Tingkat Kemiskinan Indikator-Indikator Sosial Ekonomi 1. Pendapatan

f Ketidakpunyaan modal 2 Faktor eksternal a Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha dan meningkatkan pendapatan b Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya penimgkatan kualitas keluarga c Kurangnya aksses untuk dapat memanfaatkan fasilitas pembangunan. Untuk mengukur keberadaan keluarga menurut tingkat kesejahteraannya telah dikembangkan indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan sosial-psikologis dan kebutuhan pengembangan. Tahap Keluarga menurut tingkat kesejahteraannya adalah sebagai berikut. 1 Keluarga Pra Sejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya basic-needs secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, dan kesehatan. 2 Keluarga Sejahtera 1, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. 3 Keluarga Sejahtera 2, yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial- psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. 4 Keluarga Sejahtera 3, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberi sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5 Keluarga Sejahtera 3 Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembanganya serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan . Menurut konsep BKKBN sebuah keluarga disebut miskin atau kurang sejahtera apabila masuk kategori Pra Sejahtera dan Sejahtera 1. Adapun indikator – indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah sebagai berikut: 1 Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan keluarga berencana. Secara operasional mereka tampak dalam ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai berikut: a Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya; b Makan minimal 2 kali per hari; c Pakaian lebih dari satu pasang; d Sebagian besar lantai rumahnya tidak dari tanah; dan e Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan; 2 Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu dari indikator sebagai berikut: a Menjalankan ibadah secara teratur; b Minimal seminggu sekali makan dagingtelurikan; c Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun; d Luas lantai rumah rata - rata 8 m 2 per anggota keluarga; e Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun yang buta huruf latin; f Semua anak berusia 5 s.d 15 tahun bersekolah; g Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap; dan h Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masih dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

C. Penelitian Terdahulu

Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang meneliiti mengenai dampak sosial ekonomi mengenai suatu perkembangan dari sebuah kegiatan adalah Dampak sosial ekonomi pembangunan Objek Wisata Ketep Pass bagi masyarakat sekitar yang diteliti oleh Martinus Irka Puji Setyawan 2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Hasil dari penelitian ini bahwa pembangunan Objek Wisata Ketep Pass memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data yang diperoleh yaitu: 1. Curahan kerja, masyarakat di bidang non pertanian lebih berfungsi setelah pembangunan objek wisata ketep pass 2. Dalam hal jenis pekerjaan, sebagian masyarakat beralih dari pertanian ke non pertanian 3. Dalam hal jumlah pendapatan, masyarakat mengalami peningkatan pendapatan setelah adanya pembangunan objek wisata ketep pass 4. Dalam hal jumlah keluarga miskin, masyarakat mengalami penurunan tingkat jumlah keluarga miskin setelah adanya pembangunan objek wisata ketep pass.

D. Kerangka Teori

Setiap Negara dalam pelaksanaan pembangunan pasti ingin mencapai sebuah perkembangan dimana perkembangan tersebut dapat mensejahterakan masyarakatnya. Begitu pula dengan sebuah daerah, dengan adanya peningkatan pendapatan misalnya maka akan menyumbangkan banyak peningkatan dalam hal sosial ekonomi. Oleh karena itu, setiap pronvinsi berlomba-lomba untuk meningkatkan daerah mereka agar semakin maju. Salah satu cara untuk meningkatkan daerahnya khususnya dalam hal sosial ekonomi adalah dengan memperhatikan industri-industri yang ada di daerah tersebut, tidak terkecuali industri kecil yang ada di dalamnya. Industri kecil atau sering dikenal dengan UMKM. Pasalnya industri kecil menegah ini mampu juga untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat Indonesia sehingga dapat dipastikan pengangguran akan semakin berkurang apabila industri-industri ini terperhatikan. Salah satu cara untuk mengembangkan usaha industri kecil ini adalah dengan membuat sebuah sentraklaster industri. Memang tidak semua industri dapat dibuat menjadi sentraklaster industri karena ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadi sentra industri antara lain : 1. Dalam setiap sentra yang akan ditumbuhkan sebagai klaster harus memiliki satu usaha sejenis yang prospek pasarnya jelas. Sekurang - kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis 2. Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit Rp 500 jutabulan. 3. Telah terjadi sentuhan teknologi yang memungkinkan tercapainya peningkatan produktivitas, karena masalah pokok usaha kecil di bidang pertanian adalah produktivitastenaga kerja hanya kurang dari 3 produktivitas usaha besar disektor yang sama, atau hanya 1,5 dari produktivitas usaha menengah. 4. Persyaratan lain yang berkaitan dengan infrastruktur, jaringan pasar, ketersediaan lembaga keuangan dan lain-lain merupakan syarat tambahan yang menyediakan daya tarik klastersentra bersangkutan melalui jaringan informasi. Sebenarnya pembentukan sebuah sentra industriklaster bukanlah sebuah hal yang baru bagi pemerintahan Indonesia. Pada tahun 2001 BPSKPKM menetapkan pengembangan sumberdaya UMKM melalui pendekatan sentra industriklaster. Strategi ini dipilih karena dinilai fokus, efisien dan mempunyai fungsi akselerasi perubahan yang diharapkan mampu memenuhi harapan. Melalui strategi ini, sentra UMKM dijadikan titik masuk kedalam upaya pemberdayaan UMKM. Pendekatan ini didasarkan pemikiran untuk memberikan layanan kepada UMKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan sumber daya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UMKM yang lebih luas. Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lainlain. Disamping itu, sentra-sentra UMKM akan menjadi pusat pertumbuhan growth pool di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor. Hal ini tertera dalam struktur Kementerian Koperasi dan UMKM RI Keppres Nomor 1032001. Dari penyataan tersebut, maka dibentuklah sentra-sentra industri guna memperkuat daya saing industri kecil yang ada. Termasuk di wilayah Kota Magelang guna mendorong pembangunan sosial ekonomi daerah sehingga akan tercapai masyarakat yang sejahtera dan makmur. Sejalan dengan pembentukan sentra-sentra industri tersebut, sentra industri di Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang menjadi sentra industri rambak dari kulit kerbau juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat setempat antara lain : 1. Dengan adanya pembentukan sentra industri maka akan meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan juga meningkat 2. Pembentukan sentra industri akan mempermudah para pelaku industri untuk memperoleh informasi secara cepat dan tepat misalnya seperti informasi bahan baku yang berkualitas bagus dan harga-harga bahan baku sehingga akan meningkatkan efisiensi kerja. 3. Ketika sentra industri sudah maju pesat diharapkan mampu menyerap tenaga kerja , membuka lapangan pekerjaan dan dapat menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan. 4. Selain itu, diharapkan sentra industri dapat menjadi pendorong perekonomian pemerintah daerah guna pembangunan dan kemajuan daerah.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti kemudian beranggapan bahwa perkembangan Sentra Industri Rambak dari Kulit Kerbau di Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang memberi pengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sehubungan dengan hal tersebut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Ada perbedaan tingkat pendapatan keluarga masyarakat Dusun Dekoro sebelum dan sesudah menjadi daerah sentra industri rambak dari kulit kerbau. 2. Ada perbedaan tingkat pengangguran masyarakat Dusun Dekoro sebelum dan sesudah menjadi daerah industri rambak dari kulit kerbau. 3. Ada perbedaan jumlah keluarga miskin di Dusun Dekoro sebelum dan sesudah menjadi daerah industri rambak dari kulit kerbau.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menerangkan, menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian. Fokus penelitian ini adalah analisis hubungan-hubungan antara variabel Sugiyono, 2005. Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang sebenarnya diperlukan. Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan infromasi yang spesifik Usman Akbar, 2008. Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya adalah Masyarakat Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang dengan alasan karena belum ada yang meneliti tentang pengaruh perkembangan industri rambak dari kulit kerbau di Dusun Dekoro ini. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2013

C. Subjek dan Objek

1. Subjek

Subjek penelitian ini adalah masyarakat Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang yang diwakili oleh para produsen rambak kulit kerbau di Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang karena telah memproduksi rambak dari kulit kerbau. Pemilihan pada lokasi ini lebih dikarenakan oleh beberapa hal yang menjadikan peneliti untuk melakukan penelitian di tempat ini. Beberapa hal tersebut antara lain adalah : Dusun Dekoro merupakan desa yang terletak dikawasan pedalaman di Magelang, dimana di desa ini terhampar banyak area untuk pertanian maupun perkebunan, namun pada kenyataannya banyak masyarakat dari Dusun Dekoro RT 01 RW 3 Banyuwangi Bandongan Magelang lebih memilih usaha rambak dari kulit kerbau sebagai mata pencaharian dibandingkan dengan memilih bercocok tanam atau bertani. Kondisi demikian, penulis tertarik untuk menjadikan lokasi ini sebagai subjek penelitian.

2. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat Dusun Dekoro. Seperti jumlah pendapatan keluarga, tingkat pengangguran dan jumlah keluarga miskin masyarakat di Dusun Dekoro. Penelitian ini di fokuskan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat Dusun Dekoro, dengan alasan bahwa apakah mereka lebih memilih menjadikan usahaindustri rambak dari kulit kerbau dibandingkan dengan bertani ini lebih baik jika dilihat dari tingkat sosial ekonominya, antara lain : jumlah pendapatan keluarga, tingkat pengangguran dan jumlah keluarga miskin. Kemudian jika dilihat bahan bakunya industri rambak dari kulit kerbau lebih sulit dilakukan, karena harus mendatangkan dari luar daerah dan terkadang harga dari bahan baku ini sering mengalami kenaikan dan

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).

3 104 158

Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suka Meriah Pasca Bencana Alam Meletusnya Gunung Sinabung (Studi Deskriptif: Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

15 124 88

Program Pertanian Polikultur Dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

0 35 3

Studi Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pemanfaatan Pelayanan Perum Pegadaian (Studi Kasus : Perum Pegadaian Medan dan Cabang Sunggal).

0 32 83

JARINGAN SOSIAL INDUSTRI KECIL(Studi Kasus tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di JARINGAN SOSIAL INDUSTRI KECIL (Studi Kasus tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri Kerajinan Kulit di Dusun Manding, De

0 3 13

DAMPAK KEBERADAAN DUSUN BAMBU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA KERTAWANGI-KECAMATAN CISARUA.

3 18 22

Perbedaan status sosial ekonomi, kesempatan berusaha, dan interaksi sosial antar warga di Dusun Patihombo sebelum dan sesudah adanya Objek Wisata Rohani Gua Maria Lawangsih.

0 4 153

Perbedaan status sosial ekonomi, kesempatan berusaha, dan interaksi sosial antar warga di Dusun Patihombo sebelum dan sesudah adanya Objek Wisata Rohani Gua Maria Lawangsih

0 0 151

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG KIRINGAN SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI JAMU GENDONG

0 0 157

PERBEDAAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DUSUN DEKORO SEBELUM DAN SESUDAH MENJADI SENTRA INDUSTRI RAMBAK KULIT KERBAU

0 0 89