a. Usaha sendiri wiraswasta misalnya berdagang, mengerjakan sawah, atau menjalankan perusahaan sendiri.
b. Bekerja pada orang lain misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan baik swasta maupun pemerintah.
c. Hasil dari milik misalnya mempunyai sawah yang disewakan, mempunyai rumah disewakan, dan meminjamkan uang dengan bunga tertentu
Gilarso juga mengungkapkan bahwa penghasilan keluarga adalah sebagai bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atau sumbagan seseorang
terhadap proses produksi. Penghasilan keluarga juga dapat diterima dalam bentuk barang, misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah ddan pekarangan atau fasilitas seperti rumah
dinas dan pengobatan gratis.
2. Tingkat Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya terbuang percuma dan tingkat pendapatan
masyarakat merosot. Menurut pemerintah orang-orang yang punya pekerjaan adalah tergolong bekerja sedangkan orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan akan tetapi
sedang dalam usaha mencari pekerjaan tergolong pengangguran, orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi tidak bermaksud untuk mecari pekerjaan tidak dimasukkan
dalam kelompok angkatan kerja. Tingkat pengangguran dihitung dari jumlah orang yang menganggur dibagi dengan seluruh angkatan kerja. Para ahli ekonomi telah membagi tiga
jenis pengangguran, yaitu: siklis, struktural, dan friksioner. a. Pengangguran siklis adalah pengangguran yang terjadi akibat perekonomian yang
mengalami resesi sehingga output berada dibawah level full employment. Full employment adalah kondisi pada jangka panjang saat seluruh output yang diproduksi
merupakan output yang optimal yang dapat diproduksi, yang berarti seluruh faktor produksi diberdayakan.
b. Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi akibat ketidak sesuaian jenis pekerjaan dengan kapabilitas tenaga kerja.
Contoh; masa revolusi industri dimana kebutuhan tenaga kerja beralih ke tenaga kerja yang membutuhkan skill untuk menjalankan mesin. Akibatnya tenaga kerja yang tidak
mampu menjalankan mesin menganggur. c. Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang pasti ada, meskipun dalam kondisi
full employment. Pengangguran ini terjadi akibat proses rekrutmen tenaga kerja yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan. Bisa juga sebagai pekerja yang
keluar dari tempat kerjanya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya.
Tingkat penganguran adalah perbandingan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen dengan rumus Irawan:1992 :
Jumlah pengangguran X 100 Tingkat pengangguran =
Jumlah penduduk usia kerja
3. Tingkat Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan
poverty line merupakan masalah besar di banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah orang miskin dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya di tanah air, misalnya inpres desa tertinggal IDT, pengembangan industri
kecil dan rumah tangga, khususnya di daerah pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi.
John Friedman menginterprestasikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok untuk mengakumulasikan “basis kekuasaan sosial”. Basis kekuasaan
sosial adalah kemampuan untuk menguasai peluang strategi yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik seseorang. Menurut Friedman Bayo, 1991:89 ada 6
peluang strategis atau basis kekuasaan yang dapat dikategorikan kedalam kedua kelompok yaitu primer dan sekunder , dengan penjelasan sebagi berikut :
1 Basis kekuasaan sosial primer a Pengetahuan dan keterampilan
b Organisasi sosial dan politik c Harta produksi
2 Basis kekuasaan sosial sekunder a Sumber-sumber keuangan
b Jaringan sosial c Informasi sosial
Sedangkan dalam Soedarno 1988:149 kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif. Kemiskinan mutlak diartikan sebagai
ketidakmampuan seseorang atau sekelompok untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, bahkan kebutuhan fisik minimumnya untuk makanan, perumahan, bahan bakar, air,
pakaian, pendidikan, dan kesehatan dianggap miskin dalam arti absolut. Sedangkan kemiskinan relatif adalah ketidaksamaan kesempatan dan ketidaksamaan di antara
berbagai lapisan masyarakat untuk mendapatkan barang dan jasa dalam menikmati kehidupan yang makmur.
b. Kriteria Kemiskinan