d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum. e.
Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
f. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh
badan publik atau umum masyarakat. g.
Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan. Menurut Wijaya 2014:11 bentuk korupsi dikelompokkan menjadi tiga
yaitu:
a. Pengkhianatan kepercayaan
betrayal of trust.
Pengkhianatan kepercayaan adalah bentuk korupsi paling sederhana. Semua orang yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan atau amanat yang
diterima adalah koruptor.
b. Penyalahgunaan kepercayaan
abuse of power.
Penyalahgunaan kepercayaan adalah bentuk korupsi di tingkat menengah. Penyalahgunaan ini ialah segala bentuk penyimpangan yang dilakukan melalui
struktur kekuasaan, baik di tingkat negara maupun lembaga struktural lain termasuk lembaga pendidikan, tanpa memperoleh keuntungan materi.
c. Penyalahgunaan kekuasaan agar bisa memperoleh keuntungan materi
material benefit.
Penyimpangan kekuasaan dilakukan untuk memperoleh keuntungan materi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Korupsi di tingkat ini merupakan
korupsi paling membahayakan karena kekuasaan dan keuntungan materi.
2.1.1.3 Faktor Penyebab Korupsi
Faktor-faktor penyebab korupsi menurut Hartanti 2007:11 adalah sebagai berikut:
a. Lemahnya pendidikan agama dan etika.
b. Kolonialisme.
c. Kurangnya pendidikan.
d. Kemiskinan.
e. Tidak adanya sanksi yang keras.
f. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi.
g. Struktur pemerintahan.
h. Perubahan radikal.
i. Keadaan masyarakat.
Menurut Alatas dalam Mukodi Burhanuddin 2014 : 39, faktor-faktor penyebab korupsi di sebuah bangsa adalah sebagai berikut:
a. Ketiadaan atau klemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang
mampu memberian ilham daan tingkah laku yang menjinakan korupsi. b.
Kelemahan pengajaran agama dan etika. c.
Kolonialisme, suatu pemerintah asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
d. Kurangnya pendidikan.
e. Kemisikinan.
f. Tiadanya tindakan hokum yang keras.
g. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.
h. Struktur pemerintahan.
i. Perubahan radikal, takala suatu sistem nilai mengalami perubahan radikal,
korupsi muncul sebagai suatu penyakit trasisional. j.
Keadaan masyarakat, korupsi dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminnan keadaan masyarakat keseluruhan.
Berdasarkan beberapa faktor penyebab korupsi tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum faktor penyebab korupsi yang dapat dipelajari dan dihindari
oleh siswa untuk mencegah tindakan yang koruptif diantaranya adalah 1 kurangnya pendidikan, agama dan etika, 2 keadaan lingkungan masyarakat, dan 3
tidak ada sanksi yang tegas.
2.1.2 Pendidikan
2.1.2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan Syarbini Arbain, 2014:3. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia berperan aktif dalam proses pelaksanaannya. Ia
bertanggungjawab sebagai perencana, pelaksana sekaligus pihak yang mengawasi dan mengevaluasi proses pendidikan tersebut. Dan sebagai objek, manusia menjadi
sasaran dari pendidikan itu sendiri Mukodi Burhanuddin, 2014:109-110. Menurut Basri dalam Tatang, 2012:14 pendidikan adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia
mencapai kualitas diri yang lebih baik. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan adalah usaha
yang dilakukan untuk membina dan membimbing dalam rangka membentuk sikap dan tingkah laku dan menggali potensi-potensi yang dimiliki seseorang agar
mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
2.1.2.2 Tujuan Pendidikan
Menurut Al-Abrasyi dalam Tatang, 2012:66 tujuan umum pendidikan bukan hanya meningkatan intelektualitas anak didik dengan berbagai ilmu
pengetahuan, melainkan juga meningkatkan sikap mental atau akhlak anak didik, yaitu akhlak yang mulia. Mendidik akhlak dan jiwa siswa, menananmkan rasa
keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Oleh karena itu,
tujuan pokok dan terutama dari pendidikan ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Pendidikan bertujuan mewujudkan manusia yang beriman,
bertakwa, cerdas, sehat jasmani dan rohani, memilii keterampilan memadai, berakhlak mulia, memiliki kesadaran yang tinggi dan selalu intropeksi diri, tanggap
terhadap persoalan, mampu memecahkan masalah dengan baik dan rasional, dan memiliki masa depan yang cerah, baik di dunia maupun di akhirat Tatang,
2012:67.
2.1.2.3 Kegunaan Pendidikan
Menurut Syafe’I dalam Tatang, 2012:58 kegunaan ilmu pendidikan adalah kemaslahatan. Kemaslahatan yang dimaksud dalam pendidikan adalah tercapainya
tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa, atau manusia yang berakal budi luhur. Pendidikan memiliki kegunaan yang sangat
berarti bagi manusia. Dengan pendidikan, hidup manusia akan terpelihara, akal senantiasa dibina dengan baik, kehidupan keluarga dan keturunan akan dipertebal
keimanannya, bahkan dengan akhlak anak didik yang muliah, masa depan bangsa akan cerah.
2.1.3 Anti korupsi
2.1.3.1 Pengertian Anti korupsi
Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan kata lain
gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu manusia dan sistem untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif Tim Penulis
Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:144-145.
Anti korupsi merupakan sifat tidak setuju, tidak suka dan tidak senang terhadap tindakan korupsi. Anti korupsi merupakan sikap yang dapat mencegah dan
menghilangkan bagi berkembangnya korupsi Syarbini Arbain, 2014:6. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anti korupsi adalah
upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghilangkan perilaku koruptif dengan cara menumbuhkan sikap tidak setuju, tidak suka dan tidak senang terhadap
berkembangnya korupsi.
2.1.3.2 Nilai – nilai anti korupsi
Nilai-nilai dasar anti korupsi ada 9 yaitu kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan.
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
b. Kepedulian
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Kemandirian
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang
dimiliki seseorang
memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang
pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Kedisiplinan