnya dikenalkan dari satu orang ke orang lain, biasanya berasal dari warga setempat dan keluarga dari masyarakat
yang memproduksi rambak ini sehingga dapat meluas ke beberapa daerah.
b. Pameran
Aktivitas pameran daerah cukup membantu dalam pemasaran rambak kulit
kerbau sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas. Para pengusaha sedikitnya telah mengikuti 2 kali pameran produk yang diadakan di kota Magelang. Informasi
akan diadakannya pameran mereka dapatkan dari Bapeda. Para pengusaha yang masuk ke dalam kelompok produsen rambak dan dibawah pembinaan Bapeda,