Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).
Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat
Berbasis Komunitas Perempuan
(Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang )
SKRIPSI
Disusun Oleh :
DICKY EKO PRATOMO 080901028
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, berkah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Sosial Ekonomi
Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi dan Drs. T.
Ilham Saladin, M.Sp, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapakan kepada
Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali saya, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
(4)
memberikan kritik serta saran yang sangat membangun selama penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen di Departemen Sosiologi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, maupun arahan selama di dalam maupun di luar perkuliahan. Terima kasih juga kepada kak Fenni dan kak Betti yang telah banyak membantu dalam urusan administrasi.
5. Teristimewa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua saya tercinta yaitu Ayahanda Ritri Joko dan Ibunda Husniarti, yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan limpahan kasih sayang dan disiplin sehingga saya bisa menjadi anak yang mandiri dan penuh motivasi. Terima kasih juga atas doa maupun tuntunan hidup serta segala dukungan moril maupun materil yang telah diberikan selama saya hidup di dunia ini.
6. Buat yang tersayang dan teritimewa Kesuma S.Sos, terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini, sehingga Ky tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih juga telah menyempatkan waktu dalam membantu penelitian lapangan dan penulisan skripsi. Semoga harapan, impian, serta cita-cita kita bersama dapat terwujud, amin.
7. Adinda Donny dan Ditha yang telah membantu dalam pemeriksaan serta penulisan skripsi ini. Tetap semangat dalam menuntut ilmu dan meraih gelar sarjana, terus tingkatkan Indeks Prestasi kalian.
8. Buat teman-teman saya Niba, Abdi, dan Faisal yang telah membantu dalam pencarian lokasi penelitian.
(5)
9. Keluarga seperjuangan Sosiologi 2008 “Nalar Cepat Mental Kuat” atas kebersamaan dan rasa persaudaraan yang telah terbangun selama ini. Semoga ini menjadi fondasi awal bagi kita dalam meraih kesuksesan dimasa depan. 10. Teman-teman saya kak Rina, kak Isma, mbak Ugik, kak Evlin, yang telah
memberi kontribusi berupa informasi maupun pemikiran dalam penulisan skripsi. Terima kasih juga buat Dara yang sudah mau menggantikan jadwal mengajar saya, sehingga saya dapat fokus dalam mengerjakan skripsi.
11. Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan program beasiswa, pelatihan, serta mendapatkan keluarga baru dari seluruh universitas yang ada di Indonesia. Semoga apa yang sudah saya peroleh dapat menjadi bekal dalam karir saya kedepannya. 12. Para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat
dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Ibu Lismawati
selaku Ketua Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II dan Ibu Sri Rahayu selaku Ketua Divisi Keterampilan dan Ekonomi Perempuan Komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Medan, Juli 2013 Penulis
(6)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang), berawal dari ketertarikan penulis terhadap pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) terhadap perempuan-perempuan di desa tersebut. Program pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas tersebut antara lain penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis, kegiatan perwiridan, program pemberantasan penyakit masyarakat (perjudian dan narkotika), program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis, program arisan, program pelatihan keterampilan, program koperasi CU (Credit Union). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan dan bagaimana kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah ketua dan wakil ketua pengurus komunitas SPI Desa Marindal II beserta para anggotanya sebagai informan kunci, sedangkan ketua penanggung jawab divisi keterampilan dan ekonomi perempuan komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang dan suami dari anggota komunitas SPI Desa Marindal II sebagai informan tambahan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI Desa Marindal II dibagi menjadi dua bentuk yaitu program pemberdayaan sosial seperti peningkatan pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan, membangun rasa solidaritas sesama perempuan melalui perwiridan, peningkatan kepedulian perempuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit masyarakat seperti Judi dan Narkoba, serta pengembangan PAUD gratis dalam meningkatkan kepedulian perempuan pada pendidikan anak usia 3-5 Tahun. Kemudian program pemberdayaan ekonomi seperti upaya peningkatan ekonomi keluarga melalui kegiatan arisan, meningkatkan posisi tawar perempuan melalui pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi usaha mikro bagi perempuan melalui koperasi CU (Credit Union).
Kendala yang dihadapi dalam melakukan aktifitas pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut dibagi menjadi dua yaitu antara lain, faktor yang berasal dari dalam (internal) komunitas SPI seperti, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap aktifitas pemberdayaan yang disebabkan oleh faktor kemiskinan, kurangnya pengetahuan, serta budaya patriarki yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat desa. Sedangkan faktor yang berasal dari luar (eksternal) komunitas SPI antara lain, adanya stereotipe negatif yang berkembang di masyarakat mengenai aktifitas pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI.
(7)
Kata Kunci : Komunitas Perempuan, Pemberdayaan Sosial Ekonomi, Jaringan Sosial, Kesetaraan Gender.
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR BAGAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang Masalah... 1
1.2.Rumusan Masalah... 6
1.3.Tujuan Penelitian... 7
1.4.Manfaat Penelitian... 7
1.5.Defenisi konsep... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11
2.1. Pengembangan Masyarakat... 11
2.2. Komunitas/Kelompok Sosial... 15
2.3. Peran Sosial Ekonomi Perempuan... 18
2.4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aspek Sosial Ekonomi... 21
BAB III METODE PENELITIAN... 25
3.1. Jenis Penelitian... 25
3.2. Lokasi Penelitian... 26
3.3. Unit Analisis dan Informan... 26
(9)
3.3.2.1. Informan Kunci... 27
3.3.2.2. Informan Tambahan... 27
3.4. Teknik Pengumpulan Data... 27
3.5. Interpretasi Data... 29
3.6. Jadwal Pelaksanaan... 29
3.7. Keterbatasan Penelitian... 30
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA... 31
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 31
4.1.1. Sejarah Desa... 31
4.1.2. Komposisi Penduduk... 34
4.1.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 34
4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 35
4.1.3. Mata Pencaharian... 35
4.1.4. Kondisi Sosial Budaya... 37
4.1.5. Sarana dan Prasarana... 38
4.2. Profil Serikat Perempuan Independen ... 43
4.2.1. Serikat Perempuan Independen Deli Serdang... 43
4.2.1.1. Latar Belakang Berdirinya Serikat Perempuan Independen ... 43
4.2.1.2. Visi Serikat Perempuan Independen... 45
4.2.1.3. Misi Serikat Perempuan Independen... 45
4.2.1.4. Tujuan Serikat Perempuan Independen... 45
(10)
4.2.1.6. Struktur Organisasi... 46
4.2.1.7. Bagan Struktur Operasional Serikat Perempuan Independen (SPI)... 47
4.2.2. Serikat Perempuan Independen Marindal II... 48
4.2.2.1. Struktur Kepengurusan Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang... 49
4.3. Profil Informan... 51
4.3.1. Informan Kunci... 51
4.3.2. Informan Tambahan...71
4.4. Strategi Pemberdayaan Sosial Ekonomi Perempuan oleh Komunitas Serikat Perempuan Independen ... 82
4.4.1. Program dan Jenis Pemberdayaan di Bidang Sosial... 86
4.4.1.1. Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Perempuan Terhadap Kesehatan... 86
4.4.1.2. Membangun Rasa Solidaritas Sesama Perempuan Melalui Perwiridan... 91
4.4.1.3. Peningkatan Kesadaran dan Kepedulian Perempuan Masalah Judi dan Narkoba... 95
4.4.1.4. Peningkatkan Kesadaran Perempuan Pada Pendidikan Anak Usia 3-5 Tahun Melalui PAUD Gratis... 102
4.4.2. Program dan Jenis Pemberdayaan di Bidang Ekonomi... 106
4.4.2.1. Upaya Peningkatan Ekonomi Keluarga Melalui Kegiatan Arisan... 106
(11)
4.4.2.2. Meningkatkan Posisi Tawar Perempuan Melalui
Pelatihan Keterampilan... 113
4.4.2.3. Memfasilitasi Usaha Mikro Bagi Perempuan Melalui Koperasi CU (Credit Union)... 117
4.5. Keberhasilan Kegiatan Pemberdayaan Sosial Ekonomi... 119
4.5.1. Keberhasilan Pemberdayaan Sosial... 122
4.5.2. Keberhasilan Pemberdayaan Ekonomi... 125
4.6. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Pemberdayaan... 127
4.6.1. Faktor Sosial... 127
4.6.2. Faktor Ekonomi... 131
4.7. Kendala yang Dihadapi Dalam Kegiatan Pemberdayaan... 132
4.7.1. Faktor Internal... 132
4.7.2. Faktor Eksternal... 134
BAB V PENUTUP... 138
5.1. Kesimpulan... 138
5.2. Saran... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 142
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan... 29
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Dan Batas Wilayah... 31
Tabel 4.2 Pemerintahan/Perangkat Desa... 33
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 34
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 35
Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Marindal II... 36
Tabel 4.6 Agama Penduduk Desa Marindal II... 37
Tabel 4.7 Etnis di Desa Marindal II... 38
Tabel 4.8 Fasilitas Bangunan di Desa Marindal II... 38
Tabel 4.9 Fasilitas Rumah Ibadah/Mesjid di Desa Marindal II... 40
(13)
DAFTAR BAGAN
(14)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang), berawal dari ketertarikan penulis terhadap pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) terhadap perempuan-perempuan di desa tersebut. Program pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas tersebut antara lain penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis, kegiatan perwiridan, program pemberantasan penyakit masyarakat (perjudian dan narkotika), program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) gratis, program arisan, program pelatihan keterampilan, program koperasi CU (Credit Union). Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan dan bagaimana kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis dan informan dalam penelitian ini adalah ketua dan wakil ketua pengurus komunitas SPI Desa Marindal II beserta para anggotanya sebagai informan kunci, sedangkan ketua penanggung jawab divisi keterampilan dan ekonomi perempuan komunitas SPI Kabupaten Deli Serdang dan suami dari anggota komunitas SPI Desa Marindal II sebagai informan tambahan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI Desa Marindal II dibagi menjadi dua bentuk yaitu program pemberdayaan sosial seperti peningkatan pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan, membangun rasa solidaritas sesama perempuan melalui perwiridan, peningkatan kepedulian perempuan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit masyarakat seperti Judi dan Narkoba, serta pengembangan PAUD gratis dalam meningkatkan kepedulian perempuan pada pendidikan anak usia 3-5 Tahun. Kemudian program pemberdayaan ekonomi seperti upaya peningkatan ekonomi keluarga melalui kegiatan arisan, meningkatkan posisi tawar perempuan melalui pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi usaha mikro bagi perempuan melalui koperasi CU (Credit Union).
Kendala yang dihadapi dalam melakukan aktifitas pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut dibagi menjadi dua yaitu antara lain, faktor yang berasal dari dalam (internal) komunitas SPI seperti, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap aktifitas pemberdayaan yang disebabkan oleh faktor kemiskinan, kurangnya pengetahuan, serta budaya patriarki yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat desa. Sedangkan faktor yang berasal dari luar (eksternal) komunitas SPI antara lain, adanya stereotipe negatif yang berkembang di masyarakat mengenai aktifitas pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multi dimensi. Kemiskinan ditandai oleh keterbelakangan dan pengangguran yang selanjutnya meningkat menjadi pemicu ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk. Penduduk miskin adalah yang paling rendah kemampuannya. Pada saat ini mereka terpusat di kantong kemiskinan, seperti di pedesaaan, pesisir pantai, dan kepulauan atau daerah pasang surut. Akibat krisis multidimensi yang masih harus dihadapi sampai sekarang, dari sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin dan termiskin di pedesaan masih cukup banyak. Mereka menjadi bagian dari komunitas dengan struktur dan kultur pedesaan. Kira-kira separuh dari jumlah itu benar-benar dalam kategori sangat miskin (the absolut poor). Kondisi ini benar-benar sangat memprihatinkan.
(http://kfm.depsos.go.id/mod.php?mod=userpage&page_id=1.Diakses 17 Februari 2012 pukul 12.30).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang (11,96%). Dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2012 yang berjumlah 28,59 juta orang (11,66%), jumlah penduduk miskin hanya berkurang sekitar 0,54% saja. pada periode Maret–September 2012, baik penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,18% (0,14 juta orang) dan 0,42% (0,40 juta orang). Sedangkan di wilayah Sumatera Utara jumlah penduduk miskin
(16)
tercatat pada September 2012 sebanyak 1.378.450 jiwa dari jumlah sebelumnya pada Maret 2012 sebanyak 1.407.250 orang. Diantaranya tercatat pada Maret 2012 sebanyak 669.250 orang (10,32%) penduduk miskin di perkotaan dan sebanyak 738.000 orang (11,01%) di daerah pedesaan sedangkan pada septermber 2012 tercatat 669.360 orang (10,28%) penduduk miskin di perkotaan dan sebanyak 709.090 orang (10,53%) di pedesaan. Termasuk Kabupaten Deli Serdang yang menyumbang kemiskinan sebesar 5,38% di wilayah Sumatera Utara. Dari persentase ini terlihat bahwa jumlah penduduk miskin tidak banyak berubah mulai dari Maret - September 2012 (BPS Indonesia, 2012).
Desa Marindal II merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Mayoritas penduduk di Desa Marindal II merupakan lulusan SMA yaitu sebesar 2.518 orang (34.66%). Selain itu Desa Marindal II merupakan desa dengan penduduk yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 652 orang (39.01%), pekerja bangunan sebanyak 408 orang (24.41%), sedangkan pedagang sebanyak 395 orang (23.63%) . Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Desa Marindal II merupakan lulusan SMA dan rata-rata penduduknya memiliki profesi sebagai petani, pekerja bangunan, dan pedagang yang memiliki tingkat penghasilan relatif rendah. Data tersebut juga menunjukan bahwa Desa Marindal II merupakan desa dengan jumlah penduduk miskin yang relatif cukup besar. Untuk menangani masalah-masalah kemiskinan ini, solusi yang paling tepat adalah dengan melakukan kegiatan pemberdayaan.
Di Indonesia, jumlah penduduk perempuan hampir separuh dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Menurut data yang dirujuk dari Badan Pusat
(17)
Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 118.010.413 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 119.630.913 jiwa. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara mencapai 12.985.075 jiwa, yang terdiri atas 6.479.051 laki-laki dan 6.506.024 perempuan. Hasil sensus penduduk 2010 juga memperlihatkan bahwa penyebaran penduduk Sumatera Utara menurut kabupaten/kota rata-rata dibawah 5%, dan hanya lima kabupaten/kota yang persebarannya diatas 5%. Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat adalah tiga kabupaten/kota dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 2.109.339 jiwa (16,24%), 1.789.243 jiwa (13,78%), dan 966.133 jiwa (7,44%). Sedangkan Kabupaten Pakpak Barat merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling sedikit yang berjumlah 40.481 jiwa (0,31%). Di Kabupaten Deli Serdang jumlah penduduknya terdiri dari 900.733 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 888.510 orang penduduk berjenis kelamin perempuan (BPS Provinsi Sumatera Utara,2010). Sedangkan jumlah penduduk Desa Marindal II tercatat pada tahun 2011 sebanyak 11.757 jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.586 orang dan penduduk perempuan sebanyak 6.171 jiwa. Tentunya secara kuantitas, jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak dari jumlah penduduk secara keseluruhan ini menjadi suatu potensi yang dapat dikembangkan.
Kaum perempuan merupakan bagian dari warga negara yang memiliki berbagai peran penting serta potensial di dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan di dalam kehidupannya, perempuan memiliki berbagai peran (multiple role), diantaranya di dalam sektor domestik (keluarga) perempuan memiliki peran yang dianggap sentral mulai dari mengerjakan pekerjaan rumah tangga hingga mengasuh anak-anaknya. Di dalam sektor publik (masyarakat), perempuan
(18)
memiliki peran dalam membantu suami untuk mencari nafkah bagi keluarganya, dan turut aktif di dalam berbagai kegiatan serta organisasi politik. Sedangkan di dalam bidang pembangunan, beberapa diantara perempuan aktif dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari aktifitas pemberdayaan yang mereka lakukan.
Kiprah perempuan ini dapat dilihat dengan munculnya LSM Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI), yang berdiri sejak tahun 1990 . Organisasi ini merupakan suatu gerakan perempuan non pemerintahan, non sektarian, non politik, berbentuk himpunan yang beranggotakan serikat perempuan independen pada tingkat kabupaten. HAPSARI memiliki visi dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera tanpa ada penindasan antara perempuan dan laki-laki dengan memberikan penghargaan yang sama terhadap hak-hak yang dimiliki. Organisasi ini juga memiliki beberapa fokus program yaitu pemberdayaan politik perempuan, pemberdayaan anggota, peningkatan ekonomi, pelestarian lingkungan hidup, sosialisasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbasis gender. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kelompok perempuan desa pada 9 kabupaten di wilayah Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah (http://hapsarisumut.wordpress.com/tag/feminisme, Diakses 10 Januari 2012 pukul 20.15 wib).
Munculnya komunitas perempuan desa dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat akhir-akhir ini juga merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik untuk di cermati. Komunitas Perempuan yang melihat masyarakat desa suatu wadah bagi mereka dalam melakukan suatu aktifitas-aktifitas yang terkait dengan
(19)
masalah-masalah sosial ekonomi masyarakat ini juga menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Komunitas perempuan yang telah banyak berkembang dalam kehidupan masyarakat desa ini terkesan biasa. Namun ternyata dalam tataran realita kehidupan mampu berperan sebagai sarana yang sangat potensial dan efektif dalam pemberdayaan kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Komunitas perempuan ini awalnya merupakan kelompok perempuan desa yang tergabung dalam organisasi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) yang memiliki sebuah cita-cita agar pada suatu saat kaum perempuan di desa mampu ikut dalam berbagai pengambilan keputusan politik, baik itu politik formal (dalam pemerintahan dan lembaga publik) maupun informal (dalam keluarga dan masyarakat). Sehingga perempuan memiliki kesempatan untuk ikut menyumbang perubahan yang ada di dalam masyarakat.
Hal ini telah dibuktikan dengan berbagai aktifitas pemberdayaan sosial ekonomi yang telah mereka lakukan dalam masyarakat. Beberapa bentuk pemberdayaan yang telah mereka lakukan di bidang ekonomi antara lain melalui kegiatan arisan pesta, arisan anggota, koperasi simpan pinjam (credit union), serta di bidang sosial antara lain melalui program pelatihan kesehatan dan perobatan gratis, bekerjasama dengan pemerintah desa dalam memberantas beberapa “penyakit masyarakat” seperti memberantas judi, narkoba, dan minuman keras, melaksanakan gotong royong (bersih desa), mengadakan acara perwiridan akbar dan bulanan, dan acara keagamaan lainnya, serta telah mencanangkan program pendidikan gratis bagi anak usia dini.
(20)
Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas perempuan ini, maka dapat dilihat bahwa komunitas perempuan ini memiliki peran yang sangat penting dalam aktifitas pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Selain itu yang sangat menarik perhatian, bahwa perempuan yang selama ini dianggap sebagai masyarakat kelas dua mampu menciptakan sebuah komunitas yang mampu menjadi sumber daya yang sangat potensial dalam memberdayakan masyarakat desa. Keterlibatan perempuan di dalam berbagai aktifitas pemberdayaan (sektor publik) ini juga tidak terlepas dari adanya masalah budaya patriarki yang masih melekat pada masyarakat desa. Hal inilah yang menjadi dasar pijakan serta ketertarikan peneliti untuk melihat lebih lanjut bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan komunitas perempuan pada masyarakat desa, yang dilihat dari sudut pandang sosiologis.
1.2. Rumusan Masalah
Pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh komunitas perempuan melalui program-program yang telah di jalankan, merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan serta dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat desa khususnya di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Maka berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di Desa Marindal II ?
2. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut ?
(21)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian (Bungin,2007:75). Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan strategi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di Desa Marindal II.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di desa tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat maupun sumbangsih khususnya bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemahaman, serta sumbangan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi maupun masyarakat luas, dalam meningkatkan wawasan serta cakrawala berfikir, yang nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang sosiologi pengembangan masyarakat dan sosiologi gender.
b. Manfaat Praktis
Meningkatkan kemampuan maupun pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah melalui penelitian ini. Hasil penelitian juga nantinya
(22)
diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat, komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) serta pemerintah desa, khususnya di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, dalam melakukan aktifitas serta program pemberdayaan sosial ekonomi pada masyarakat desa yang berbasis pada komunitas perempuan.
1.5. Defenisi konsep
1. Komunitas perempuan
Merupakan kelompok perempuan desa yang tergabung dalam komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) yang memiliki sebuah cita-cita agar pada suatu saat kaum perempuan di desa mampu ikut dalam berbagai pengambilan keputusan politik, baik itu politik formal (dalam pemerintahan dan lembaga publik) maupun informal (dalam keluarga dan masyarakat).
2. Pemberdayaan masyarakat
Suatu usaha untuk melakukan penyadaran, pengapasitasan, dan pendayaan terhadap masyarakat yang akan diberdayakan. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa komunitas perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan usaha pemberdayaan sosial ekonomi terhadap masyarakat di Desa marindal II.
3. Kondisi sosial ekonomi
Suatu kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, dan sistem mata pencaharian pada suatu
(23)
kelompok masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti melihat bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Marindal II.
4. Peran domestik perempuan
Suatu peran yang dikonstruksikan secara sosial terhadap perempuan yang memiliki peran dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga, yang dianggap sebagai kodrat perempuan.
5. Peran publik perempuan
Suatu peran yang dikonstruksikan secara sosial terhadap perempuan yang memiliki peran dalam sektor formal, yang terkait dengan kerja produksi. Dimana perempuan juga memiliki peran dalam membantu suami mencari nafkah serta menyalurkan aspirasi politiknya didepan publik (masyarakat).
6. Jaringan sosial
Suatu pola yang hubungan-hubungan sosial yang tercipta melalui proses interaksi. Pola ini bisa berupa hubungan individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dalam hal ini dapat dilihat dari pola jaringan yang dibentuk oleh komunitas perempuan desa dalam melakukan aktifitas pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.
7. Agen sosial
Merupakan individu maupun kelompok yang berperan dalam melakukan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Dalam hal ini komunitas perempuan merupakan agen sosial yang melakukan
(24)
pemberdayaan terhadap masyarakat di Desa Marindal II khususnya bagi para anggota komunitas perempuan itu sendiri.
8. Kesetaraan gender
Suatu konsep yang melihat adanya persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan baik dalam sektor domestik maupun publik. sehingga perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk maju dan mengembangkan potensi diri, sama halnya dengan yang dilakukan oleh laki-laki.
9. Solidaritas Sosial
Merupakan suatu tali pengikat berupa nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang di anut oleh kelompok sosial secara kolektif. Rasa solidaritas yang terjalin di antara para anggota komunitas perempuan menjadi sebuah modal sosial yang penting dalam proses pemberdayaan. 10. Stereotipe Negatif
Prasangka negatif terhadap individu maupun kelompok tertentu yang muncul di masyarakat. dalam hal ini komunitas SPI mendapatkan stereotipe negatif dari sebagian kelompok masyarakat yang ada di Desa Marindal II dalam menjalankan aktifitas pemberdayaannya.
(25)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan Masyarakat
Dalam menanggulangi masalah kemiskinan perlu adanya suatu proses pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam menggali potensi yang ada pada masyarakat tersebut. Menurut Soetomo (2010:79), komunitas pengembangan (community development) merupakan suatu proses serta usaha yang dilakukan oleh masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Komunitas pengembangan masyarakat sebenarnya telah ada sejak masa koloni Inggris, namun dalam perkembangannya penerapan community development ini banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang guna mengentaskan masalah kemiskinan.
Dilihat sebagai suatu proses perubahan dan pembaharuan, dua unsur yang dianggap paling hakiki dan diharapkan saling mendukung dalam community development adalah partisipasi masyarakat dalam memperbaiki taraf hidupnya sedapat mungkin berdasarkan prakarsa sendiri dan pelayanan teknis atau bentuk pelayanan lainnya untuk mendorong prakarsa dan partisipasi (Soetomo, 2010:99). Dalam hal ini komunitas perempuan sebagai kelompok pengembangan berusaha melakukan penyadaran pengapasitasan, dan pendayaan terhadap masyarakat agar
(26)
mereka mampu untuk memanfaatkan potensi-potensi modal sosial yang mereka miliki untuk memperbaiki taraf hidupnya dan keluarganya. Komunitas perempuan dalam hal ini hanya sebagai fasilitator yang berusaha menggali potensi-potensi yang ada pada masyarakat guna melakukan pemberdayaan.
Dalam melakukan pemberdayaan, ada dua konsep dalam membangun suatu masyarakat, yaitu yang pertama dengan menggunakan konsep kepercayaan (Trust) yang ada pada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Fukuyama (2002:36), bahwa kepercayaan merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Trust juga merupakan suatu pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas untuk dapat berperilaku jujur, dan kooperatif. Kemudian yang kedua dengan cara membangun suatu jaringan sosial yang dapat mendukung program pemberdayaan pada masyarakat, sehingga terciptanya suatu pola-pola tertentu. Menurut Damsar (2002:157), jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal.
Ungkapan “Perempuan dalam Pembangunan” dan singkatnya diterima, WID (Women In Development), sedikit banyak menyimpulkan ungkapan pemikiran pertama mengenai peran perempuan dalam pembangunan dan pendekatan yang telah kita cakup sebegitu jauh. Ungkapan itu diciptakan pada awal 1970an oleh Women’s Committee of the Washington D.C. Chapter of the
(27)
Society for International Development sebagai bagian dari strategi cermat untuk membawa pemikiran baru Boserup dan lain-lainnya agar menjadi perhatian para pembuat kebijakan Amerika. Sejak itu, WID digunakan sebagai steno bagi pendekatan terhadap isu perempuan dan pembangunan yang sebagian besar didasarkan kepada paradigma modernisasi. Pendekatan WID di fokuskan kepada inisiatif seperti pengembangan teknologi yang lebih baik, yang tepat, yang akan meringankan beban kerja perempuan. WID bertujuan untuk benar-benar menekan sisi produktif kerja dan tenaga perempuan khususnya penghasil pendapatan dengan mengabaikan sisi reproduktifnya, dan di sini pendekatan itu memperlihatkan asalnya dari kaum liberal Utara pada 1970-an dan 1980-an Mosse (2002:205).
Dalam hal ini komunitas perempuan sebagai suatu agen perubahan yang berupaya menyejajarkan posisi perempuan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan posisi tawar mereka. Cara yang mereka tempuh dengan membuat berbagai program-program pelatihan, salah satunya melalui pelatihan keterampilan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan penyakit masyarakat (judi dan narkoba), program arisan, program paud gratis dan penerapan sistem koperasi simpan pinjam (credit union).
Menurut Mosse (2002:210) pendekatan Gender and Development (GAD) melihat pemberdayaan perempuan lebih terkait dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dari pada pendekatan atas ke bawah (top-down), dan kebanyakan pemikiran tentang pemberdayaan datang dari tulisan feminis dan gerakan perempuan yang muncul di selatan. Sesungguhnya pendekatan ini lebih merupakan pendekatan perempuan selatan terhadap pembangunan, ketimbang
(28)
pendekatan laki-laki kulit putih Utara. Pendekatan ini melacak akar-akar subordinasi dalam ras, kelas, sejarah kolonial, dan posisi negara-negara Selatan dalam tata ekonomi internasional. Pendekatan ini juga memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan perempuan daripada pemberdayaan perempuan itu sendiri untuk berusaha mengubah dan mentransformasikan struktur yang sangat bertentangan dengan mereka seperti undang-undang perburuhan, kontrol laki-laki atas tubuh dan hak reproduktif perempuan, undang-undang sipil, dan hak atas kekayaan.
Dalam hal ini komunitas perempuan memiliki sebuah paradigma bahwa dalam membangun kemandirian dan kekuatan intelektual bagi kaum perempuan terlebih dahulu harus ada kesetaraan gender, dimana perempuan dan laki-laki berada dalam posisi yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Dengan kemandirian tadi maka kaum perempuan akan mampu melakukan perubahan dalam struktur kemasyarakatan yang masih menganut budaya patriarki. Dalam mencapai tujuan tadi perlu adanya proses penyadaran bagi kaum perempuan melalui pemberdayaan sehingga mereka memiliki kesadaran secara politik.
Perempuan dan pembangunan atau Woman and Development (WAD) merupakan satu pendekatan feminis neo-Marxis, yang muncul dalam paruh terakhir 1970an yang berasal dari suatu kepedulian terhadap keterbatasan teori modernisasi. Bukannya menitikberatkan kepada strategi untuk “mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan”, pendekatan ini justru menunjukkan bahwa perempuan selalu penting secara ekonomi, dan kerja yang dilakukannya dalam
(29)
rumah tangga dan komunitasnya sangat mendasar untuk mempertahankan masyarakat mereka. WAD mengakui bahwa laki-laki miskin juga menjadi korban dari proses pembangunan yang mengabaikan mereka, tetapi proses itu cenderung mengelompokkan perempuan tanpa menganalisis pembagian kelas, ras dan etnis di antara mereka secara memadai. Pendekatan WAD berasumsi bahwa posisi perempuan akan lebih baik selama dan ketika struktur internasional menjadi lebih adil, dan dalam hal ini, pendekatan itu cenderung kurang mengindahkan sifat penindasan gender khusus perempuan. Posisi perempuan dilihat sebagai bagian dari struktur internasional dan ketidakadilan kelas, ketimbang sebagai akibat dari ideologi dan struktur patriarki. Pendekatan WAD cenderung menitikberatkan kepada kegiatan yang mendatangkan pendapatan dan kurang mengindahkan tenaga perempuan yang disumbangkan dalam mempertahankan keluarga dan rumah tangga (Mosse,2002:208).
Dalam hal ini komunitas perempuan berfungsi sebagai wadah bagi perempuan untuk menyalurkan berbagai aspirasinya dalam berjuang melawan kemiskinan, penindasan, dan ketidakadilan hidup, yang pada akhirnya akan melahirkan perempuan-perempuan yang mampu mengambil keputusan politik. Baik politik formal maupun informal.
2.2. Komunitas/Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Kelompok dapat bersifat formal dan informal di dalam
(30)
sistem sosial. Kelompok formal adalah kelompok yang didefinisikan sebagai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang didefinisikan sebagai aliansi yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi. Kelompok informal ini terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.
Robert Biersted, dalam (Kamanto, 2004:126) mengklasifikasikan jenis-jenis kelompok dengan menggunakan indikator atau kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Organisasi
2. Hubungan sosial diantara anggota kelompok 3. Kesadaran jenis
Berdasarkan ketiga kriteria atau indikator tersebut Biersted, dalam (Kamanto, 2004:126) kemudian membedakan ada empat jenis-jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok statistik (statistical group)
2. Kelompok kemasyarakatan (societal group) 3. Kelompok sosial (social group)
4. Kelompok asosiasi (associational group)
Dalam hal ini komunitas perempuan merupakan sebuah kelompok sosial yang memiliki struktur organisasi yang jelas. Komunitas perempuan juga sebuah kelompok sosial yang memiliki kesadaran bersama bahwa perempuan merupakan bagian dari masyarakat yang mampu membawa perubahan bagi dirinya,
(31)
keluarganya, serta masyarakat yang ada disekitarnya. Melalui berbagai kegiatan pemberdayaan yang berbasis pada kelompok itu sendiri.
Soekanto (2002:115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial adalah sebagai berikut :
1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya. 3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka
bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya dan dapat pula menjadi faktor pengikat atau pemersatu diantara mereka.
4. Berstruktur , berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Menurut summer masyarakat manusia terdiri dari in-groups dan out-groups atau we-out-groups dan other-out-groups yang artinya kelompok dalam dan kelompok luar atau kelompok kami dan kelompok mereka (kamanto, 2004:130). Seseorang itu termasuk kedalam beberapa kelompok yang baginya adalah kelompok dalam, dan selebihnya baginya adalah kelompok luar. Dalam in-group terdapat perasaan persaudaraan, sedangkan out-group terdapat perasaan yang lebih dingin. Anggota dalam in-group menunjukan adanya kerja sama, hubungan yang baik (good will), saling membantu, dan saling menghormati. Mereka mempunyai perasaan solidaritas, kesetiaan terhadap kelompoknya dan kesediaan berkorban demi kelompoknya.
(32)
Tetapi sikap mereka terhadap orang lain atau luar kelompoknya selalu menunjukan kebencian, perasaan menghina, dan permusuhan.
Pada awalnya komunitas Serikat Perempuan Independen Desa Marindal II merupakan kelompok ibu-ibu PKK yang mendapatkan pelatihan dari Komunitas Serikat Perempuan Independen yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Kemudian komunitas tersebut melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan yang pada awalnya bersifat domestikasi dengan memulainya dari kelompok ibu-ibu PKK yang ada di Desa Marindal II sebagai sasaran utama. Pada akhirnya melalui kegiatan-kegiatan tersebut komunitas perempuan mulai melakukan penyadaran kepada anggota kelompoknya bahwa kaum perempuan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang mampu berperan sebagai agen sosial yang mampu melakukan perubahan. Dan nantinya komunitas ini diharapkan dapat menciptakan kaum perempuan yang aktif dalam mengambil keputusan dalam berbagai bidang kehidupan, serta menciptakan kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat.
2.3. Peran Sosial Ekonomi Perempuan
Pada hakikatnya, baik laki-laki maupun perempuan dilahirkan ke dunia ini dalam kondisi yang sama (Listiani, dkk, 2002:iv). Namun, dikarenakan adanya konstruksi sosial yang dibentuk oleh masyarakat mengakibatkan munculnya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana laki-laki dikonstruksikan secara sosial sebagai individu yang maskulin dan memiliki peran sebagai kepala keluarga yang memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga dan bekerja di luar rumah. Sedangkan perempuan
(33)
dikonstruksikan secara sosial sebagai individu yang feminim dan memiliki peran serta aktifitasnya di dalam mengurus berbagai pekerjaan rumah tangga.
Sedangkan konsep lain juga menyatakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Dan masing-masing ciri dari sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan (Fakih, 2002:8). Namun bukan hanya konsep gender saja yang di konstruksikan secara sosio-kultural akan tetapi peran yang harus dijalankan dari masing-masing gender pun berbeda. Dalam perspektif pembagian kerja gender tradisional (gender base division of labour) menempatkan pembagian kerja perempuan di rumah (sektor domestik) dan laki-laki bekerja di luar rumah (sektor publik). Di mana kegiatan memasak, mencuci, dan mengasuh anak merupakan tugas perempuan (sektor domestik) yang dilakukan di dalam rumah. Sedangkan bekerja di luar rumah (sektor publik) merupakan tugas yang harus dilakukan laki-laki untuk menghasilkan materi dalam hal ini uang, yang diartikan sebagai nilai tukar pada masyarakat kapitalis.
Februari 2012 pukul 20.05 wib).
Dalam perkembangannya perempuan juga memiliki peran ganda (multiple role), yaitu peran yang harus dimainkan oleh seorang perempuan dalam waktu bersamaan. Peran ini umumnya mengenai peran domestik (sebagai ibu rumah tangga) dan peran publik (pasar tenaga kerja) dalam membantu suami mencari nafkah bagi keluarganya.
(34)
Menurut Yuarsi dalam (Tukiran, dkk,2007:232-236), ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, setidaknya terdapat tiga alasan yaitu sebagai bentuk aktualisasi diri, sebagai pengisi waktu dan upaya keluar dari rutinitas mengurus rumah tangga, dan sebagai upaya mencari nafkah. Pada kenyataannya, seorang perempuan memutuskan untuk bekerja karena dua atau tiga alasan sekaligus. Dua alasan pertama dapat dilakukan ketika perempuan ketika perempuan telah mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, baik atas usahanya sendiri ataupun atas dukungan orang lain, sedangkan perempuan bekerja dengan alasan ketiga relatif tidak mempunyai pilihan lain. Jika mereka tidak bekerja, akan semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesulitan hidup yang dialami sering kali memaksa perempuan mencari alternatif pekerjaan lain agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga. Tanpa disadari, dalam kondisi yang sulit sebagian perempuan terpaksa menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga. Selain harus mencari berbagai pekerjaan, mereka juga harus melakukan berbagai strategi agar penghasilan yang diperoeh dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun dalam kondisi sulit, peran dan sumbangan perempuan untuk rumah tangga cukup nyata. Akan tetapi, hal ini tidak secara otomatis meningkatkan posisi tawar perempuan.
Laporan tahun 2008 mengenai tren perkembangan kesempatan kerja bagi wanita di dunia dari International Labour Office (ILO) menunjukkan bahwa sebagian besar dari wilayah-wilayah di dunia membuat kemajuan besar dalam peningkatan jumlah wanita yang memiliki pekerjaan yang baik, tetapi kesamaan gender sepenuhnya dalam akses ke pasar tenaga kerja dan kondisi-kondisi dari kesempatan kerja/berusaha belum sepenuhnya tercapai. Menurut laporan tersebut,
(35)
pemberdayaan ekonomi bagi kaum wanita sangat berhubungan dengan kemampuan atau ketidakmampuan mereka untuk berpartisipasi di dalam pasar-pasar tenaga kerja dan dengan kondisi-kondisi dari kesempatan kerja/berusaha yang dihadapi setelah berhasil mendapatkan pekerjaan, seperti lamanya atau tuntutan jam kerja, persaingan yang ketat antar pegawai di dalam pekerjaan, tempat atau jenis pekerjaan yang tidak terlalu aman atau nyaman bagi wanita, dan lain-lain (Tambunan, 2009:126).
2.4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aspek Sosial Ekonomi
Pemberdayaan adalah suatu isu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat marginal memerlukan bantuan proses penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan hidup masyarakat. Istilah pemberdayaan kini telah populer sebagai suatu pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun LSM. Di Indonesia istilah pemberdayaan pada mulanya digunakan oleh LSM untuk memperkuat kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat agar dapat merubah dan memperbaiki posisi mereka ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat secara sosial. Inti dari pemberdayaan adalah bagaimana masyarakat tertentu mempunyai posisi tawar sehingga menjadi pelaku proses pembangunan yang partisipatif dan aktif dan bukan hanya sebagai objek pembangunan (Daulay, 2007:91).
Organisasi perempuan dalam hal ini menawarkan kemungkinan pemberdayaan dan perubahan pribadi, dan juga memberikan konteks bagi transformasi pribadi menuju aksi politik. Sedangkan kelompok perempuan yang paling berhasil adalah kelompok-kelompok yang bergerak di sekitar kebutuhan khusus, misalnya bidang sosial, ekonomi, kesehatan atau pekerjaan, dan kemudian
(36)
terus berjuang demi isu-isu jangka panjang. Oleh karena itu, disini komunitas perempuan tidak hanya sebagai sebuah organisasi yang memiliki berbagai program atau kegiatan pemberdayaan, akan tetapi juga berfungsi sebagai sosial agen yang akan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan.
Di dalam kehidupan masyarakat tidak sedikit dari kegiatan atau aktifitas yang secara tradisional dipandang sebagai pengembangan masyarakat seperti pekerjaan sosial, pekerjaan kepemudaan, pendidikan, dan profesi kesehatan yang dapat dipahami sebagai kegiatan pengembangan sosial. Meskipun terdapat banyak variasi dalam aktivitas yang merupakan pengembangan sosial, aktifitas tersebut dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pengembangan pelayanan, balai masyarakat, perencanaan sosial dan semangat sosial (Ife dan Frank,2008:412). Dalam hal ini komunitas perempuan merupakan suatu organisasi yang memiliki berbagai kegiatan pemberdayaan sosial seperti, program penyuluhan kesehatan dan perobatan gratis, bekerjasama dengan pemerintah desa dalam memberantas beberapa “penyakit masyarakat” seperti memberantas judi, narkoba, dan minuman keras, mengadakan program perwiridan akbar dan bulanan, dan program keagamaan lainnya, serta telah mencanangkan program pendidikan gratis bagi anak usia dini.
Di tengah krisis global yang sedang terjadi saat ini sebagian masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan sangat menggantungkan hidupnya pada ekonomi kerakyatan. Swasono dalam (Jayadinata dan Pramandika,2006:16) mengatakan bahwa ekonomi rakyat dalam kenyataannya merupakan tulang punggung perekonomian nasional, yang di dalamnya tercakup usaha informal, usaha kecil, dan menengah. Diantaranya pertanian rakyat, perkebunan rakyat,
(37)
perikanan rakyat, tambak rakyat, peternakan rakyat, pasar rakyat, tenaga kerja rakyat, industri rakyat, kerajinan rakyat, pertukangan rakyat, tambang rakyat, aneka jasa rakyat, dan lain-lain. Pembangunan perekonomian rakyat meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian akan menjadi energi rakyat untuk lebih mampu membangun dirinya sendiri (self-empowering) sehingga rakyat mampu meraih nilai tambah ekonomi sekaligus “nilai tambah sosial”. Dalam melakukan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat hendaknya para pengembang mampu untuk berupaya memperbaiki sistem ekonomi masyarakat yang telah ada. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini komunitas perempuan memiliki berbagai program yang dapat membantu masyarakat untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Misalnya melalui program arisan pesta, arisan anggota, koperasi simpan pinjam (credit union).
Komunitas perempuan juga bukan merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki berbagai macam aktifitas maupun program-program pemberdayaan serta menjunjung tinggi kesetaraan gender. Organisasi Bitra Indonesia juga merupakan salah satu organisasi yang berpihak kepada masyarakat miskin, lemah, kurang mampu, serta kurang beruntung. Sejak tahun 1986, BITRA Indonesia sudah mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan sumber daya manusia pedesaan di Sumatera Utara terutama di Kabupaten Deli Serdang. BITRA Indonesia memiliki visi dan misi untuk mewujudkan kesadaran kritis masyarakat yang terorganisir dalam bidang sosial, ekonomi dan politik yang demokratis, berkeadilan gender, berwawasan lingkungan dan menghargai pluralitas.
(38)
Menurut Listiani, dkk, (2002:7-10). Organisasi ini mengelola berbagai program pemberdayaan yang terdiri dari empat program umum, meliputi program Advokasi yang memfasilitasi berbagai kasus yang ada di masyarakat, program Usaha Kecil dan Mikro (SMEs) yang memfasilitasi usaha kecil mikro, program Mikro Kredit guna memfasilitasi kredit untuk individu, program Mahasiswa Marginal dikhususkan bagi mahasiswa yang kuliah sambil berusaha, program Kredit Tanggung Renteng yang diperuntukkan bagi kelompok usaha kecil mikro, program pertanian guna memfasilitasi para petani dalam hal pengadaan peralatan pertanian. Organisasi ini juga memiliki kelompok dampingan yang tinggal di pedesaan dan jumlahnya lebih banyak menyebar di Deli Serdang dan Langkat.
(39)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan metode kualitatif maka peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat yang berbasis komunitas perempuan di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, serta melihat secara langsung bagaimana strategi dan kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas perempuan tersebut.
Penelitian deskriptif kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007:68).
(40)
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Dimana pada lokasi ini terdapat sebuah komunitas perempuan yang bernama Serikat Perempuan Independen (SPI), yang aktif dalam berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat desa. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk memilih Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang sebagai lokasi penelitian.
3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis
Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,2007:76). Yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah pengurus serta anggota yang aktif dalam organisasi Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II yang turut dalam aktifitas pemberdayaan, serta beberapa informan tambahan untuk memperkuat data penelitian seperti, suami dari pengurus komunitas perempuan, serta pengurus organisasi Serikat Perempuan Independen (SPI) di Kabupaten Deli Serdang.
3.3.2. Informan
Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut :
(41)
3.3.2.1. Informan kunci
1. Ketua dan wakil ketua pengurus komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang aktif dalam kegiatan pemberdayaan.
2. Anggota komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) yang aktif dalam kegiatan pemberdayaan. Maka diambil sebanyak 10 orang anggota yang aktif dari 35 orang jumlah keseluruhan anggota.
3.3.2.2. Informan tambahan
1. Ketua penanggung jawab divisi keterampilan dan ekonomi perempuan komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Kabupaten Deli Serdang, yang merupakan simpul jaringan dari komunitas perempuan desa tersebut. 2. Suami dari anggota komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) yang aktif
dalam kegiatan pemberdayaan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi, wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
1. Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainya. Metode observasi adalah metode
(42)
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin,2007:115). proses pengamatan ini langsung dilakukan kepada hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Karena melalui observasi peneliti dapat melihat bagaimana situasi yang terjadi dilapangan secara langsung. Dilakukan dengan mengamati secara langsung bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Marindal II dan mengamati upaya serta kendala-kendala pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas perempuan tersebut.
2. Wawancara mendalam (in-depth interview), secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin,2007:108). Dilakukan peneliti terhadap informan yang menjadi subjek penelitian guna mengetahui bagaimana peran serta bentuk-bentuk pemberdayaan sosial ekonomi yang dilakukan oleh komunitas perempuan tersebut.
b. Data Skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data skunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku refrensi, dokumen, majalah, jurnal
(43)
diteliti. Dalam penelitian ini tentunya terkait dengan peran komunitas perempuan dalam pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data. Setelah data terkumpul dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Maka akan dilakukan pengolahan, analisis, dan penafsiran. Data yang diperoleh dari lapangan tadi berupa hasil observasi dan wawancara. Kemudian peneliti akan menyederhanakan serta mengedit data tersebut agar lebih mudah dipahami. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan disusun sedemikian rupa. Kemudian data tersebut akan diinterpretasikan secara kualitatif.
Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh makna yang lebih jelas dan mendalam serta luas dan kritis sesuai dengan teori yang relevan. Pada akhirnya peneliti akan menyusunnya sebagai laporan akhir dari penelitian ini. Proses ini sudah dilakukan sejak proposal penelitian dibuat, hingga pada akhir penelitian ini, akan menjadi sebuah laporan yang memiliki ciri analisis kualitatif.
3.6. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pra Observasi √
2. Acc Penelitian √
3. Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √
(44)
5. Revisi Proposal Penelitian √
6.
Penelitian Lapangan dan Interpretasi Data
√ √ √ √ √
7. Penulisan Laporan Akhir √ √ √ √
8. Bimbingan √ √ √ √
9. Sidang Meja Hijau √
3.7. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama didalam melakukan wawancara mendalam kepada informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan dalam proses wawancara, yang disebabkan kegiatan informan yang sarat akan kesibukan. Karena informan peneliti adalah kelompok perempuan yang memiliki berbagai aktifitas domestik (rumah tangga) maupun aktifitas publik (masyarakat) yang menuntut waktu ekstra bagi mereka.
Terlepas dari permasalahan teknis penelitian dan kendala di lapangan peneliti menyadari keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan pengalaman melakukan penelitian ilmiah serta referensi buku atau jurnal yang sedikit dikuasai oleh peneliti. Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
(45)
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Desa
Desa Marindal II merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 706.87 HA. Desa Marindal II merupakan desa yang terletak di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Desa ini berjarak 7 kilometer dari Kecamatan Patumbak serta dapat ditempuh dengan waktu 15 menit jika menggunakan kendaraan bermotor sedangkan jika dari ibu kota provinsi dapat ditempuh dengan waktu 20-30 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Secara teritorial Desa Marindal II berada di jalan lintas Sumatera antara Kota Medan menuju Kabupaten Deli Serdang. Secara lebih terperinci dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Batas Wilayah. Luas
Wilayah Jumlah Penduduk Jumlah KK Batas-Batas Wilayah
767.76 Ha 10.887 Jiwa 2.634 KK
Utara : Percut Sei Tuan Selatan : Sigara-gara
Timur : Tanjung Morawa Barat : Patumbak
Kampung Sumber : Profil Desa Marindal II 2011
Desa Marindal II awalnya bernama Desa Sinurejo, Namun pada tahun 1957 desa ini berubah nama menjadi Desa Marindal II karena pada daerah ini
(46)
terdapat perkebunan milik Belanda yang bernama Marindal. Perkebunan Marindal memiliki wilayah yang cukup luas, sehingga pada saat itu Desa Marindal dibagi menjadi dua wilayah yaitu Desa Marindal I dan Desa Marindal II. Pada awalnya masyarakat yang tinggal dan menetap di desa ini merupakan para karyawan perkebunan Marindal. Namun sejak Hak Guna Usaha (HGU No.20 Tahun 2000) telah diberlakukan, kemudian perkebunan ini tidak lagi beroperasi. Sehingga masyarakat yang tadinya terdiri dari para karyawan perkebunan mulai pindah ke daerah lain. Sejak saat itu Desa Marindal mulai kedatangan penduduk yang berasal dari luar desa dan terdiri dari berbagai latar belakang profesi. Kedatangan mereka bukan hanya sekedar untuk bertransmigrasi namun juga untuk mencari kehidupan baru yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan daerah asalnya yang kurang memberikan kehidupan yang layak bagi para warganya. Kemudian lambat laun para pendatang tadi mulai bertambah sampai pada saat ini menjadi penduduk tetap di Desa Marindal II.
Pada awalnya ketika desa ini terbentuk, desa ini juga tidak memiliki kantor desa. Sehingga pada saat itu orang-orang yang pernah menjabat sebagai kepala desa tidak memiliki kantor guna menunjang kegiatan serta program-program yang akan dijalankan. Dengan demikian segala urusan yang berkaitan dengan administrasi kependudukan dilakukan secara langsung di rumah kepala desa itu sendiri. Sehingga pola intraksi yang terbangun antara kepala desa dengan warganya terjalin secara langsung dan tanpa perantara. Berikut merupakan nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
(47)
2. Bapak Sapon AS menjabat mulai tahun 1967 - 2000.
3. Bapak Nazaruddin menjabat sementara mulai Juli 2000 - Januari 2001.
4. Bapak Suriadi menjabat mulai Tahun Februari 2001 - September 2001.
5. Bapak Rambe menjabat sementara mulai Oktober 2001 - 2002. 6. Bapak Sukri Yunus Menjabat mulai 2003 sampai sekarang.
Sedangkan pemerintah/perangkat desa yang tercatat dalam profil Desa Marindal II pada tahun 2011 secara lebih rinci dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Pemerintahan/Perangkat Desa
Pejabat Nama Alamat
Camat Faisal Arif Nst. M.Si Jl. Besar Sigara-gara Kepala Desa Sukri Yunus JL.Balai Desa Marindal
-II
Sekr. Desa Jumpri Sucipto JL.Balai Desa Marindal -II
Kaur Pemerintahan Jufri Antono JL.Balai Desa Marindal -II
Kaur Umum Suwito JL.Balai Desa Marindal
-II
Kaur Pembangunan Hadi Mainur JL.Balai Desa Marindal -II
(48)
4.1.2. Komposisi Penduduk
4.1.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tercatat pada tahun 2011 memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.757 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.254 orang. Desa Marindal II memiliki penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 5.586 (47,51%). Sedangkan penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 6.171 (52,48%). Dusun II Desa Marindal II menyumbang penduduk terbanyak yaitu 2.750 (23,39%). Secara lebih terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 Nama
Dusun
Penduduk Laki-laki
Penduduk Perempuan
Jumlah Laki-laki + Perempuan
Jumlah KK
Dusun I 289 320 609 150
Dusun II 1000 1750 2750 700
Dusun III 894 893 1787 367
Dusun IV 700 580 1280 500
Dusun V 400 518 918 200
Dusun VI 734 787 1521 378
Dusun VII 837 754 1595 407
Dusun VIII 432 465 897 278
Dusun IX 300 100 400 278
JUMLAH 5586 6171 11757 3254
(49)
4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya, Desa Marindal II merupakan desa yang memiliki lulusan SMA terbanyak yaitu 2.518 orang (34.66%), lulusan SMP sebanyak 2.305 orang (31,73%), dan lulusan SD sebanyak 1.435 orang (19,75%). Namun yang cukup memprihatinkan adalah masih adanya jumlah anak yang tidak tamat atau putus sekolah yaitu sebanyak 831 orang (11,43%), serta masih adanya masyarakat yang buta aksara yaitu sebanyak 40 orang (0,55%). Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan mengingat di Desa Marindal II masih terdapat kelompok masyarakat yang buta huruf. Secara lebih terperinci dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 Pendidikan Masyarakat DSN I DSN II DSN III DSN IV DSN V DSN VI DSN VII DSN VIII DSN
IX Jumlah
S2 2 4 3 2 1 - 1 3 3 19
S1 4 12 5 9 2 2 6 2 7 49
D3/Sarjana 8 7 15 4 2 5 16 5 5 67
SMA 40 525 400 300 113 350 400 40 350 2518
SMP 30 300 260 350 85 400 600 30 250 2305
SD 50 225 180 225 45 250 300 10 150 1435
Tidak
Tamat 40 372 70 89 15 50 40 5 150 831
Buta Aksara 2 8 7 5 3 6 3 3 3 40
Sumber : Profil Desa Marindal II 2011 4.1.3. Mata Pencaharian
Dari tabel dibawah ini menunjukkan bahwa penduduk Desa Marindal II mata pencahariannya adalah mayoritas petani sebanyak 39,01% karena dahulu Desa Marindal II merupakan bekas lahan perkebunan yang beralih fungsi menjadi
(50)
lahan pertanian sejak perkebunan milik Belanda telah habis kontraknya di wilayah tersebut. Berkurangnya lahan pertanian di wilayah pedesaan juga mengakibatkan para petani harus beralih profesi, bahkan mengakibatkan munculnya pengangguran. Selain itu penduduk di Desa Marindal II juga memiliki mata pencaharian sebagi pekerja bangunan sebanyak 24,41%. Minimnya pengetahuan yang mereka miliki juga menyebabkan mereka memiliki mata pencaharian sesuai dengan batas kemampuan yang mereka miliki saja, seperti pedagang sebanyak 23,63%. Selain sebagai petani, pekerja bangunan dan pedagang mata pencaharian lain penduduk Desa Marindal II adalah supir sebanyak 16,27%, tukang becak sebanyak 13,76%, PNS sebanyak 3,29%, TNI sebanyak 1,79%, dan POLRI sebanyak 1,43%.
Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Marindal II Pekerjaan DSN
I DSN II DSN III DSN IV DSN V DSN VI DSN VII DSN VIII DSN
IX Jumlah
PNS 2 5 6 5 12 6 7 7 5 55
TNI - 13 4 5 3 - 2 - 3 30
POLRI 2 9 - 4 2 2 2 2 1 24
Petani 8 7 3 17 - 200 400 2 15 652
Pedagang 10 53 30 83 19 50 85 15 50 395
Supir 10 17 20 56 11 100 40 2 16 272
Tukang
Becak 10 18 20 44 6 100 15 2 15 230
Pengusaha - 5 1 - 3 0 2 - 2 13
Nelayan - - - - 0 - - -
Pekerja
Bangunan 20 36 50 27 25 200 25 10 15 408
Penambang - - - -
(51)
Sumber : Profil Desa Marindal II 2011 4.1.4. Kondisi Sosial Budaya
Desa Marindal II merupakan salah satu desa dengan penduduk yang memiliki keberagaman. Dapat dilihat dari jumlah penduduknya sebanyak 10.489 orang atau sekitar 89.22% mayoritas agama penduduk Desa Marindal II adalah beragama islam. Sedangkan agama lain yang dianut oleh penduduk Desa Marindal II adalah Kristen Protestan sebanyak 1.034 orang atau 8.80% dan Kristen Katolik sebanyak 234 orang atau 1.99%.
Tabel 4.6 Agama Penduduk Desa Marindal II
No Agama Jumlah
1 Islam 10489
2 Kristen Protestan 1034
3 Kristen Katolik 234
Sumber : Profil Desa Marindal II 2011
Desa Marindal II juga memiliki penduduk yang multi etnis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduknya yang mayoritas adalah suku jawa sebanyak 9.792 orang atau 83.29%. Kemudian di ikuti suku lainnya seperti Suku batak toba, Mandailing, Karo, Simalungun, Melayu, dan Suku Minang. Suku Batak Toba ada sebanyak 585 orang atau 4.98%. Sedangkan Suku Mandailing sebanyak 535 orang atau 4.55%. Sedangkan Suku Karo sebanyak 301 orang atau 2.56%. Suku Simalungun ada sebanyak 255 orang atau 2.17%, kemudian Suku Melayu ada sebanyak 72 orang atau 0.61% dan Suku Minang ada sebanyak 64 orang atau 0.55% serta suku lain-lain yang menjadi suku penduduk desa setempat ada sebanyak 153 orang atau 1.3%.
(52)
Tabel 4.7 Etnis di Desa Marindal II
No Suku Jumlah
1 Jawa 9792
2 Batak toba 585
3 Mandailing 535
4 Karo 301
5 Simalungun 255
6 Melayu 72
7 Minang 64
8 Lain-lain 153
Sumber : Profil Desa Marindal II 2011
4.1.5. Sarana dan Prasarana
Desa Marindal II memiliki sarana maupun prasarana infrastruktur yang dapat menunjang aktifitas penduduknya. Antara lain, di Dusun I Desa Marindal II memiliki 1 rumah ibadah. Sedangkan di Dusun II Desa Marindal II memiiki 2 unit jembatan dan 3 rumah ibadah. Dusun II hanya memiliki 1 unit jembatan saja, sedangkan Desa Marindal IV memiliki 4 gedung pemerintah dan 2 rumah ibadah. Dusun VI sendiri hanya memiliki 1 gedung pemerintah, 6 rumah ibadah dan 300 m Drainase/Parit. Dusun VII memiliki 4 rumah ibadah dan di dusun VIII memiliki 3 rumah ibadah. Sedangkan di dusun IX hanya memiliki 3 rumah ibadah dan 1 rumah sakit/PUSTU.
Tabel 4.8 Fasilitas Bangunan di Desa Marindal II Hasil Bangunan DSN I DSN II DSN III DSN IV DSN V DSN VI DSN VII DSN VIII DSN IX
Jalan Negara - - - -
Jalan Provinsi - - - -
(53)
JL.Kec/Desa - - - - JL.Lingkungan - 2
KM
350 M
- - - -
Jembatan - 2
Unit 1Uni t - - - - Gedung Pemerintahan
- - - 4 - 1 - - -
Sekolah - - - -
Rumah Ibadah 1 3 2 6 4 3 3
Rumah Sakit/PUSTU
- - - 1
Drainase/Parit - - - 300
M
- - -
Fasilitas Umum/Sosial
- - - -
Sumber : Profil Desa Marindal II 2011
Desa Marindal II juga memiliki sarana ibadah bagi para penduduknya. Salah satu tempat ibadah bagi umat islam adalah mesjid. Hanya beberapa tempat ibadah saja yang terletak pada Desa Marindal II. Seperti di Dusun I Desa Marindal II yang memiliki satu mesjid yang bernama Mesjid Al-Ikhlas. Mesjid ini sebagai salah satu tempat ibadah bagi para penduduk setempat. Mesjid tersebut memiliki satu pengurus yang bernama Bapak Hatta Siregar. Beliaulah yang merawat, menata, dan mengajak para penduduk setempat untuk senantiasa menjaga mesjid tersebut menjadi sarana ibadah yang nyaman. Begitu juga di Dusun II Desa Marindal II memiliki satu mesjid yang bernama Mesjid Sya’ban. Pengurus dari mesjid ini adalah Bapak Legiran. Sedangkan di Dusun II Kampung Baru Desa Marindal II juga memiliki sarana tempat ibadah bagi umat Islam. Mesjid tersebut bernama mesjid At-Taqwa. Mesjid tersebut memiliki pengurus
(54)
mesjid yang bernama Bapak Marwan. Kemudian Dusun II Pondok Nusantara Desa Marindal II juga memiliki mesjid yang bernama Mesjid Al-Muhajirin, dan yang menjadi pengurus mesjid tersebut adalah Bapak Ir. H. Paimal Rifai Koto.
Sedangkan di Pasar IV Dusun VII Desa Marindal II hanya memiliki musholah sebagai sarana ibadah umat islam bagi penduduk setempat. Musholah tersebut bernama Musholah Darul Ummah, dan yang menjadi pengurus dari musholah tersebut adalah bapak Sukimin. Di tempat lain, seperti di Pasar IV Dusun VI Desa Marindal II hanya memiliki satu mesjid yang bernama Mesjid Al-Mustaqim. Dan yang menjadi pengurus mesjid tersebut adalah Bapak Muksin. Seperti halnya, di Pasar IV Dusun VII Desa Marindal II hanya memiliki musholah yang tidak jauh berbeda dengan Pondok 9 Dusun VI Marindal II yang hanya memiliki musholah yang bernama musholah Al-Ikhlas, dan yang menjadi pengurus musholah Al-Ikhlas adalah Bapak Syahrudin. Tidak jauh berbeda dengan dusun-dusun lainnya, jalan Nusa Indah Marindal juga memiliki satu mesjid yang bernama Mesjid Ar-Rahman, dan yang menjadi pengurus mesjid tersebut adalah Bapak Harun Ritonga.
Tabel 4.9 Fasilitas Rumah Ibadah/Mesjid di Desa Marindal II
NO NAMA MESJID ALAMAT PENGURUS
1 MESJID AL-IKHLAS Dusun-I Desa Marindal-II Hatta Siregar 2 MESJID SYA’BAN Dusun-II Desa Marindal-II Legiran 3 MESJID AT-TAQWA Dusun-II Kamp.Baru Desa Marindal-II Marwan 4 MESJID
AL-MUHAJIRIN
Dusun-II Pdk. Nusantara Desa Marindal-II
Ir. H. Paimal Rifai Koto
5 MUSOLLAH DARUL
UMMAH Pasar IV Dusun VII- Desa Marindal-II Sukimin 6 MESJID
(55)
7 MUSOLLAH AL-
IKHLAS Pondok 9 Dusun VI Marindal-II Syahrudin
8 MESJID AR-RAHMAN Jl Nusa Indah Desa Marindal-II Harun Ritonga Sumber : Profil Desa Marindal II 2011
Desa Marindal II juga memiliki tempat ibadah untuk penduduknya yang beragama Kristen, dan tempat ibadah tersebut terletak dibeberapa tempat seperti di Dusun VIII terletak sebanyak tiga gereja bagi Umat Kristen yang pertama gereja tersebut diberi nama G.P.P (Gereja Persekutuan Protestan), dan yang menjadi pengurus dari gereja tersebut adalah ibu L. Br Naibaho. Kemudian, gereja selanjutnya bernama G.O.G (Gereja Okumene Golkoni, dan yang menjadi gereja tersebut adalah Bapak G. Ginting, serta gereja yang terakhir adalah bernama G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia), yang menjadi pengurus gereja adalah Bapak M.Pasaribu. Selanjutnya di Dusun IX Desa Marindal II juga memiliki tiga gereja seperti Dusun VIII. Gereja yang ada di Dusun IX bernama G.S.J.A (Gereja Sidang Jema’at Allah) dan yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak J. Marbun. Kemudian gereja selanjutnya bernama G.P.D.I (Gereja Protestan Di Indonesia), yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak J. Nainggolan. Gereja terakhir adalah bernama G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia) dan Bapak S.Siburian yang menjadi pengurus gereja tersebut hingga kini.
Kemudian di Dusun VI memiliki empat gereja. Dusun tersebut memiliki paling banyak gereja dibanding dusun-dusun lainnya. Pertama, G. S. J. A (Gereja Sidang Jema’at Allah), yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak F. Hutabarat. Kemudian G. P. D. I (Gereja Protestan Di Indonesia), yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak M. Nainggolan. Gereja selanjutnya adalah
(56)
G. K. L. I, dan Bapak Aladin Sitio yang menjadi pengurus gereja tersebut, dan yang terakhir adalah G. P. I (Gereja Penta Kosta Indonesia), yang menjadi pengurus gereja adalah Bapak M. Tambunan. Terakhir adalah Dusun VII Desa Marindal II yang memiliki gereja paling sedikit dibanding dusun-dusun lainnya. Gereja yang terdapat di Dusun VII adalah H. K. B. P (Huria Kristen Batak Protestan), yang menjadi pengurus gereja tersebut adalah Bapak Silitonga, dan G. B. I (Gereja Bettel Indonesia), dan Bapak Nainggolan yang menjadi pengurus gereja tersebut.
Tabel 4.10 Fasilitas Rumah Ibadah/Gereja di Desa Marindal II N
O NAMA GEREJA ALAMAT PENGURUS
1 G.P.P (Gereja Persekutuan Protestan) Dusun-VIII Desa
Marindal-II L.Br Naibaho
2 G.O.G (Gereja Okumene Golkoin) Dusun-VIII Desa
Marindal-II G.Ginting
3 G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia)
Dusun-VIII Desa
Marindal-II M.Pasaribu
4 G.S.J.A (Gereja Sidang Jema’at
Allah) Dusun-IX Desa Marindal-II J.Marbun
5 G.P.D.I (Gereja Protestan Di
Indonesia) Dusun-IX Desa Marindal-II J.Nainggolan
6 G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia) Dusun-IX Desa Marindal-II S.Siburian 7 G.S.J.A (Gereja Sidang Jema’at
Allah) Dusun-VI Desa Marindal-II F.Hutabarat
8 G.P.D.I (Gereja Protestan Di
Indonesia) Dusun-VI Desa Marindal-II M.Nainggolan
9 G.K.L.I Dusun-VI Desa Marindal-II Aladin Sitio
10 G.P.I (Gereja Penta Kosta Indonesia) Dusun-VI Desa Marindal-II M.Tambunan 11 H.K.B.P (Huria Kristen Batak
Protestan) Dusun-VII Desa Marindal-II Silitonga
12 G.B.I (Gereja Bettel Indonesia) Dusun-VII Desa Marindal-II Nainggolan Sumber : Profil Desa Marindal II 2011
(57)
4.2. Profil Serikat Perempuan Independen
4.2.1. Serikat Perempuan Independen Deli Serdang
4.2.1.1. Latar Belakang Berdirinya Serikat Perempuan Independen
Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Deli Serdang berdiri sejak tahun 2004 yang dibentuk oleh LSM Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI). Sehingga Serikat Perempuan Independen (SPI) Deli Serdang merupakan salah satu serikat anggota dari HAPSARI yang berada di kabupaten Deli Serdang. Berdirinya SPI adalah hasil kerja pengorganisasian kelompok-kelompok perempuan desa yang dilakukan HAPSARI sejak tahun 1999. Pada awalnya, wilayah kerja dan keanggotaan mencakup wilayah Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Namun, setelah pemekaran kabupaten, Deli Serdang dan Serdang Bedagai, komunitas SPI terpisah menjadi dua serikat. Secara legal formal, SPI Deli Serdang kemudian berbadan hukum dalam bentuk perkumpulan atau komunitas pada tanggal 12 juni 2008.
Latar belakang berdirinya komunitas tersebut karena adanya realitas sosial yang terbangun sejak dulu dalam paradigma masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari kuatnya budaya yang mengagungkan laki-laki dan menganggap perempuan lebih rendah. Hal tersebut tertanam begitu kuat ditengah masyarakat terutama di wilayah pedesaan. Ini menyebabkan terjadinya ketidakadilan terhadap perempuan. Pandangan dalam masyarakat tentang tidak pentingnya hak-hak perempuan baik secara sosial, ekonomi, budaya, dan hukum juga mengakibatkan banyak kaum perempuan yang tidak mendapatkan perlakuan dan hak yang sama dengan laki-laki sebagai manusia. Sehingga perempuan yang mempunyai kegiatan diluar rumah dianggap negatif, misalnya dianggap perempuan yang ingin memberontak,
(58)
ingin menyaingi laki-laki, sok pintar, sok maju bahkan dituduh ingin perang melawan laki-laki. Semua ini sangat menghambat kemajuan kaum perempuan, menghambat kaum perempuan untuk berkarya memajukan keluarga, memajukan desa dan memajukan bangsa.
Pada era modernisasi dan globalisasi seolah memberi sebuah harapan baru bagi kaum perempuan. Perkembangan teknologi dan informasi menuntut berbagai kaum perempuan untuk lebih memiliki wawasan yang luas, sehingga hal tersebut melahirkan harapan baru bagi para kaum perempuan. Melalui perkembangan teknologi, kaum perempuan dapat mengampanyekan hak-hak mereka sebagai kaum perempuan. Tuntutan ekonomi di era modernisasi juga menuntut kaum perempuan untuk dapat bekerja di sektor publik dalam usahanya membantu suami sebagai kepala keluarga. Sehingga dengan adanya keterbukaan tersebut memberi peluang yang sangat besar bagi kaum perempuan untuk mampu bersaing dengan kaum laki-laki. Hal inilah yang memicu munculnya berbagai aktifitas kaum perempuan dalam sebuah wadah yang berbentuk komunitas dalam rangka menyuarakan hak-hak kaum perempuan.
Oleh karena itu dengan penuh semangat persaudaraan sesama perempuan, sekelompok perempuan pedesaan dari wilayah Kabupaten Deli Serdang, membentuk sebuah organisasi massa permpuan dengan nama Serikat Perempuan Independen (SPI) Deli Serdang yang beranggotakan individu-individu perempuan desa dan dari berbagai kalangan seperti petani, buruh perkebunan, nelayan, pedagang kecil yang terpinggirkan secara ekonomi, politik, hukum, pendidikan, sosial, dan budaya.
(1)
kolosal atau berkelompok. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan
penyuluhan kepada kelompok ibu-ibu PKK Desa Marindal II. Cara lain
yang digunakan dalam merekrut anggotanya adalah dengan pendekatan
individual. Dimana para anggota yang telah tergabung dalam komunitas
Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II mengajak saudara,
teman, dan tetangganya untuk bergabung dalam komunitas tersebut.
4. Program dan jenis pemberdayaan di bidang sosial yang telah dilakukan
oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II
sampai pada saat ini antara lain, peningkatan pengetahuan dan kesadaran
perempuan terhadap kesehatan, membangun rasa solidaritas sesama
perempuan melalui perwiridan, peningkatan kepedulian perempuan dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit masyarakat seperti Judi
dan Narkoba.
5. Program dan jenis pemberdayaan di bidang ekonomi yang telah dilakukan
oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II
sampai pada saat ini antara lain, upaya peningkatan ekonomi keluarga
melalui kegiatan arisan, meningkatkan posisi tawar perempuan melalui
pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi usaha mikro bagi perempuan
melalui koperasi credit union.
6. Keberhasilan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas
Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II tidak terlepas dari
peran budaya lokal dalam membangun masyarakat di desa tersebut,
adanya kesadaran yang terbangun pada diri para anggotanya untuk
(2)
human relation yang terjalin diantara para anggotanya dalam bentuk
hubungan persaudaraan sesama perempuan. Dari jenis dan program
pemberdayaan sosial yang dilakukan, manfaat yang didapat para
anggotanya antara lain, perubahan pola pikir, perkembangan pengetahuan,
ikatan solidaritas, serta memperluas jaringan persaudaraan antar sesama
perempuan. Sedangkan dari jenis dan program pemberdayaan ekonomi
yang dilakukan manfaat yang didapat para anggotanya antara lain, seperti
penguatan ekonomi serta peningkatan posisi tawar (skill dan keterampilan)
para anggotanya sebelum masuk pada peran publik.
7. Faktor pendukung kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas
Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa Marindal II tidak terlepas dari
faktor sosial seperti adanya kesadaran perempuan untuk melakukan
perubahan dalam kehidupan sosialnya, rasa solidaritas yang terbangun
diantara sesama anggota, dukungan dari suami serta jaringan sosial yang
terbentuk dalam aktifitas pemberdayaan. Sedangkan faktor ekonomi yang
mendorong aktifitas pemberdayaan yang dilakukan yaitu masalah
kemiskinan yang dialami masyarakat desa sehingga memberikan suatu
motivasi dan keinginan para anggota untuk melakukan perubahan dalam
meningkatkan kehidupan ekonominya.
8. Kendala yang dihadapi oleh komunitas Serikat Perempuan Independen
(SPI) Desa Marindal II dalam melakukan kegiatan pemberdayaan antara
lain berupa kendala internal seperti, budaya patriarki yang masih melekat
dalam kehidupan masyarakat desa, serta kurangnya kesadaran dan
(3)
Sedangkan yang menjadi kendala ekternal dalam kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan oleh komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) Desa
Marindal II adalah adanya stereo negatif yang terbangun dikalangan
masyarakat terhadap aktifitas pemberdayaan yang dilakukan, serta kurang
dukungan modal kapital yang memadai dalam aktifitas pemberdayaan.
5.2. Saran
1. Dalam melakukan berbagai aktifitas pemberdayaan sebaiknya komunitas
SPI Desa Marindal II meningkatkan komunikasi secara intensif diantara
para pengurus maupun anggota. Sehingga kegiatan maupun program yang
akan dilakukan dapat dipahami manfaatnya bagi kehidupan sosial maupun
ekonomi para anggotanya. Dalam hal ini dibutuhkan peran ketua sebagai
pemimpin dari komunitas tersebut
2. Sebelum menjalankan suatu kegiatan maupun program pemberdayaan
perlu dilakukannya penyadaran terlebih dahulu kepada para anggota
melalui pendekatan individual, sehingga dengan terciptanya kesadaran hati
para anggota nantinya dapat turut dalam aktifitas pemberdayaan.
3. Dalam menangani masalah sarana dan prasarana maupun biaya yang
dikeluarkan dalam melakukan aktifitas pemberdayaan komunitas SPI perlu
meningkatkan pola jaringan kerjasama dengan berbagai pihak seperti
lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintahan yang fokus dalam
menangani masalah kemiskinan dan pemberdayaan sosial maupun
ekonomi. Sehingga setiap program yang akan dilakukan dapat berjalan
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Afiatin, Tina. 2008. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program Aji. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
BPS, 2012.Berita Resmi Statistik:Profil Kemiskinan Di Indonesia September
2012, No.45/07/Th. XIV, 1 Januari 2013, Jakarta:BPS Indonesia.
BPS,2010.Hasil Sensus Penduduk 2010: Provinsi Sumatera Utara, Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Damsar.2002.Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Daulay, Harmona. 2007. Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press.
Danar Santi. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktek. Jakarta:PT. INDEKS
Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender & Transformasi Sosial.Yogyakarta: PustakaPelajar.
Fukuyama, Francis. 2002. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Ife, Jim & Frank Tesoriero. 2006. Community development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Terjemahan oleh
Sastrawan Manullang, Nurul Yakin, M.Nursyahid. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jayadinata, Johara T. & Pramandika I.G.P. 2006.
Pembangunan Desa Dalam Perencanaan.Bandung: Penerbit ITB.
Listiani, dkk. 2002. Gender & Komunitas Perempuan Pedesaan: Kondisi Nyata
(5)
Meleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya.
Mosse, Julia Cleves. 1993. Gender & Pembangunan. Terjemahan oleh Hartian Silawati.2002. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Notoatdmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Partomo, Titik Sartika.2009. Ekonomi koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Santi, Danar. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Antara Teori dan Praktek. Jakarta:PT. INDEKS
Scharf, Betty R. 2004. Sosiologi Agama. Jakarta : Kencana
Soetomo. 2010. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta PT. Raja Grafindo.
Suharto, Edi . 2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji
Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, kamanto. 2003 Pengantar Sosiologi. Jakarta: Indonesian University Press.
Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tukiran, Pande M.Kutanegara, Agus Joko Pitoyo dan M.Syahbudin Latief. (Eds) 2007. Sumber Daya Manusia: Tantangan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumber Online
Supartiningsih. 2003. Peran Ganda Perempuan, sebuah analisis filosofis kritis,
(Online), Vol.33, N
(6)
Situmorang, Chazali H. Penanganan Masalah Kemiskinan Di Sumatera Utara, (Online)
---,2012.
Diakses 17 Februari 2012 pukul 12.30)
http://hapsarisumut.wordpress.com/tag/feminisme,
10 Januari 2012 pukul 20.15 wib.
(Online). Diakses
---(Online) Diakses 19 Maret 2012 pukul 12.15 wib)