Data Sekunder Data Penelitian 1. Data Primer

Para produsen membeli kulit kerbau ini hingga di kota Yogyakarta dikarenakan di Magelang sendiri tidak terdapat pasokan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka akan permintaan kulit kerbau ini karena banyaknya pengusaha rambak yang sama diberbagai tempat.

2. Peralatan yang Digunakan

Ada beberapa alat yang digunakan, alat-alat tersebut antara lain: a. Tungku Alat ini berupa kompor tradisional masyarakat pedesaan pada umumnya yang terbuat dari tanah liat. Masyarakat lebih memilih menggunakan tunggu karerna lebih awet sebab proses pembakaran yang dibutuhkan dapat mencapai berjam – jam. b. Kayu Sebagai alat pembakaran didalam tungku. c. Wajan besar Alat ini terbuat dari baja yang digunakan untuk menggoreng rambak dalam jumlah besar. d. Drum besar Alat ini digunakan untuk merendam kulit sebelum digoreng. e. Bambu Alat ini digunakan untuk menjemur kulit kerbau yang akan diolah lebih lanjut menjadi rambak.

3. Proses Pembuatan

Proses awal pembuatan rambak kulit kerbau ini adalah dengan merendam kulit kerbau dahulu dengan air tawar selama satu malam agar tidak keras dan tidak kaku,setelah satu malam perendaman dimulai dengan membersihkan bulu- bulu yang masih menempel pada kulit hingga bersih, setelah bersih rebus hingga matang, lamanya waktu perebusan ini berdasarkan tua mudanya kulit kerbau,kulit kerbau muda hanya membutuhkan waktu kurang dari satu hari, sedangkan kulit kerbau yang tua sekitar satu hari. Setelah perebusan selesai, maka tiriskan kulit dah bersihkan sisa – sisa daging yang masih menempel pada kulit kerbau kemudian potong – potong kulit sesuai ukuran. Kebanyakan produsen akan memotong kulit dengan lebar 1 cm dan panjang 7 cm sesuai dengan ukuran yang biasanya dijual dipasaran kemudian dijemur kembali hingga kering dari air rebusan tadi. Proses ini masih belum selesai karena setelah kering, rambak – rambak ini masih harus direndam dengan minyak panas kurang lebih selama 2 hari diatas tungku yang masih menyala tetapi dengan api kecil akan menjaga suhu minyak yang tetap panas. Setelah 2 hari penjemuran, rambak – rambak tersebut siap digoreng kemudian dibungkus rapat dan siap untuk dipasar pada konsumen. Keawetan rambak ini terjamin lama karena tidak menggunakan bumbu atau pengawet dan selama plastik pembungkus tertutup rapat.

C. Sumber Daya Manusia

1. Tenaga Kerja Tenaga kerja di industri rambak kulit kerbau di Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang ini diambil dari warga sekitarnya yang juga memiliki pekerjaan sebagai buruh tani, atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Karena sebagai buruh tani menunggu hasil panenan tiba cukup lama maka sebagian besar waktu mereka hanya menganggur sehingga para pengusaha rambak kulit kerbau memperkerjakan mereka untuk menambah penghasilan. Tenaga pembuat rambak tidak melulu dikerjakan di tempat industri, tetapi ada yang dikerjakan di rumah mereka masing-masing karena keterbatasan tempat, disesuaikan dengan kesibukan mereka sebagai petani, serta menunggu bahan baku datang. Jumlah tenaga kerja

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).

3 104 158

Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suka Meriah Pasca Bencana Alam Meletusnya Gunung Sinabung (Studi Deskriptif: Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

15 124 88

Program Pertanian Polikultur Dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

0 35 3

Studi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pemanfaatan Pelayanan Perum Pegadaian (Studi Kasus : Perum Pegadaian Medan dan Cabang Sunggal).

0 32 83

JARINGAN SOSIAL INDUSTRI KECIL(Studi Kasus tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di JARINGAN SOSIAL INDUSTRI KECIL (Studi Kasus tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri Kerajinan Kulit di Dusun Manding, De

0 3 13

DAMPAK KEBERADAAN DUSUN BAMBU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA KERTAWANGI-KECAMATAN CISARUA.

3 18 22

Perbedaan status sosial ekonomi, kesempatan berusaha, dan interaksi sosial antar warga di Dusun Patihombo sebelum dan sesudah adanya Objek Wisata Rohani Gua Maria Lawangsih.

0 4 153

Perbedaan status sosial ekonomi, kesempatan berusaha, dan interaksi sosial antar warga di Dusun Patihombo sebelum dan sesudah adanya Objek Wisata Rohani Gua Maria Lawangsih

0 0 151

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG

0 0 157

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DUSUN DEKORO SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI RAMBAK KULIT KERBAU

0 0 89