C. DINAMIKA  HUBUNGAN  ANTARA  SELF  MONITORING  DAN
CUSTOMER ORIENTATION
Menurut  Eppler  dalam  Noor,  200t5  Self  monitoring  berkenaan  dengan konstruk psikologi sosial yang berhubungan dengan kecendrungan seseorang
untuk  mengatur  regulated  self  presentationnya.  Self  monitoring  sendiri didefinisikan  oleh  Synder    Gangested  1986  sebagai  tingkatan  individu
dalam  mengatur  perilakunya  berdasarkan  situasi  eksternal  dan  reaksi  orang lain  high  self  monitoring  atau  atas  dasar  faktor  internal  seperti  keyakinan,
sikap, dan minat low self monitoring. Individu  yang  self  monitoring-nya  tinggi  akan  lebih  cepat  untuk
mempelajari apa yang menjadi tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya sesuai  dengan  situasi  dan  kondisi  di  lingkungan  kerjanya.  Individu  yang
memiliki  self  monitoring  tinggi  akan  senantiasa  menunjukkan  kinerja  yang baik, dengan harapan apabila dirinya mampu bekerja sesuai dengan tuntutan
dari  lingkungan  kerja  maka  dirinya  akan  mendapat  citra  diri  yang  positif  di mata  orang  lain  sehingga  lingkungan  kerja  pun  dapat  menerima  dirinya
dengan baik Synder, 1974. Sebaliknya,  individu  dengan  self  monitoring  rendah  cenderung  untuk
lebih mempercayai informasi dan petunjuk-petunjuk yang berasal dari dalam dirinya  sebagai  pedoman  dalam  bekerja  tanpa  memperhatikan  apa  yang
menjadi  tuntutan  bagi  dirinya.  Individu  dengan  self  monitoring  rendah cenderung  akan  berperilaku  sama  terhadap  semua  situasi    Keadaan  ini  tentu
saja menyebabkan karyawan tersebut kurang dapat menunjukkan kinerja yang optimal Synder, 1974.
Self monitoring sebagai konsep kepribadian sering dikaitkan dengan penelitian- penelitian  yang  berkaitan  dengan  pemberian  jasa.  Salah  satunya  dikaitkan  dengan
customer orientation Noor, 2005.  Penelitian yang  dilakukan  oleh Eppler dalam Noor, 2005 pada sejumlah sales di Malaysia memberikan hasil bahwa ada hubungan
yang positif antara self monitoring dan customer orientation.
Penelitian  dilakukan  oleh  Eppler,  dkk  dalam  Noor,  2005  yang menunjukkan  bahwa  seseorang  dengan  self  monitoring  yang  tinggi,  mampu
meningkatkan  kemampuannya  untuk  membaca  situasi  penjualan  dengan memodifikasi perilaku agar sesuai dengan harapan pelanggan. Penelitian yang
sama  juga  dilakukan  oleh  Spiro  dan  Weitz  1990  menyatakan  bahwa salesman  dengan  trait  self  monitoring  tinggi  memiliki  peluang  lebih  besar
untuk  membangun  hubungan  dengan  pelanggan  daripada  salesman  yang memiliki trait self monitoring rendah.
Saxe  dan  Weitz  1982  menyebutkan  bahwa  orientasi  pelanggan mencerminkan  kesediaan  karyawan  untuk  memenuhi  kebutuhan  konsumen
dan  tidak  hanya  fokus  pada  peningkatan  volume  penjualan  secara keseluruhan.
Karyawan dengan
orientasi pelanggan
yang tinggi
mengeluarkan  lebih  banyak  waktu  dan  usaha  untuk  memenuhi  kebutuhan pelanggan.  Hoffman  dan  Ingram  1992  juga  mengatakan  bahwa  karyawan
yang  berorientasi  kepada  pelanggan  akan  mengarahkan  seluruh  perilakunya untuk  menciptakan  kepuasan  pelanggan  dan  mempertahankan  hubungan
jangka panjang.
Jika  dihubungkan  antara  self  monitoring  dengan  customer  orientation, tampak  bahwa  seseorang  dengan  self  monitoring  tinggi  memiliki
kecenderungan lebih baik untuk berorientasi kepada pelanggan dibandingkan seseorang dengan self monitoring rendah Noor  Muhammad, 2005. Hal ini
membuat  karyawan  dengan  kemampuan  self  monitoring  tinggi  mampu mengubah  perilakunya  sesuai  dengan  tuntutan  lingkungan  sekitarnya  dan
menyebabkan  karyawan  tersebut  bertahan  dalam  tuntutan  pekerjaannya selanjutnya  karyawan  dengan  self  monitoring  tinggi  akan  menampilkan
kinerja  yang  baik  dengan  cara  memberikan  informasi  secara  tepat  kepada pelanggan  sehingga  pelanggan  mendapatkan  kepuasan  dari  pelayanan  yang
diberikan oleh karyawan.