Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
152
f. Studi Etnografi Batak
Orang Batak adalah sebutan yang diberikan kepada orang yang menurut pandangan mereka sendiri adalah orang Tapanuli. Suku bangsa
Batak terdiri dari beberapa sub suku, yaitu Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola dan Batak Mandailing. Suku
bangsa Batak memiliki satu nenek moyang yang sama, yang disebut dengan si Raja Batak. Suku bangsa Tapanuli mendiami daerah
pengunungan Sumatera Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan dengan Riau dan Sumatera Barat di
sebelah selatan. Ada juga orang Tapanuli yang mendiami tanah datar yang berada di antara daerah pengunungan dengan pantai Timur Sumatera
Utara dan pantai barat Sumatera Utara. Semua wilayah yang digambarkan di atas dikenal dengan nama dataran tinggi Karo, Langkat
Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Tanah-tanah yang
didiami suku bangsa Batak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tanah yang baik bagi pertanian dan tanah yang kurang subur bagi pertanian.
Sejak jaman dahulu, telah tersedia sarana jalan raya yang mencapai seluruh pelosok daerah orang Tapanuli, hal sangat mendukung terbukanya
hubungan orang Tapanuli dengan dunia luar.
1 Bahasa,
ibu yang digunakan suku
bangsa Batak dalam percakapan sehari-hari adalah bahasa Batak. Ada
beberapa dialek dalam bahasa Batak, yaitu; dialek Karo yang dipakai oleh
orang Batak Karo, dialek Pakpak yang digunakan oleh orang Batak Pakpak,
dialek Simalungun yang digunakan oleh orang Batak Simalungun, dialek
Toba yang digunakan oleh orang Batak Toba, Angkola dan mandailing. Dialek
yang sangat jauh perbedaannya adalah dialek Toba dengan dialek Karo. Bahasa Batak mengenal bahasa halus dan kasar, tetapi tidak
serumit dan sebanyak dalam bahasa Jawa.
2 Sistem mata pencaharian,
mata pencaharian orang Batak adalah
bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi. Selain itu di Karo, Simalungun dan Pakpak masih ditemukan juga bercocok tanam di
Sumber. Indonesia Heritage
Gambar 5.8 Masyarakat Batak
memiliki sistem mata pencaharian bercocok tanam
Di unduh dari : Bukupaket.com
Studi Etnografi dan Bahasa Lokal
153
ladang, yang dibuka hutan dengan cara menebang dan membakar pohon. Pada sistem bercocok tanam di ladang, hak ulayat tanah
dipegang oleh huta. Warga huta boleh menggarap tanah itu seolah- olah tanahnya sendiri, tetapi tidak dapat menjual tanah itu tanpa
persetujuan dari huta yang diputuskan dengan musyawarah. Pada saat ini, selain bertani, suku bangsa Batak juga sudah
bermatapencaharian dengan menggeluti berbagai jenis pekerjaan, seperti perukangan, perdagangan, pegawai negeri dan pengrajin.
3 Sistem kekerabatan,
perkawinan bagi suku bangsa Batak merupakan
pranata yang bukan hanya mengikat seorang pria dan wanita tetapi juga mengikat keluarga pengantin pria dan keluarga pengantin
wanita. Perkawinan ideal adalah perkawinan namarpariban, yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara
laki-laki ibunya. Perkawinan yang sangat dipantungkan adalah perkawinan antar orang-orang satu marga. Kesatuan hidup
kekerabatan terkecil pada orang Batak adalah keluarga inti monogami saama, saripe, seamang, sepanganan, atau sada bapa, yang berarti
sekeluarga atau satu bapak. Suku bangsa Batak juga mengenal kelompok kekerabatan satu satu nini atau saompu, didalamnya
termasuk semua orang yang memiliki hubungan patriakal sampai 20 generasi jauhnya. Kelompok kekerabatan yang lebih besar lagi adalah
marga, bisa berarti klen besar atas dasar prinsip patrilineal, contohnya Siahaan, Ginting, Siregar, dan sebabainya, bisa juga berarti gabungan
dari beberapa marga, contohnya adalah lontung, Sumba, Borbor, dan sebagainya. Hubungan kekerabatan suku bangsa Batak diatur oleh
ikatan adat yang disebut dengan dalihan na tolu pokok yang tiga. Terdiri dari dongan sabutuha orang-orang bersaudara, hula-hula
kelompok lain dari pihak laki-laki yang menerima gadis untuk diperistri, boru kelompok lain dari pihak perempuan yang
memberikan anak gadisnya untuk diperistri. Hula-hula harus menyanyangi borunya, sebaliknya boru harus menghomati hula-
hulanya. Dan sesama orang yang bersaudara harus saling mendukung dan membantu. Seiap orang Batak pasti mengalami ketiga kedudukan
itu boru, hula-hula atau dongantubu secara bergantian sesuai dengan kedudukannya pada setiap upacara dan pesta adat.
4 Sistem kemasyarakatan, kesatuan wilayah administrasi suku bangsa
Batak adalah desa yang mereka sebut dengan nama huta, kuta, lumban, sosor, bius, pertahian, urung dan pertumpukan. Huta
Di unduh dari : Bukupaket.com
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
154
merupakan kesatuan teritorial yang dihuni oleh keluarga yang berasal dari satu klen marga. Awalnya setiap huta dikelilingi oleh suatu parit,
dinding tanah yang tinggi dan rumput-rumput bambu yang tumbuh rapat. Kegunaannya adalah sebagai alat pertahanan huta. Di dalam
huta terdapat deretan rumah yang dipisahkan oleh halaman sebagai tempat pesta perkawinan, upacara kematian, dan sebagainya. Pada
setiap huta juga terdapat lumbung sebagai tempat untuk menyimpan padi, dan juga tempat muda-mudi untuk bersenda gurau. Di setiap
huta terdapat balai desa partukhoan yaitu berguna sebagai tempat bersidang musyawarah yang berada dekat pintu gerbang huta. Ciri
khas huta adalah pohon beringin yang selalu ada di depan huta, bagai orang Batak, pohon beringin melambangkan alam semesta.
5 Agama dan sistem religi,
mayoritas suku bangsa Batak menganut
agama Kristen, Katolik dan Islam. Agama Kristen dan Katolik disiarkan oleh zending dan missie Jerman ke daerah Toba dan Simalungun.
Agama Islam disiarkan oleh orang-orang Minangkabau ke orang Batak Mandailing dan Angkola. Hasilnya, sampai sekarang orang-
orang Batak Toba dan Batak Simalungun mayoritas menganut agama Kristen dan Katolik, sementara orang Batak Mandailing dan Angkola
mayoritas menganut agama Islam. Religi tradisional suku bangsa Batak dikenal dengan nama permalim atau perbaringin atau pelbegu.
Religi tradisional mereka mengenal Debata ompung Mulajadi na Bolon sebagai pencipta alam beserta isinya yang bermukim di atas langit
dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan tugas dan tempat kedudukannya. Debata ompung Mulajadi na Bolon sebagai penguasa
dunia tengah bertempat tinggal di dunia ini dikenal dengan nama Silaon na Bolon. Debata ompung Mulajadi na Bolon sebagai penguasa
dunia makhluk halus dikenal dengan nama Pane na Bolon.
1. Bagaimana cara mempelajari studi etnografi
2. Jelaskan tentang cara bangsa Indonesia mempertahankan
integrasi etnografinya 3.
Coba kalian deskripsikan bentuk etnografi di daerah kalian 4.
Jelaskan perkembangan etnografi di masyarakat kalian
Analogi Budaya:
“Mari kembangkan orientasi kecakapan pada diri kalian”
Di unduh dari : Bukupaket.com
Studi Etnografi dan Bahasa Lokal
155
B. Pemetaan Penyebaran Bahasa Lokal