Simbolisme Langit Dewa Langit Matahari dan Bulan Air dan Batu

Agama dan Kepercayaan di Indonesia 47

a. Simbolisme Langit Dewa Langit

Salah satu unsur yang paling umum dari kebudayaan purba adalah kepercayaan pada dewa-dewa langit yang karakternya ditandai dengan sifat langit yang luas di atas bumi. Langit membawa arti tentang transedensi sebuah bentangan yang di angkat tinggi di atas bumi, sesuatu yang tak terbatas, berkuasa dan abadi penuh otoritas dan realitas. Seperti Dewa Olorum di kalangan suku-suku Yoruba di Afrika dianggap dewa langit pemilik langit atau Dewa Ahura Mazda dari Iran dianggap dewa langit pemberi suatu hukum dan penegak aturan moral di dunia.

b. Matahari dan Bulan

Eliade menunjukkan bahwa pemujaan matahari dianggap sebagai pusat mitologi sebenarnya sangat jarang. Yang jauh lebih terkenal dan luas adalah mitos dan simbol yang berhubungan dengan bulan yang terus berubah. Bulan bergerak melalui perputaran mendatangkan pasang dan surut air samudera, datang dan perginya hujan yang mengakibatkan tumbuhnya tanaman dan kesuburan tanah.

c. Air dan Batu

Di samping simbol-simbol besar, dunia purba kaya dengan gambaran dan tanda-tanda yang lebih kecil, yang sering berkaitan dengan hal-hal yang dominan. Misalnya air mengekspresikan ketiadaan bentuk, sifat makhluk yang tak berbentuk sebelum disuruh ke dunia oleh para dewa. Di dalam ritual penyucian, air adalah agen yang membersihkan dan menghapus semuanya, membawa kita kembali pada keadaan yang tak terbentuk. Sedangkan batu mengesankan hal yang berbeda dengan air. Batu adalah benda keras, kasar dan tak berubah. Bagi seorang primitif, batu menunjukkan sesuatu yang mengindikasikan kesulitan, kehadiran sesuatu yang mempesonakan menakutkan, memikat dan mengancam. Sebuah batu biasanya hampir tidak akan menarik perhatian kita, tetapi sebuah batu yang sakral akan menimbulkan kekaguman dan ketakutan. Dari pemikiran di atas tentang agama bumialam maka dapat disimpulkan bahwa agama bumialam adalah agama yang munculnya melalui kekaguman manusia akan hal-hal yang bersifat gaib dan berada di luar nalar manusia. Tuhan dipersonifikasi dalam bentuk-bentuk kebendaan yang memiliki kekuatan di luar kekuatan manusia. Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 48

2. Agama Wahyu